8. Romantis

"Nin, kalau misal aku tinggal sama aspri-ku, kamu mikir macem-macem gak?"

"Aku gak tau asprinya kamu."

"Ya udah, jawab aja."

"Kamu gak mau pertanyaan itu dijawab. Kamu mau aku jelasin kenapa aku tinggal sama Aghi kan?" Kataku.

Baru bisa main sama pacar, ehh udah begini.

"Ya cowok mana sih yang gak cemburu, gak mikir macem-macem, liat ceweknya tinggal satu apartment sama cowok lain, sama bosnya. Kurang cukup emang waktu kalian barengan?"

"Mas Nara, aku juga gak mau tinggal bareng si Aghi, rese dia tuh. Tapi masa aku ngusir dia sedangkan tempat tinggal aku aja itu fasilitas dari dia."

"Wait, itu bukan apartment kamu nyewa sendiri?"

"Gakkk, itu fasilitas dari Aghi."

"Wow! Aku baru tau ada asisten dapet fasilitas tempat tinggal gitu. Terus mbak Putri dapet juga?"

"Dapet rumah dinas. Kan udah berkeluarga jadi dapetnya rumah."

"Wow!!"

"Kenapa?" Tanyaku.

"Aku aja gak dapet. Kayanya aku harus bawa masalah ini ke rapat pimpinan bulan depan."

"Bisa gak sih kita gak bahas kerjaan dulu?" Kataku.

"Okee, okee, abis makan kamu mau ngapain? Nonton? Karokean? Belanja-belanja?" Tanyanya.

Aku diam. Aku tuh pengin berduaan main sama Nara gini. Tapi disisi lain, badanku capek karena seminggu bekerja full. Aku pengin istirahat, rebahan di kasur, nonton series netfilx, santai. Tapi ya mau juga jalan sama Nara.

Ya allah, pacaran gini amat.

"Kalo diem di mobil, di parkiran gitu boleh gak sih? Aku cuma pengen duduk senderan, kita saling cerita."

"Yaudah, tapi beli eskrim dulu yuk, sama camilan." Ucapnya.

Aku mengangguk senang.

Menuju supermarket yang ada di dalam mall, kami langsung memilih camilan sesuai kesukaan masing-masing. Nara banyak suka yang manis kaya oreo, tango, permen yupi, jelly inaco, sedangkan aku lebih ke ciki-cikian yang gurih. Anak micin memang akunih.

Setelah membeli camilan dan eskrim, kami langsung menuju parkiran.

"Mau sambil nonton gak?" Tanya Nara.

"Bolehh, pake HP?"

"Aku bawa laptop, kita taro laptop di atas sini aja. Mau streaming film apa kamu?"

"Apa aja, yang lucu-lucu." Kataku.

Kubiarkan Nara memilih film sementara aku merapikan makanan kami, menyusun urutan mana yang dimakan duluan, juga menjejerkan minuman.

"Yuk nonton!"

Sambil menonton, kami bergantian menyuapi makanan, jadi mulut nano-nano aja deh manis asin.

"Gimana di Surabaya kemarin?" Tanyaku.

"Katanya jangan bahas kerjaan?"

"Kan nanya kamunya di Surabaya."

"Ohh, yaa gitulah, boring."

"Gak jalan-jalan kamu di sana?"

"Ngapain? Jalan-jalan sendirian."

"Mbak Ona gak ikut?"

"Dia kalau ke luar kota yang nginep lebih dari 3 hari gak ikut, kan udah ada suaminya."

Aku mengangguk. Kami saling bertanya tentang masing-masing, tapi Nara lebih mendominasi pertanyaan.

"Kamu aslinya orang mana, sebelum pindah ke Bogor?"

"Maaf ya, aku gak mau jawab." Kataku, mendadak aku jadi deg-degan.

"Kenapa? Kamu gak mau orang tau dari mana asal kamu?"

Aku mengangguk.

"Bahkan pacar kamu sendiri?" Tanyanya.

"Kita baru pacaran dua minggu, kenal pun belum bertahun-tahun, maaf yaa, aku belum berani aja."

Nara mengangguk.

