2. Kepikiran

Masih belum bisa move on aku dari pernikahan yang minggu kemarin aku datengin.

Ya gimana mau move on? Yang kukira souvenir cuma piring atau mangkok cantik eh taunya hampers isi cookies 2 toples, chocolate bar dari Swiss, dan coklat seduh dua kotak.

Mantap banget kan boss untuk gembel sepertiku inih?

Belum lagi, hadiah ponsel yang sampai detik ini belum aku buka.

Ya, aku galau. Ponsel ini masih disegel, di dalam goodiebag-nya masih ada struk pembeliannya. Pengin aku pake tapi... HPku masih bagus. Pengin dijual... sayang.

Galau bat dehh aku nih.

"Heh??! Makan siang gak lo??" Fahira, teman sekantor mengagetkanku.

"Makan dong bep, mau jajan apa lo siang ini?"

"Ke kaki lima seberang kantor aja yuk? Pengen bakso!"

"Okeh!!"

Aku mah okeh-okeh aja kalo diajak ke kaki lima, maklum lagi bokek, besok baru gajian, dan satu hari sebelum gajian itu adalah hari paling ngenes sepanjang bulan.

Ya gimana dong? Kan aku mah pagi gajian, malem udah tanggal tua, hiks!

Ketika jam istirahat, aku dan Fahira bersama beberapa teman yang lain langsung berjalan menuju penjaja makanan yang menggunakan trotoar untuk berjualan. Ada banyak pilihan dan aku langsung menuju abang tukang gorengan, setelah membeli baru lah aku bergabung dengan teman-temanku.

"Pesen apa aja lo?" Tanya Lia saat aku duduk di seberangnya.

"Ini doang Ya, bokek!" Kataku mengacungkan bungkus gorengan.

"Kenyang Na?" Aghi ikut nimbrung.

"Kenyang, kan gue beli lontongnya 3."

Mereka berdua nyengir. Aku cuma cengengesan aja, pasti ngerti laah yaa mereka. Mungkin Aghi sih kaga, wong dia mah terlahir orkay, dia sih magang di sini, tapi sok asyik gitu anaknya.

Fahira datang membawa semangkok bakso berkuah merah, busetdah ini anak doyan saos amat yak? Gak tau apa dia proses pembuatan saos? Jijay tauk.

"Beli gorengan aja lu?" Tanya Fahira.

"Iye, ginian ge kenyang kok."

Fahira mengangguk.

Lia, aku dan Aghi bertukar cerita, tentang beberapa pegawai yang resign dengan alasan hijrah, kaga mau lagi kerja di kantor finance yang gaji karyawannya didapat dari keuntungan perkreditan.

"Babi yang jelas haram aja bisa jadi halal kalau situasinya terjepit, ya gak?" Ucap Aghi.

Aku mengangguk.

"Itu pilihan mereka, udah gak usah didebat, mereka merasa benar toh bukan berarti sisanya salah. Perkara gituan mah balik lagi ke keyakinan masing-masing. Keyakinan loh yaa, bukan pedoman agama." Kataku.

"Iya sih, tapi pengin aja ngedebat orang-orang begitu." Ucap Fahira.

"Kurang kebuka tuh otaknya mereka." Sahut Lia kesal.

"Sama Ra, gatel mulut gue juga, cuma kan gini Ya, menjadi open minded itu gak cuma terbuka dengan hal-hal ginian, kaya lgbt, living together before married, tapi juga menerima ada orang yang memengang ajaran kaya gitu. Intinya toleransi. Iya-in aja yang ngatain kerjaan kita haram, setara sama PSK, dan iya-in juga tuh yang doyan frisek. Toh mereka punya keyakinannya masing-masing." Aku menyahuti ucapan Fahira dan Lia sekaligus.

"Emm bener, terserah Tuhan aja ya mau nilainya gimana." Ucap Aghi.

"Balik yuk!" Seru Lia membuat kaget, ia sih makan siang bentar lagi kelar.

Beramai-ramai jalan balik ke kantor, saat akan kembali ke meja, Aghi tiba-tiba menarikku.

"Apa lu?" Tanyaku.

"Kalo tuntutan magang dari orang tua gue kelar, lo mau gak kerja bareng gue? Jadi asisten pribadi gue."

"Hah?? Asisten pribadi?"

"Gue liat CV lo di pak Bastian, lo SMK kan? Administrasi perkantoran, kuliah lo akuntansi, mantep lo kalo jadi personal assistant."

