18. Pelajaran terakhir?

"Gitu dong! Ceria!" Aghi tiba-tiba memujiku.

"Emang selama ini gue kenapa?"

"Ya gak kenapa-napa juga sih, biasa aja. Cuma dua minggu ini tuh gue merasa lo lebih ceria aja. Apalagi hari ini, lo kaya sumringah, semangaat gitu."

Aku hanya tersenyum.

Iya lah, aku merasa bangga pada diriku sendiri.

Semalam, aku berhasil bikin Nara keluar, pakai mulut dan gak muntah. Biasanya, aku muntah terus, dan Nara bukannya keluar malah mandi karena muntahanku.

Nara udah minta aku stop nyoba. Cuma gimana ya? Aku mulai menikmati itu semua, dan aku sampe harus nonton bokep buat belajar kaya gimana blowjob yang baik dan benar.

Pacar yang baik ya aku nih??

"Hehehehehhe!" Hanya itu responku pada Aghi.

"Abis melakukan kejahatan ya lu?"

"Hah?"

"Orang kan gitu, biasanya bersikap lebih baik dari biasanya pas abis melakukan kesalahan."

"Suuzon lo!"

"Terus apa dong?"

"Ya pengin kaya gini aja."

"Pertahankan Nin!" Ucap Aghi sambil menepuk-nepuk pundakku.

Aku mengangguk. Kami kemudian mengikuti yang lain, keluar ruang rapat untuk menuju tempat makan siang.

Hari ini Aghi nempel sama aku mulu, katanya dia lagi males ngobrol sama orang lain, soalnya di rapat kali ini perusahaan gak untung gede-gede banget, jadi katanya ya seadanya aja.

Itungan emang ini anak kalo soal ramah sama orang.

"Gue putus sama cewek yang waktu itu. Selingkuh dia, balikan gitu sama mantannya."

"Ya elu, pacarin bocah. Sekalian sana anak SMA!"

"Gue pacaran sama anak SMA dikatain pedofil gak ya?"

Aku auto ngakak. Gak sadar umur emang. Anak SMA umur berapa sih 15-17 paling ya? Lha dia udah 29. Itu bocah baru brojol, Aghi mungkin udah jadi playboy.

Tapi, kalau diliat-liat, Aghi tuh mukanya terlihat muda. Meskipun ia lebih tua dariku, kadang orang menganggap aku yang lebih tua. Bukan karena mukaku tua ya!! Emang Aghinya aja babyface.

Dan dia kan anaknya agak melambay, jadi bikin dia punya jiwa muda.

Eh harus aku ralat. Aghi sekarang udah gak melambai.

Aghian Prawiradilaga sudah menjadi pria seutuhnya, dia maskulin sekarang. Walaupun belum pas sih dapet gelar Pria. Abis dia kan masih mainin cewek, belom mateng.

Aghi si pria setangah matang. Hahaja!

"Kenapa lu cengengesan?" Tanya Aghi, aku langsung diam.

"Pedofil Ghi, lo bakal jadi pedofil kalo pacarin anak SMA!"

"Kalo mereka yang mau gimana?"

"Emmmmmmmm!" Aku tak menjawab.

"Susah tau Na, nyari cewek yang serius. Lo liat deh lingkungan kantor kita, Si Marini... dia pacaran udah berapa lama? 5 tahun ya? Terus kemarin ambil cuti 2 minggu, liburan, healing her soul karena mendadak ditinggal nikah sama cowoknya. Parah ya?"

Aku mengangguk.
Gosip rame tuh di kantor, padahal kami beda lantai.

"Terus ada si Dwi, udah kejar target biar dapet promosi. Bonus udah dipake DP rumah, ehh ceweknya balikan sama mantan. Gedeg ya?? Tapi yang paling enak sih yaa si Faisal, ngerekrut Tamara buat jadi bawahan, eh cocok, gak sampe 6 bulan nikah. Sebecanda itu ya soal jodoh tuh?"

Aku mengangguk.

"Nikah juga menurut gue gak enak-enak amat. Kayak... Nikah tuh perkara lo memilih dengan siapa lo bersedia berantem tiap hari."

"Kok berantem?" Tanyaku.

"Ya iya, Papi-Mami gue masih suka ribut tuh tiap pagi. Masalah sepele, odol lah, handuk lah. Gak jelas."

Aku mengangguk.

"Berat tuh kaya Bang Anggi, dia kerja di sini sementara istrinya dokter di Batam, tiap minggu gantian siapa yang pulang." Ucap Aghi. Anggi itu langsung kakaknya Aghi. Paham kan? Jadi anak Pak Dewa sebelum Aghi tuh Anggi.

