29. Pamit

Aku hanya diam di kursiku. Kedatanganku ke sini hanya formalitas menemai Aghi yang diwajibkan datang.

Farewell party-nya Nara.
Dia resign dari kantor ini karena ingin membangun bisnisnya sendiri.

Dan, ia sekarang sudah resmi duda.

Untuk mengalihkan perhatian, aku membuka ponselku, membalas pesan Sinta yang semalem curhat kalau dia difitnah temen kerjanya, gak fatal sih, cuma bikin kesel aja dan Sinta sekarang sedang merencanakan misi balas dendam.

Sinta:
Istrinya gue ajak maen ke club apa ya?
Biar digodain orang-orang
Biar tau rasa!
Atau gue ajak jalan-jalan?
Terus gue tinggal di tempat sepi
Atau apa ya?

Me:
Fogive and forget, Sin!

Sinta:
Ah tai
Gue mana bisa begitu
Kalo gak satu sama tuh kurang!
Hemmm, gue baret aja kali ya mobilnya?
Tapi gak ngaruh kalau dia pake asuransi

Me:
Sakit hati banget lo?

Sinta:
Parah Nin!
Pengen ngancurin idupnya dah
Rela gue masuk neraka
Yang penting puas bales dendam

Me:
Gebleeeegggggg

Sinta:
Eh btw
Gue ada cowok baru
Tajir gilssss
Ganteng mampus

Me:
Sikaaat

Sinta:
Gue lagi nyari tau banyak nih
Soalnya yang kaya begini tuh cuma ada 2 model

Me:
Model?
Gak tekwan aja?
Hahahaha!
Maksudnya apa sih?

Sinta:
Ya Nin
Cowok ganteng, tajir
Kaloga udah punya cewek
Ya fvckboy!

Me:
Ya allah
Kasian amat itu cowok
Kemungkinannya cuma 2

Sinta:
Kan emang begitu
Sesuai justifikasi di lapangan
Based on my experience
And yours
😅😅

Me:
Kalo dia beneran baek gimana?
Percaya dah, masih ada orang baek

Sinta:
Tapi keberadaannya sama kaya badak jawa

Me:
Maksudnya?

Sinta:
Critically endangered

Me:
Mampus 😅
Redlist IUCN dibawa-bawa

Sinta:
Jadi gue harus bales dendam apa nih?

Me:
Bales dendam terbaik itu dengan cara berbahagia, liatin ke dia meskipun lo udah dijatuhkan, lo bisa ngangkat diri lo ke posisi yang lebih tinggi dari dia. Bahkan gak bisa dia raih

Sinta:
Bacot!

"Seru banget kayanya, chatan sama siapa?" Aku menoleh, ada Nara di sampingku. Auto langsung geser duduk aku.

"Jangan deket-deket, entar digosipin!" Seruku.

"Ya emang kenapa kalo digosipin, aku kan sekarang single."

"Yaaa terserah lah!" Kataku kemudian melihat ponsel kembali. Tapi sinta sudah tidak online.

Ah gak seru nih si Nara!!

"Kamu apa kabar, Nin?" Tanya Nara, suaranya masih terdengar lembut di telingaku.

"Baik, gini-gini aja."

"Kamu nunggu aku gak sih, Nin? Pas denger kabar kalau aku udah resmi cerai, kamu ada kepikiran untuk nyari aku gak sih? Unblock kontakku."

"Engga, maaf ya. Aku sibuk ngurus yang laen." Jawabku ketus, tapi Nara malah tersenyum manis.

"Nin, aku udah lepas dari Tya, udah lepas juga dari keluarganya. Sekarang mau mulai awal yang baru, kamu gak mau ikut di dalamnya?"

"Emmmm, aku udah punya rencana sendiri buat hidupku, dan kamu gak ada di dalamnya."

"Kamu udah bener-bener gak mau, Nin? Mulai semuanya bareng aku. Aku gak bohong Nin soal perasaan, aku sayang sama kamu dan suka sama kamu dari pertama kali liat kamu."

Aku menghela nafas, kemudian melirik Nara yang ada di sampingku.

Tuhan, kenapa dia ganteng banget sore ini? Mukanya cerah ceria banget. Kaya orang yang gak punya beban, seperti terlahir kembali.

