Bab 4 : Namaya juga cinta
Haechan tersenyum kecil saat melihat Jaemin yang duduk di sofa tak nyaman, dia tahu apa yang dipikirkan pria cantik yang berprofesi dokter itu.
"Aku bukan kekasih Jeno, mantan, atau selingkuhannya, aku beban dia lebih tepatnya." jelas Haechan tanpa diminta.
"Beban?" beo Jaemin tak mengerti,
"Dia suka rela menjadi ayah dari putraku, padahal bukan putranya melainkan putra kakaknya, aku diminta oleh kakak Jeno untuk mengugurkan Chenle, aku mengiyakan dan pergi dari kehidupannya, yang sebenarnya aku bahkan tak ada niat untuk melenyapkan nyawa putraku, dan Jeno dia ada untukku, membantuku dari awal sampai sekarang."
Jaemin mengangguk paham, "Jeno masih mencintaimu jika kau ingin tahu, dia memang menerima Karina, tapi dalam hatinya hanya ada namamu, aku pernah melihat fotomu di dompetnya kau tahu."
"Fotoku?"
Haechan mengangguk, dia berjalan kearah tempat tidur putranya dan menggendongnya, "Dia mencarimu, dia tak melupakanmu, dia ada untuk Karina karena merasa bersalah tidak bisa mencintai wanita itu dengan tulus."
"Kau membelanya karena dia baik padamu." dengus Jaemin tak percaya.
"Jika aku bisa memutar waktu, aku akan lebih bersyukur bertemu dengan Jeno dan menikah dengannya daripada harus bertemu dengan kakaknya yang brengsek."
"Dia membuat luka dihatiku kau tahu."
"Aku tahu ceritanya, kau difitnah oleh Karina dan bodohnya Jeno percaya akan hal itu karena bukti yang dimanipulasi, benar?"
Jaemin mengangguk.
"Dia gadis baik sebenarnya, hanya saja dia salah mencintai Jeno yang jelas sudah memiliki aku dan bahkan membuat kami berpisah, namaku jelas sangat jelek saat itu... Pelacur, mereka memanggilku seperti itu."
"Jung memang brengsek sih."
"Harusnya aku tak mengiyakan ajakan Winter untuk ke klub yang ternyata jebakan, aku diberi obat, tak sadar, berakhir disebuah ranjang dengan pria, aku yang tanpa busana di foto dan disebar, jika mengingatnya lagi memang menyakitkan."
"Tak usah diteruskan karena aku tahu kisahmu dari mata Jeno, ya dia marah besar saat itu bukan? mempermalukanmu hingga kau pindah ke luar negeri. Menurutku itu hal wajar jika kau menghilang bak ditelan bumi setelah apa yang mereka lakukan."
"Benarkan? aku tak salah, jadi aku sekarang memutuskan untuk membuat Jeno menyesal sebelum aku kembali padanya."
"Jadi kau yakin akan kembali padanya?"
"Karena aku cinta mau bagaimana lagi?"
"Jisung putra Karina, wanita yang membuatmu jauh dari Jeno." Haechan mengingatkan.
Jaemin menggeleng, "Jie tak memiliki kesalahan apapun, dia hanya anak yang kurang beruntung karena sudah tak memiliki ibu dan juga memiliki kesehatan kurang baik."
Haechan mengangguk paham,
"Kesalahpahaman ini sudah selesai bukan? jadi kau tak perlu cemburu padaku, aku hanya meminjamnya sebentar jika Chenle membutuhkan sosok ayah."
"Maaf menganggu jika begitu, boleh aku meminta kontakmu? kurasa kita cocok untuk menjadi teman."
"Tentu." dengan cepat Haechan menutup panggilan yang tersambung dan memberikan kontaknya pada Jaemin.
Ya... dia berbincang dengan Jaemin dan menyambungkannya pada Jeno dari telepon, bukankah dia baik?
"Sampai jumpa Haechanie dan juga Chenle." pamit Jaemin yang dengan polosnya melambaikan tangan.
Ohh Nana kau dikelilingi manusia licik jika kau tak tahu.
.
.
Jeno tersenyum kecil saat melihat Jaemin yang keluar dari ruang rawat Chenle.
