The One

Aku tidak bisa mendeskripsikan rasa kasih sayangnya padaku, yang aku tahu dia akan selalu muncul ketika aku membutuhkannya. Sesalku ketika aku membuatnya marah atau kecewa tapi dia selalu pandai menyembunyikannya, aku ingin menebus segala kesalahan yang telah aku perbuat kepadanya tapi kini kita telah berpisah sangat jauh bahkan bukan hanya jarak dan waktu yang memisahkan tapi kita terpisah ruang yang berbeda. Dia sering membantak dan memarahiku dikala aku melakukan kesalahan dan tidak menuruti perintahnya, dulu aku sering marah dan balas membentaknya tapi kini rasanya momen itu ingin aku ulang kembali.

Aku rindu padanya yang telah jauh pergi meninggalkan aku lebih dulu, saat dia pergi rasanya separuh jiwaku hancur tiada berarti dan kehidupanku setengah runtuh. Aku berusaha bangkit dari keterpurukan tapi butuh waktu yang lama untuk kembali tersenyum menyambut datangnya mentari. Perjuangannya untukku tidak akan pernah bisa aku balas sampai kapan pun, dia rela menderita hanya karena aku, dia sembunyikan segala beban dalam hidupnya agar aku tidak mengkhawatirkannya. 

Aku teringat kala itu saat dia terbaring lemah tidak berdaya dia bertanya padaku, apakah aku sudah makan? Pada hal yang seharusnya bertanya seperti itu adalah aku karena dia sedang dalam keadaan dimana segala peralatan medis menempel di tubuhnya, aku menangis tersedu melihat keadaannya yang sangat mengkhawatirkan tapi dia selalu bilang tidak apa-apa semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya kecemasanku kini berubah menjadi jeritan histeris aku melihatnya terbaring kaku tidak sadarkan diri.

Kepergiannya tidak akan bisa membuatnya kembali kepadaku, aku hanya bisa menatap batu nisan yang bertuliskan namanya. Kini hanya lewat sebuah doa aku titipkan rinduku padanya, dialah lelaki pertama yang membuatku menangis tanpa henti ketika teringat kenangan saat bersamanya. Rindu yang tak akan pernah berujung dan tak akan pernah sampai pada pemiliknya. Ayah aku ingin kembali mengulang momen dikala ayah menggendongku, dikala ayah menuntunku, dikala ayah memelukku.

Ayah dari kucuran keringatmu aku bisa hidup, ayah dari nasihatmu aku bisa menjadi manusia bijak, ayah meski pun cara mendidikmu begitu keras padaku tapi aku bisa merasakan bahwa caramu itu yang terbaik yang aku rasakan saat ini. Jika diizinkan aku ingin bertemu dengannya walau pun hanya sehari atau bahkan sekejap, aku ingin memeluknya, menciumnya dan aku juga ingin menceritakan keluh kesahku padanya bahwa hidup ini tidaklah mudah tanpanya. 

Ketika ayah meninggalkanku untuk selamanya aku merasa dunia ini berhenti, tidak ada tujuan hidup yang aku tuju semuanya menjadi gelap dan tanpa arah. Hidup yang aku jalani setelah kepergiannya bagaikan bunga yang mengering dan akan gugur ke tanah. Setiap kali aku merasa terpuruk menjalani hidup yang penuh dengan sandiwara, aku selalu teringat nasihatnya bahwa hidup memang akan selalu sulit jika tidak ikhlas menjalaninya, kata sabar yang selalu diucapkannya sampai pada kata sabar itu menjadi kata ikhlas. 

Ayah kenangan bersamamu sangat begitu membekas dan sulit untuk dilupakan tapi kini kenangan itu hanya bisa aku rindukan, aku tengadahkan tanganku meminta kepada sang maha semesta dengan air mata yang terus mengucur, aku kirimkan secarik doa untuk ayah yang telah berada di surga, semoga Tuhan memberikan tempat terindahnya, memberikan rahmatnya dan dijauhkan dari siksa api nerakanya. 

Ayah aku selalu berharap kau selalu mendoakan aku di sana meski tangan tak lagi bisa menggapai dan mata tak lagi bisa melihat tapi aku yakin bahwa disetiap langkahku selalu ada doamu yang menyertaiku. 

 written by: MbaMerr

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top