"Yaudah, gak apa-apa. Tapi kalau kamu mau cerita, ya cerita aja oke? Aku siap nampung semua cerita kamu." Tiba-tiba ia mendekat kemudian menarikku untuk masuk ke pelukannya.

Aku mengirup aroma tubuhnya yang menempel di kaus yang ia kenakan malam ini. Wanginya enak, dan membuatku nyaman.

"Maaf ya aku belum mau cerita." Bisikku dengan suara parau.

"Santai aja, yuk lanjut nonton, film komedi kok kamu malah sedih!" Ia mengendurkan pelukannya, tapi tetap sambil merangkulku.

Kami melanjutkan nonton film, tertawa bersama di momen lucu dan sebagainya, sampai makanan kami habis.

"Padahal kalau kamu mau gini mah mending di apartment aja, lebih enak senderan di sofa." Ucap Nara saat film selesai.

"Apaan di apartment, gak enak sama Aghi, pasti itu orang ganggu."

"Emang yang ngomongin apartment kamu siapa? Di apart aku aja sih, kosong! Gak ada yang ganggu."

"Yaudah, nanti lagi aja ya?"

"Okeee! Kapan nih? Biar aku bisa stok camilan dan makanan?"

"Ya pas kamu balik aja, katanya minggu depan harus ke Menado dan ada rapat di Kendari?"

"Iya bener yak? Jarang banget ya kita ketemu?"

"Gapapa, kan sekalinya ketemu bisa berjam-jam bareng." Ucapku.

"Penginnya terus-terusan!" Serunya kemudian terasa ciuman lembut di rambutku. Membuat jantungku mendadak dangdut.

"Pulang yuk!" Ajakku, aku menarik diri, menegakkan senderan kursi lalu memakai seatbelt.

"Okee!"

Nara melakukan hal yang sama, ia menjalankan mobil keluar dari parkiran, menuju apartmentku.

Jalanan masih macet, butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai. Dan seperti biasa, Nara gak langsung mengatarku, ia menuju taman.

"Keluar?" Tanyaku sambil melepas seatbelt.

"Emmm, di sini aja. Masih pengin bareng kamu, heheheh!"

"Mau ikut masuk ke apart?"

"Gak enak ah sama Aghi, lagian ini udah jam 1 malem."

Aku mengangguk.

"Nin?"

"Kenapa?"

"Gapapa! Pengin kamu nengok sini aja. Gak bosen abisnya mandangin kamu!"

Aku yakin wajahku memerah.

"Kamu tau gak? Aku suka sama kamu dari kapan?"

Aku menggeleng, tak sanggup berkata-kata.

"Dari pas liat kamu di kondangan. Bukan pas dapet lemparan boneka, tapi dari pas liat kamu antri babi panggang. Aku di belakang kamu, dan pas mau ambil bumbu bbq, kamu yang tuangin bumbunya ke piringku."

"Emang iya?"

Nara mengangguk.

"Aku pengin ngajak kenalan, tapi kamu dipepet temen kamu terus. Sampe akhirnya dapet lemparan boneka, disitu baru aku tahu nama kamu.

"Aku sampe minta ke Niken loh foto kita yang ramean itu. Cuma buat mandangin kamu yang senyum. Asli, cantik banget."

Mau terbang ke surga boleh gak? Buseeeet daaahhh ini aku mendadak lemes.

"Aku tanya ke Niken soal kamu, tapi dia gak tau, aku tanya ke suaminya dia bilang gak kenal kamu. Jadi aku bingung, kamu undangan siapa?"

Aku diam. Nara pernah nyangka aku kenal keluarganya Aghi, biar lah dia mikir begitu. Malu juga kalau bilang tamu bodong yang lagi kelaperan.

Yakin dah, kastaku langsung turun ini mah ke dasar bumi.

"Terus aku liat kamu, di lift sama Aghi, pas aku mau samperin Aghi ke ruangannya, eh cuma ada Mbak Putri, akhirnya konfirmasi deh bener gak Nina kerja di sini. Dan Mbak Putri jawab iya."

Aku diam.

"Aku mau kamu tau, aku suka sama kamu dari pertama liat kamu, Nin! Suka bangeet!! Dan ini tuh dream comes true banget bisa pacaran sama kamu."