Etttttt. Fokus Nina!!

"Perasaan aku buat kamu udah ilang, Nar. Saat liat kamu sia-siain Mbak Tya yang udah segitunya sayang sama kamu dan mau mempertahankan hubungan kalian padahal kamunya absurd."

"So, this is literally a farewell then?"

Tapi asli ya, sampai saat yang paling akhir gini aja, ada satu kelebihan Nara yang aku sukai. Dia gak pernah maksa.

"Yeah! Goodluck sama bisnisnya!" Ucapku tulus.

"Okee! Thank you so much! But I still love you, Nina."

"Yeah, cuma sampe kamu ketemu orang baru dan jatuh cinta lagi, Nara! Hehehe!"

Nara ikut tertawa bersamaku. Dan detik ini aku menyadari. Sepertinya aku tidak perlu menyesal mengenal dia.

Dianggep pelakor dan mendapat perlakuan tak menyenangkan hanya satu dari sedikit masalah yang pernah kuhadapi.

Di momen ini, aku merasa naik level. Bangga pada diri sendiri karena sudah bisa bertahan sejauh ini!

Congratulations Nina! You just passed another problem! Batinku pada diri sendiri.

Aku menoleh ke samping, tersenyum pada Nara.

"Makasih!" Kataku pelan, tapi tulus.

Nara terlihat bingung.

Biarlah. Dia gak usah tau apa yang aku rasain sekarang. Dari dulu selalu begitu, cuma aku dan hanya aku yang tahu apa yang sudah dilalui oleh kaki kecil ini.

************

Satu email masuk siang ini membuatku terlonjak dari kursi. Aghi sampai kaget karena aku dianggap mengejutkannya.

"Kenapa sih lo??"

Aku tersenyum bahagia, Aghi bahkan terlihat 1000 kali lebih tampan dari biasanya saat ini.

"Gue diterima, Ghi! Diterima!!"

"Hah? Terima apa, lo nembak siapa?"

"S2 Ghi! Gue keterima S2!"

"What?? Kok lo gak bilang-bilang?!" Serunya kaget.

"Eh?? Emang harus bilang ya?"

"S2 di mana lo?"

"Paris! École Normale Supérieure!"

"Lo nyebut nama kampusnya aja salah-salah gitu!" Ledeknya.

"Ajarin gue bahasa Prancis lah, Ghi! Gue selama ini belajar lewat yutup sama tandem."

Aghi hanya geleng-geleng kepala.

"Kaga ada niatan les emang lu?"

"Gak ada waktunya Ghi, kan kalo yutup gue bisa sambil di mobil, atau dengerin pas mandi. Kalo tandem sambil chat-chatan."

"Bener-bener dah lo!"

"Lo bisa bahasa apa aja sih Ghi?"

"Inggris, Prancis, Jerman sama Arab."

"Mampus!"

"Lo keterima plus beasiswa gak?"

"Ih kan di Prancis mah ada subsidi pendidikan tau, buat penduduk asli ataupun luar. Jadi lebih murah." Kataku.

"Lo mau murah mah ke Norway sana! Pendidikan gratis sampe S3, cuma ya biaya hidupnya mahal!"

"Gue udah itung-itung duit, tabungan, gaji sampe sebelum resign, terus keuntungan dari saham perusahaan yang gue invest. Cukup lah!"

"Lu maen saham, siapa yang ngajarin? Perusahaan mana?"

"Kak Alfian, udah lama ngajarin trading." Kataku, menyebut Kakak pertamanya Aghi. Gak usah ditambah juga kan ya kalau Nara juga ngajarin, plus ngasih masukan ke perusahaan mana saja aku boleh memanfaatkan uangku.

"Tajir dong lu!" Serunya, aku cuma nyengir.

**

maya_astuti dm me your address 😅
Ciyr bnyk yg bjsa nebak, cuma aku ambil yg tercepet dan yg jawab di paragraf yg aku sebutkan yaa xx

***

Hari-hari berikutnya, bila tidak ada kerjaan, Aghi akan mengajariku bahasa Prancis. Lalu, ia membantuku mencari beasiswa yang akan meringankan pengeluaranku.

"Emmm, ini syarat-syaratnya susah banget!" Ucapku.

"Apa?"

"Presidential Scholarship."