Benar. Masih ada harapan untuknya, dia bisa memperbaiki segalanya, dia akan memulai semuanya dari awal.
"Well... memang Jaemin menyukaimu, aku akui itu, tapi dia juga bisa saja ingin bersamamu agar dendamnya terbalaskan." Kun berdiri disamping Jeno,
"Dan aku akan menerima semua itu, tak masalah jika dia ingin balas dendam padaku karena memang itu kesalahanku."
"Aku tak akan memaafkanmu jika kau datang hanya karena rasa bersalah."
"Hyung haruskah aku mengatakan jika selama ini aku bersama Karina adalah karena merasa bersalah tak bisa mencintainya, dan tetap menyimpan nama Na Jaemin dihatiku? aku tahu aku sangat amat brengsek, tapi semua manusia pasti membuat kesalahan, dan pasti juga ada kesempatan kedua."
"Haaahh... dan bodohnya Jaemin tetap mencintaimu."
"Hyung, daripada kau pusing dengan kisah percintaanku, bukankah lebih baik kau fokus mengejar Yangyang? hanya memberitahu saja, sepupuku itu populer."
Kun mendadak kaku. Ya dia memang sangat percaya diri, hanya saja kalo dipikir kembali, bagaimana jika selera Yangyang yang tadinya om-om berubah menjadi seumuran?
"Uncle Taeil juga belum sepenuhnya merestuimu."
"Jangan membuatku overthinking."
"Bisa saja dia dijodohkan tanpa sepengetahuanmu." Jeno jelas membuat Kun panas, karena dia yakin Kun sekutu Jaemin.
"Sialan kau Jung junior." desis Kun yang berjalan pergi.
Sedangkan Jeno hanya mengulum senyum, hari ini dia akan pulang dan berbincang dengan orangtuanya, mau meminta restu.
.
.
.
"Coba katakan lagi sayang?" tanya Taeyong yang masih tak percaya.
"Dokter yang menangani jie itu mantan kekasihku yang kubuat hancur bubu, dia yang kukecewakan tapi aku masih mencintainya bahkan setelah menikah dengan Karina." jawab Jeno menunduk, menahan rasa malu dan tentunya rasa bersalah.
"Apa bubu mengajarkanmu menjadi seseorang yang seperti itu? apa bubu salah mendidikmu?"
"Maafkan aku, aku akan mengejarnya kembali bubu, aku akan menebus semua kesalahanku, percaya padaku."
Taeyong menggeleng, "Sulit sayang, dia pasti membencimu."
"Tidak, dia masih menginginkanku, hanya saja kemungkinan dia tak akan dengan mudah luluh, dukung aku, kumohon."
"Baiklah, bubu akan mendukungmu, tapi jika dokter Jaemin menolakmu, tak ada kata memaksa."
"Dukungan bubu membuatku kuat mengejarnya meski ke ujung dunia sekalipun." ujar Jeno memeluk bubu kesayangannya.
"Jadi bagaimana kau kembali mendekatinya sayang?" tanya Taeyong, entah kenapa rasanya akan sangat menarik jika dia menonton putranya mengejar sang cinta yang pernah kandas.
"Mulai sekarang aku akan ikut jika jie kontrol, laku aku akan main ke rumah sakit, yaahhh main ke tempat Uncle Taeil sambil terus mendekati Nana, bagaimana?"
Taeyong mengangguk, "Kau kerja sayang, tak bisa tiap hari."
"Aku tahu, aku akan meminta Uncle Taeil agar memberi tahu jadwal kerja Nana, aku akan mencoba mengantarnya pulang juga, lalu aku juga bisa menjadikan jie sebagai alasan untuk berbincang."
"Licik." komentar Taeyong mendengar penjelasan sang putra.
"Aku putra Jung Jaehyun jika bubu lupa, sifatku bawaan dari gen hehehe." jawab Jeno dengan tawa kecilnya.
"Baiklah, baiklah. terserahmu, semoga lancar pendekatannya, jika gagal jangan galau, karena semuanya di awali karena kesalahanmu sendiri, paham?"