Tanpa berfikir, aku langsung mendekat ke arahnya, memeluk Nara erat-erat. Ia membalas pelukanku, terasa juga ia mencium belakang rambutku.

Pelukan sedikit mengendur, tapi tangan Nara masih ada di bahuku. Ia memandangku dengan tatapan yang tak bisa kujelaskan, dan perlahan, wajahnya mendekat ke arahku. Aku tak menjauh, tidak juga mempersempit jarak kami. Aku hanya bisa diam. Begitupun saat kurasakan untun pertama kalinya ada bibir orang lain menempel di bibirku.

Aku tidak merespon saat bibir Nara melumat bibir bawahku dan memainkan lidahnya di sana. Aku gak tau harus bagaimana, itu lebih tepatnya.

Memejamkan mata, kubiarkan Nara memainkan lidahnya di bibirku, aku malah menarik tubuhnya mendekat agar bisa merangkulkan tangan di lehernya.

Lidah Nara terus menari, bahkan masuk ke dalam mulutku seperti mengajak lidahku untuk ikut bergerak bersamanya. Tapi aku menahan diriku agar tetap diam.

Menarik nafas panjang, aku pun menarik diriku perlahan.

"Kenapa diem aja?" Tanyanya.

"Gapapa, emang pengin diem." Jawabku, kan gak mungkin aku jujur kalau aku belum pernah ciuman.

"Ngantuk? Apa kebawa suasana? Matanya teduh banget sih!" Nara mendekatkan diri lagi, tapi ia hanya mendaratkan kecupan singkat di bibirku.

"Ngantuk." Kataku.

"Yaudah, aku anter, kamu langsung cuci muka terus tidur ya? Gak usah nungguin aku sampe."

"Gampanglaah!"

Nara tersenyum, ia mengacak rambutku sebelum menjalankan mobilnya.

***

Saat masuk apartmen, agak kaget aja nyium aromanya yang aneh. Ini Aghi abis ngerokok apa gimana sih?? Pengap banget ruangannya. Dia gak rokokan di balkon gitu??

Melepas sendal, aku meletakkannya di rak sepatu saat kulihat Aghi tertidur di karpet. Aku baru ngeh juga di meja ada banyak botol minuman.

Aghi ngabisin ini semua sendirian? Atau tadi dia ngundang orang ke sini??

"Ghi? Aghi?? Aghiaaan!" Aku mengguncang-guncang tubuhnya. Ia bereaksi sedikit.

"Dari mana aja lo?? Baru balik! Jam berapa sekarang?" Aghi terlihat ling-lung.

"Pindah kamar sana gih!"

"Lo abis ngapain??" Tanyanya.

"Maksudnya?"

"Lo pacaran kan? Abis ngapain aja lo??"

"Maen ke mall, Ghi. Makan malem doang."

"Makan apa? Makan tytyd?"

"Hah??"

"Lipstik lo berantakan tuh ihh, najis gue liatnya!" Aghi menepis tanganku yang sedari tadi menahan tubuhnya agar tidak roboh. Ia berusaha bangkit lalu masuk ke kamarnya.

Aku diam, lalu sekilas kulihat sebuah foto di meja, terselip di antara tumpukan botol. Kalau gak salah, ini foto yang ada di dompetnya Aghi deh.

Mengambil foto tersebut, aku melihat Aghi dan seorang perempuan cantik berambut pirang natural tersenyum pada kamera. Asli, ceweknya Aghi cantik banget. Rambutnya juga bagus. Beda sama aku yang coklatnya hasil cat 6 kali di salon dan harus di re-touch sebulan sekali.

Melihat foto ini, sepertinya Aghi masih galau perihal gak boleh nikah sama pacarnya. Pengin deh nasehatin dia, tapi ya apa? Pengalaman aku aja minim.

Mengembalikan foto tadi, aku menuju washtafel untuk membersihkan muka, biar masuk kamar tinggal ganti baju dan tidur.

Begitu melihat diriku di cermin. Ya allah, apa-apaan? Aghi bener! Tampangku najisin banget! Lipstik blepotan kemana-mana, make-up udah gak karuan, plus rambutku pun berantakan.

Gossshhhhh!!!!!

****

TBC

Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top