"Kerja di perusahaan orang tua lo?" Tanyaku.

"Iyee, mau gak?"

"Gue kan kontrak di sini, masih sisa 2 tahun."

"Yailah, gue bayarin pinaltinya, mau gak?" Tawarnya, entah yang keberapa kali.

"Gue pikir-pikir dulu ya!"

"Gue jamin, kalo lo kerja bareng gue, gak ada tuh ceritanya lo makan siang cuma sama gorengan dan buras."

"Hehehehehe!" Aku cuma bisa merespon dengan cengiran.

"Eh iya, minggu kemarin gue liat lo dikondangan temen, lo diundang juga?"

"Hah?"

"Mbak Nikeen!"

"Mbak Niken siapa?" Tanyaku bingung.

"Sok-sok lupa lu! Kan lo dapet lemparan boneka kali!"

Aku menelan ludah. Mampooossh!
Ada yang tau aku dateng ke kondangan tanpa diundang.

Kudu ngeles apaan nih aku??

******

Sumpah, pengin rasanya aku lempar granat ke kamarnya Sinta malam ini, gak usah muluk-muluk granat dah, patasan korek 5 gepok juga gapapa deh.

Ganggu banget ni bocah.

Sinta nih yaa, hampir tiap bulan cowoknya ganti, dan selalu dia bawa ke kostan.

Siklus pacaran dia tuh gini:
Minggu pertama: manis-manisan jalan bareng, nonton, ngongkrong di cafe.
Minggu kedua: bawa kostan, ngeue, ngeue, ngeue, ngeue, ngeue.
Minggu ketiga: curhat ke aku kalau dia bosen sama pacarnya.
Minggu keempat: ghosting si cowok, sambil pdkt sama cowok baru.

Bulan berikutnya, punya pacar baru, dan mengulang semua hal yang kujelaskan barusan.

Dan sekarang, aku sedang ada di fase minggu kedua. Tahan-tahan aja dah ini kuping dengerin desahan gak karuan dari si Sinta.

Menyalakan televiei dengan volume besar, kucoba menutup kuping dengan bantal, lalu mencoba tidur.

Dia gak tau apa ya? Aku abis lembur di kantor dan butuh istirahat? Hufft!

**

"Sin??"

"Ya kakak sayang? Makan yuk? Udah gajian kan lu?"

"Iye udah, cuma udah gue transfer ke kampung. Lagian? Ini jam 1 malem, mau makan apaan?"

"Hadeeh! Masih aja lo ngurusin keluarga lo itu, Na! Kaya mereka peduli sama lo aja!"

"Ya api jangan dilawan api dong!"

"Hemmm, tapi salah satu cara mengatasi kebakaran hutan bisa pake api juga loh!"

"Gue gak ngomongin kebakaran hutan, anying!" Makiku, kesal. Aku tuh lagi mau nanya sama dia.

"Heu, terus lo ngomongin apose?"

"Tumben cowok lo malem ini gak mampir?" Yeah, sudah pukul 2 malam dan Sinta masih asik nyeder di tembok kamarku sambil peluk guling.

"Lagi haid gue, males ketemu. Dia sih ngajak dinner gitu, tapi gue males."

"Iya-in dong, gue ikut, mayan mamam gratis."

"Gratisan mulu lo Na!"

"Emm gak sadar diri, lo juga kalo akhir bulan gitu!"

"Hehehehe!"

"Sin, gue mau nanya dong!"

"Nanya apa?"

"Lo ganti-ganti cowok? Gak ngeri apa? Sorry yaak, sebelumnya."

"Anjir lo kaya ke siapa aja, segala pake sorry."

"Ya kan, kita temenan tapi bukan berarti lo gak boleh sakit hati sama omongan gue. Kalo omongan gue atau pertanyaan gue nyakitin lo, terus lo bete? Temen gue siapa dong?"

"Hahahah iya juga ya, tapi santai Na, lo mah bebas mau nanya apa aja ke gue."

"Ya jawab atuh!"

"Ya gak ngeri Na, kan gue pake pengaman. Kalo orang-orang bilang cowok yang sedia kondom, kalo menurut gue justru cewek yang harus sedia kondom. Cowok mah pasti males pake kondom, tapi kan pake gak pake ngaruhnya ke kita. Kalo hamil gimana? Atau penyakitan? Ya kan."

"Tapi emang kondom seratus persen aman yak Sin? Itu di film Love, Rosie hamil tuh."

"Yaa makanya lo yang sediain kondom, beli yang bagus, lo juga yg pakein, biar pas, jadi gak lepas di dalem."