"Hahahah hahahh hahaha anjir! Lu kalo bisa dapet beasiswa itu, gue beliin lu tas mahal!" Ledek Aghi.

"Bener ya? Gue udah memenuhi dua syarat nih!"

"Hah? Apaan?"

"Udah diterima universitas dan kampusnya masuk 50 terbaik dunia!"

"Eh emang iya?"

"Otak lu mah Harvard, Stanford, Oxford sama Yale doang sih! Kampus gue juga masuk tau!" Seruku.

Aghi langsung mencari sesuatu di laptopnya.

"Yang masuk itu yang Polytechnique, Nina!"

"Eh beneran?!" Aku langsung mengecek ulang daftarku. Dan... Aghi benar.

"Mending lo ikutan Eiffel Scholarship. Jadi biaya lo di sana ditanggung, jaminan kesehatan, ongkos di sana, duit jajan, ongkos pesawat pulang. Jadi lo cuma mikirin biaya masuk sama biaya kuliah.

"Lo udah tau, Prancis keluarin 10.000 euro per tahun untuk setiap mahasiswa tanpa terkecuali, nah jadi lebih murah." Jelas Aghi.

"Okee okee, itu susah gak? Syaratnya apa?"

"Lo masuk seleksi penerimaan kalau lo direkomendasiin kampus, jadi sekarang, lo bikin surat permohonan ke kampus, jual diri lo sebagus-bagusnya ditulisan itu."

"Jual diri???!!!"

"Ngerti dikit lah, Nin! Jangan bikin gue kesel mulu lo!"

"Hehehehe becanda, becanda!"

******

"Susah deh jailin lo kalo lo berangkat gini!" Aghi dan Sinta lah yang mengantarku sampai bandara.

"Masih ada Sinta, jailin aja dia." Kataku.

"Anak ini mah suka ngebales. Kesel gue!"

"Inget Ghi, sampein salam gue ke Ibu."

"Iye bawel, kan kalo gue yang ke sana mah gak bakal dijual ya?"

"Kalo gue yang ke sana?" Tanya Sinta.

"Ada kemungkinan sih Sin. Kan ada cowok yang suka sama dominatrix kaya lo!" Jawab Aghi membuat Sinta kesal. Aku tertawa melihat keduanya.

"Dah ya, gue masuk?!"

"Buru-buru banget sih? Masih lama kali, eh ya lo kalo udah berangkat terus kangen sama gue rempong loh!" Seru Aghi.

"Iyeeee, iyeee!"

"Pas udah di sana, terus ganti nomor, jangan sampe gak ngabarin ya Nin?" Kata Sinta.

"Ya pasti laah!"

Waktu berlalu, hanya tersisa 30 menit sebelum pesawatku berangkat, jadi aku buru-buru pamitan dengan dua orang ini.

Sinta memelukku, ia menangis.

"Goodluck ya Nin! Lo layak banget loh terbang buat belajar sampe Paris, soalnya perjuangan lo gak maen-maen." Bisik Sinta.

"Makasi Sin! Dari dulu, dari gue susah, lo selalu ada di samping gue, nemenin gue, belain gue." Ucapku tulus.

"Dah, lo pergi sana, gue tau lo punya tujuan lain kenapa pergi sejauh ini! Semangat terus ya Nin! 2 tahun aja jangan lama-lama! Balik-balik lo harus jadi Nina yang baru."

Sinta melepas pelukan kami, ia tersenyum, aku mendekat dan mengecup pipinya. Tapi ia malah meringis jijik.

"Aghi!!!" Seruku, kini giliran aku memeluk Aghi.

Aku rasa ucapan terima kasih saja gak cukup buat ngungkapin seberapa bersyukurnya aku dipertemukan dengan Aghi.

Dari awal, dia yang menawariku pekerjaan, mengangkat drajatku. Dan aku berhasil pergi ke Paris, itu pun karena bantuan darinya. Gosh! Aku bersyukur ada Aghi di dalam hidupku.

"Belajar yang bener, biar balik-balik kita bisa jadi partner kerja."

"Berarti gue boleh makin songong ya sama lo?" Ucapku.

"Hahaha! Dasar asisten gak tau diri!"

"Gue asisten yang baik kali! Peri Nina!" Kataku.