"Kebayang yahh? Udah nikah tapi mau ketemu istri aja kudu nunggu libur." Ucapku.

"Nah itu. Nikah tuh jadinya kayak dengan siapa lo bersedia susah. Padahal nikah harusnya seneng."

"Lo pengen nikah Ghi?" Tanyaku.

"Ya mau. Siapa sih yang gak mau nikah?"

"Tipe cewek lo yang gimana?"

"Pertama sih harus mengerti kalau gue orangnya gak jelas."

"Bangeet!" Sahutku, Aghi langsung cemberut. Tapi ia melanjutkan.

"Soalnya Nin, lo tau kali. Gue merasa punya sisi feminim. Gue pernah konsul ke psikiater, katanya sih gak masalah kalau gue gak terganggu."

"Emang lo gak masalah?" Tanyaku.

"Engga, kadang sisi ini yang bikin gue mengerti cewek lebih baik daripara cowok di luar sana."

"Kalo itu gue setuju!"

"Makanya gue gak masalah. Sisi feminim ini cuma bikin gue kadang ngomong jadi agak melambai aja. Sama kadang... gemes beli daleman cewek di mall."

"Wahhhh? Demi apa?"

"Gue pernah dimarahin Mami pas Mami bongkar lemari gue dan nemuin daleman cewek renda-renda. Semuanya baru, masih ada labelnya. Mami bingung, gue sama bingungnya... gak tau harus jelasin apa."

"Lo beli daleman buat apa? Dipake?"

"Kaga! Spontan aja gitu."

"Tapi sekarang lo laki abis kali, Ghi!" Ucapku.

"Karena gue perlu membangun image, Na! Orang sini lagi... nanti mereka pada gak percaya sama kemampuan gue kalo gue ngomomg melambai. Tapi kalo di rumah ya gue biasa."

"Orang rumah lo ngerti?"

"Awalnya ngeri, tapi ya ujungnya ngerti. Mereka gak masalah saat tau gue walaupun begini tetep straight."

"Mantap! Lanjut tipe cewek lo!"

"Pertama tadi yaa, ngerti. Terus kedua tuh gak bawel, gue males dibawelin, apalagi kalo gue lagi kerja. Euuhhh rasanya mau gue sumpel koskaki mulutnya."

"Jahat lo!"

"Terus gak posesif! Gue suka main sama temen-temen gue, semuanya, cowok-cewek, campur. Jadi gue gak suka diposesifin. Sebagai gantinya, dia pun gue bebasin."

"Mantap!!"

"Apalagi ya?? Mau yang toketnya gede deh yaa, gak kaya lo!"

"Terus aja bahas toket, teruuussss!!" Seruku kesal.

"Hahaha becanda! Segimana aja lah, asal bisa diremes."

"Astagfirullahalazim!!"

"Tapi jangan toket operasi juga yaa, soalnya gue gak suka kepalsuan."

"Hahaha tai!"

"Serius gue, Na!"

"Hahahaha iyaa iyaa, terus dari semua kriteria itu, lo udah nemu belum ceweknya?"

"Belum ih anjing, sedih da ya ampun!! Taun depan gue nikah ama siapa atuh ya?" Aghi mendadak heboh, sedikit melambai.

"Masih ada waktu, kali aja lo nanti dapetnya yang kaya Tamara sama Faisal. Gak lama kenal langsung jadi."

"Mantap!" Sahut Aghi.

Aku tersenyum, senang menghabiskan siang ini bersama Aghi dengan percakapan yang ringan dan menyenangkan.

Jadi bikin kangen Nara deh, hehehe. Gak nyambung ya?? Mon maap dah!!

********

Ketika aku masuk apartment, aku tersenyum melihat tas Nara ada di meja. Dia pasti udah pulang duluan.

Nah, bukannya aku yang tinggal di apartmentnya, malah Nara yang sering nginep di sini. Asik kan ya?

"Yaang?!" Panggilku.

"Di dapur sayaang." Sahutnya.

Aku berjalan ke dapur, dan memandang heran saat tahu kalau Nara sedang memasak. Ia masih memakai baju kerjanya, kemeja sudah ia gulung sampai ke siku, kancing bajunya lepas semua, plus kain lap menggantung di bahu kiri.

"Masak apa kamu?!" Tanyaku tepat ketika oven berdenting. Nara langsung berjalan meninggalkan kitchen island, dan aku baru sadar kalau dia cuma pake celana pendek, lucu lagi, motif doraemon.

"Apple pie for you, my cuttie pie!"