Aku mengangguk.

Sinta memang lebih muda dariku, tapi untuk pengalaman kasur, jam terbang dia melesat jauhhh ke atmosfer sementara aku masih nempel di tanah.

"Pengalaman first sex lo gimana sih?" Tanyaku penasaran. Asli sih ini, aku kepo, lagian, udah bingung mau ngomongin apa. Sudah dinihari dan kita udah males nge-ghibah.

"Gak enak, asli gak enak, dipaksa sama cowok gue pas SMA, gak suka gue, cuma 2 menit dia keluar lagi, gue baru mulai dia udah kelar. Parah laah!"

"Yang enak menurut lo nih, gimana??"

Sinta membetulkan posisi duduknya, dia jadi tengkurap dengan dada beralaskan guling dan kaki yang ditekuk ke atas, cem anak sok imut lg pose nulis diary.

"Enak tuh saat sama-sama mau, butuh penyaluran, disertai nafsu terus jago mainnya. Makanya da gue mah lebih suka cowok badung, mereka lebih tau cara nge-treat cewek di ranjang kaya gimana. Kalo cowol baik-baik mah... kadang malah masih perjaka, kesel gue ngajarinnya."

"Tau dari mana kalo cowok masih perjaka, keliatan emang?" Makin penasaran aja aku.

"Kerasa bego, hahahaha! Tar lo cobain sendiri aja deh Na!"

Aku mangut-mangut.

"Gue malem ini tidur di sini yak?"

"Iyee, di karpet tadi. Gak mau gue kalo lo nembus ke sprei gue!"

"Siap Na, siapp!"

Sinta berguling, ia mengambil salah satu bonekaku untuk dijadikan bantal.

Aku baik ke kasur, sekarang sudah hampir setengan tiga dinihari dan aku sudah mulai mengantuk.

"Lo kenapa Na, tiba-tiba nanya tentang sex? Kepikiran kampung atau mau nyoba?" Tanya Sinta ketika aku sudah mau terlelap.

"Nanya aja, Sin. Gak kepikiran kampung, beberapa hari yang lalu denger orang kantor yang baru nikah curhat, katanya tidak se-wow yang dia bayangkan hahahaha." Ini betul, Gita teman kantorku yang masih muda itu baru saja menikah, dia curhat ke Mbak Juwita soal malem pertamanya, aku gak sengaja dengar dan ya... kepo, gregetan gitu jadinya.

"Sama-sama masih baru kali, kan cowok juga butuh belajar buat puasin cewek kek mana, dan cewek juga harus bilang dia maunya gimana. Setelah itu sharing, tanya cowoknya mau gimana, jadi bisa sama-sama puasin. Orang gue aja belajar goyang kok, jadi kalau gue di atas enaknya gimana, biar gak gampang pegel gimana."

"Gimana?"

"Susahh dijelasinnya."

"Yeeeee!"

"Udah, lo pegang prinsip lo aja Na, gak usah ngeue dulu sebelum nikah."

"Ya emang."

"Tapi kalo emang lo penasaran, ngelakuinnya jangan sama newbie juga hahahaha biar enak jadi lo ketagihan."

"Jadi sebenernya lo support gue ngeue apa gak sih??" Tanyaku bingung.

"Suka-suka lo! Hahahaha! Tapi kan lo gak ada pacar ya? Mau ngeue sama siapa juga kan ya?? Lo datengin deh, ada tempat di daerah atas, PSK-nya ganteng-ganteng, jago lah pokoknya."

"PSK ganteng?"

"Ya PSK kan bukan kerjaan yang hanya diperuntukan kaum hawa, lo gimana sih."

"Tapi masa mau ngeue aja bayar hahahaha."

"Kan orang yang dateng ke sana memposisikan diri sebagai orang yang butuh. Kalau mau jasa layanan, ya bayar!"

Aku mengangguk.

Gak ngerti kenapa, aku kepikiran sama tempat itu.

Tapi, aku punya prinsip.

******

TBC

Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxo

Ps: mature content yaakkkk
Gue kangen bikin cerita 18++

***

Mau iklan dulu

Firi Agil x Ocha

Rafi Orin × Lucy

****

Kedua judul novel di atas dapat dibeli di google playstore yaak

Versi lengkapnya tidak akan pernah kumplit di wattpad lagi

****

Akatara × Merida

Masih ada stock terakhir
Yang mau silahkan yaaa

Mungkin akhir tahun akan up di google playstore juga

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top