"Siap komandan. aku mau istirahat dulu, aku terlalu lama meninggalkan Jie." pamit Jeno sebelum pergi dia mencium pipi bubunya, kebiasaan dari kecil sampai sekarang.
"Iya, selamat beristirahat sayang."
.
.
.
Pagi yang cerah untuk Jeno tapi tidak untuk Jaemin karena pagi indahnya sudah hancur karena senyuman tampan seorang Jung Jeno yang menggendong putranya.
"Pagi dokter, putraku ingin kontrol." sapa Jeno dengan nada yang sangat ceria.
"Pagi juga Tuan Jung, tapi sepertinya Anda terlalu pagi kesini." Jaemin menjawab sapaan Jeno mencoba profesional.
"Tidak juga, karena aku sengaja, aku ingin mengajakmu sarapan."
"Tidak terima kasih, aku tidak biasa sarapan."
Kruwuk.
Sialnya suara perut Jaemin berbunyi.
Sungguh dia ingin memukul perutnya sendiri karena tidak bisa diajak kompromi.
"Sekalian aku ingin berbicara masalah kesehatan putraku."
Mendengar itu, Jaemin mau tak mau ikut, mengikuti langkah Jeno yang menggendong Jisung yang tengah tertidur dalam gendongan.
"Kau mau makan apa nana?" tanya Jeno sampai di kantin rumah sakit yang bisa dibilang cukup besar.
"Sandwich saja, minumnya americano." jawab Jaemin,
Jeno mengangguk dan memesan makannya dan Jaemin setelah itu keduanya duduk berhadapan.
"Kau tak bekerja?" tanya Jaemin membuka percakapan.
"Tidak, aku ingin tahu kondisi putraku, jujur selama ini aku tak tahu dan tak ingin tahu kondisi putraku karena takut, tapi aku kembali berfikir jika aku menjadi ayah yang jahat untuk Jie jika aku melakukan itu, karena itu mulai sekarang aku yang akan mengantar Jie." jelas Jeno sejujurnya.
"Ohh, putramu sehat Jen, hanya saja tidak stabil kondisinya, tapi aku yakin kau akan menjaganya, kau ayah yang hebat."
Jeno tersenyum miris dan menatap putranya yang masih pulas.
"Aku tak sehebat itu, aku menyia-nyiakan cintaku dimasa lalu, membuatnya terluka, aku juga menyiksa orang yang mencintaiku sedangkan aku tidak mencintainya, dan sekarang aku tak mempedulikan putraku sendiri."
"Hei, jangan mengatakan hal seperti itu, aku yakin semua ada hikmahnya." jelas Jaemin mengusap punggung tangan Jeno yang ada diatas meja.
"Terima kasih, bisakah aku meminta sebuah kesempatan padamu?" tanya Jeno penuh harap.
"Kurasa kau harusnya tahu jawabannya Jen, kau melukaiku dengan sangat menyakitkan, aku bahkan tak pernah lama jika memiliki hubungan dengan seseorang karena aku takut disakiti kembali." jawab Jaemin tersenyum ketir,
"Maaf..."
"Berubahlah menjadi seseorang yang kembali aku kagumi, maka aku akan memikirkan kembali perasaanmu, dan terimakasih atas sarapannya." ujar Jaemin bangun dari duduknya, mengambil sarapannya dan kembali ke ruangannya, meninggalkan Jeno yang masih termenung.
Ini lampu hijau kan ya?
Dia harus berjuang.
"Jie, do'akan daddy, agar kau punya papa terbaik." bisik Jeno pada putranya dan mengecup dahi putranya pelan.
Auranya sedang dipenuhi energi positif, dia yakin semua masalahnya bisa diatasi.
TBC.
.
A/N : Long time no see, well aku tahu aku salah, karena ngga suka up, soalnya PRku ada 3 ceruta di wattpad yang belom tamat semuanya nomin, terus di tiktok pov juga belom kelar, AU di twt juga 😭 jadi aku upnya kalo ngga mager. Sampai jumpa di next part selanjutnya yang entah up kapan, bye bye 😍😍😍 maaf jika banyak typo soalnya ngga aku cek lagi, MAGER HEHE... BYE...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top