Aku tersenyum. Asli, jarang banget Nara begini. Ia menghidangkan pai yang masih panas itu di meja.

"Dari jam berapa kamu masak?"

"Emm dua jam lalu, aku beres rapat di Sentul, terus males balik ke kantor, terus ke sini deh, terus gabut, terus liat channel masak-masak, terus duplicate deh!"

"Cakep banget sihh!"

"Emang!"

Aku tertawa.

"Mandi yuk?!" Ajaknya.

"Yukk!" Aku setuju.

Hubunganku dengan Nada sudah berjalan jauh. Aku udah gak malu naked di depan dia, dan aku juga udah gak takut liat seluruh badannya. Meskipun tegang, nervous dan perasaan ragu-ragu itu masih ada.

Tapi kan kemajuan yaa, aku udah gak takut liat pasangan sendiri hehehehe!

Berendam bersama, kami saling membersihkan tubuh masing-masing, diselingi ciuman-ciuman kecil dan tangan yang tidak di tempat seharusnya membuat acara memandi makin lama.

"Apalagi? Aku harus belajar apa lagi?" Tanyaku pada Nara.

"Apa dong ya? Kamu udah jago heheheh! Tinggal pelajaran terakhir."

"Apa?"

"Itu, hehehehe!"

Aku diam, agak ragu. Sebenarnya aku mau, jujur setiap kali disentuh Nara, atau saat aku memainkan miliknya baik dengan tangan atau pun mulutku. Aku selalu merasa ingin lebih. Ingin merasakan Nara bersatu denganku, masuk ke dalamku.

Tapi, hati kecilku selalu memintaku untuk menunda hal tersebut.

Suara bel yang menggema menghacurkan lamunanku.

"Siapa?" Tanya Nara.

"Gak tau."

"Yaudah, ayok kita beresin mandinya."

Aku dan Nara cepat-cepat membilas diri sementara suara bel terdengar berulang-ulang membuat kesal.

Siapa sih yang bikin berisik sore ini???

Memakai baju asal, kutinggalkan Nara di kamar lalu membuka pintu.

"Lama amat sih lo!" Sinta mengomel langsung di depan mukaku.

"Sabar napa! Ayok masuk!" Ajakku.

Sinta masuk ke dalam, ia langsung duduk selonjoran di sofa, sementara aku duduk di lengan sofa.

"Siapa Yaang?" Nara keluar dari kamar dan Sinta langsung tertawa seperti orang gila.

"Heh?! Lo kenapa??!" Seruku pada makhluk halus satu ini.

"Pantesan lama hahahahahaha sorry ya menggangu!" Ucap Sinta.

"Kenalin Yaang, dia Sinta. Temenku di Bogor." Aku memperkenalkan Sinta pada Nara. Ini pertama kalinya mereka bertemu. Karena... ya aku juga emang udah jarang ketemu Sinta.

"Sinta, Bang! Adik kandungnya Teteh Nina!" Ucap Sinta dengan suara menjengkelkan. Nara langsung melirik bingung ke arahku, tapi aku menggeleng padanya.

"Nara, pacarnya Nina!"

"Uhuyyyyy!!" Seru Sinta, aku tahu, dia ini ngeledek banget pasti.

"Ngapain lo ke sini?" Tanyaku.

"Maen elah, Teh! Gak boleh emang Adek Kandung mampir ke apartment Teteh sendiri!"

"Lebay lu najis! Sejak kapan lu jadi adek gue?"

"Yaang? Aku balik aja ya? Biar kamu enak berdua sama Sinta." Ucap Nara.

"Ih Bang, di sini aja dulu. Belom puas aku mandangin muka Abang yang ganteng!" Seru Sinta.

"Iya gak apa, kamu pulang aja!" Seruku. Gebleg emang si Sinta.

Kalau ada Nara di sini, bisa-bisa sepanjang malam bocah kupret ini ledekin aku.

"Okee, okee! Ditinggal yaa, itu dimakan Yaang!" Nara menghampiriku, mengecup pelipisku dan itu membuat Sinta terbahak lagi.

"Bye Sinta, nice to see you!"

"Iya Bang dadah! Nanti kita quality time ya Bang!"

Nara tersenyum, ia mengambil tasnya kemudian keluar dari unit apartmentku.

Saat aku sendiri, kuplototi Sinta, dan ia malah tertawa kembali.

Ya allah, punya temen gini amat yak?

*******

TBC

Thanks for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxo

******

Yuk, cus ke google play untuk beli novel-novelku ini dalam format e-book

Anomali Series

Firi × Ocha

**

Rafi × Lucy

****
Aghi

****

Sinta emang nyebelin bgt ya ampun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top