Pelukan kami lepas, Aghi tersenyum manis. Sama seperti Sinta, aku mendaratkan ciuman kecil di pipinya.

"Dadaah!!" Keduanya berseru bersamaan.

Aku tersenyum kemudian berbalik.

Saat berjalan menjauh, barulah air mata yang sedari tadi kutahan pecah.

Menghela nafas panjang, kulangkahkan kaki, masuk ke dalam pesawat yang akan membawaku ke tempat baru.

Dua atau tiga tahun.
Itu jatah waktuku, tidak hanya untuk belajar, namun juga untuk menyembuhkan luka, mengikhlaskan masa lalu, dan mengubur semua duka.

Semoga saja, aku bisa tepat waktu. Bahkan lebih cepat!

Amin!

******

TAMAT

******

Terima kasih sudah baca ceritaku kali ini. Sampai sini. Sampai tamat.

Yak serius. Ini tamat.

Sama seperti film yang suka Nina tonton, ini adalah kisah di mana ia harus berhadapan dengan patah hati. Patah dari cinta pertama kemudian bangkit dengan gagah.

Yang ship Nina-Nara, maaf, itu tidak bisa aku kabulkan. Di kisah hidup Nina, Nara hanyalah orang yang mengenalkan apa itu jatuh cinta dan bagaimana berjuang bangkit setelah jatuh.

Terus, Nara cerai sm istrinya gara-gara Nina? Emm bisa jadi. Tapi tanpa Nina pun someday Nara akan menceraikan Tya, hadirnya Nina hanya mempercepat itu terjadi.

Nara mau mencari jalannya sendiri dan Tya berhak dapet orang yg sayangnya pol sama dia. Mereka menikah bukan dari keinginan pribadi, tapi cerai atas kesadaran masing-masing, dan tetep tanggung jawab sebagai orang tua.

Nara nurut pas diminta nikah, karena gak mau kecewain pak Sugeng. Pun Tya yang sempat mempertahankan rumah tangganya dengan alasan yg sama. Mereka berdua sayang sm Pak Sugeng.

***

Yang ship Nina-Aghi. Hampir saja itu terwujud. Namun tidak.

Aku sempet mau bikin alur kalau Aghi itu suka sama Nina dari dulu, makanya Nina bisa jadi asistennya, makanya Nina dapet apartment padahal petinggi sekelas Nara aja gak dapet, sampe Aghi harus ngeluarin duit pribadi buat bayarin apartment itu dan rumah dinas Mbak Putri cuma biar dibilang gak pilih kasih. Sempet mau bikin kalau Aghi cemburu tau Nina punya pacar, makanya Aghi bawa cewek ke kamar biar Nina liat terus cemburu.

Tapi ternyata engga. Emang Aghi baik aja. Dan otak yang split 😅✌

***

Semoga, kalian puas dengan ending yang begini.

Semoga, kalian-kalian yang patah hati, bisa melalui rasa sakit itu. Memaknai semua hal, lalu melenggang pergi and wear the scar with pride.

Dan, untuk yang DM aku, yang pertama kali memberi ide untuk bikin cerita perselingkuhan dari sudut pandang si orang ketiga (selingkuhan) semoga kamu sudah membaik. Semoga kamu sudah melepaskan dan tidak mengambil apa yang bukan milikmu, sehingga kamu akan segera dipertemukan dengan siapa yang seharusnya menjadi jodohmu. Amin.

Yang DM cerita kalau temennya ada di posisi Nina. Semoga kamu selalu bisa jadi teman yang baik, yang menarik temanmu ke jalan yang benar ketika ia mencoba melangkahkan kaki ke jalan yang keliru.

Terakhir, semoga semua yang baca cerita ini, selalu bahagia. Dikelilingi oleh orang baik dan tulus, juga dipertemukan dengan takdirnya. Amin.
Kalau yang pd udah nikah, genggam selalu pasangannya, jangan terlalu erat karena itu bikin dia sakit dan bikin kita capek harus ngeluarin tenaga lebih besar. Cukup bergandengan saja, setara. Dan selalu ada di sampingnya apapun keadaannya.

Ah anjir! Ini kenapa jadi panjang banget dah??

Udah yaaa

Sampai jumpa di judul lain!!

Sincerely yours:
Lilah 💙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top