Bab 3 : Stalker
"Yaaahhh... aku mengenal Jaemin, dan aku ingat cerita doyoung jika kisah cinta kalian belum sepenuhnya selesai, bukankah aku uncle yang baik?"
Jeno tersenyum miris, "Aku tak memiliki wajah bertemu dengan Nana, aku menyakitinya, menyakiti hatinya, harga dirinya, dia tak akan pernah memaafkan orang brengsek sepertiku uncle."
"Wow... yakin? kau tahu dirumah sakit yang dulu Nana primadona, hmmm... kemungkinan disini juga." jelas Taeil dengan seringai jailnya.
"Uncle jangan membuatku overthinking."
"Aku hanya mengatakan fakta, Jaemin itu idaman para mertua, banyak keluarga pasien yang ingin mengenalkan anak mereka pada Jaemin entah wanita atau pria, meski minus di kelakuan randomnya."
"Tapi bagaimana aku mendekatinya uncle? aku duda punya anak satu, terlebih mantan kekasih yang menyakitinya, masih ada celah untukku masuk?" tanya Jeno frustasi.
Sungguh. Jika orang awam liat sekilas mereka seolah pasien dan dokter yang sedang konsul, karena memang terlihat seperti itu.
"Kau temani Jisung check up, pura-pura terkejut mungkin, lalu minta nomornya dengan alasan konsul untuk Jie, bisalah ajak makan, katakan sebagai tanda terima kasih karena mau menjadi dokter putramu, bagaimana?"
"Uncle melakukan pdkt dengan doyoung hyung seperti itu?" tanya Jeno menyelidik.
"Aku memberimu saran Jung Jeno."
"Tapi aku pasti ditolak uncle, dia pasti berkata, ohh tidak usah, itu sudah tugasku sebagai dokter, aku disumpah untuk itu dan bla bla bla... dia memiliki banyak alasan untuk menolakku!!"
"Jadi kau menyerah?"
"Bukan seperti itu!!"
Ya. perdebatan mereka tak akan selesai cepat jika terus seperti itu.
.
.
Kun merangkul pundak juniornya yang terlihat lelah dan mengusap rambut Jaemin gemas.
"Kau masih muda tapi seperti kehilangan gairah hidup."
"Diamlah hyung, aku tak mau berdebat."
"Mau cerita?" Kun membawa Jaemin ke kantin untuk makan sekaligus berbincang.
"Aku bertemu orangtua dan putra Jeno, mereka menawarkan aku jadi menantu."
"Hah?"
"Iya, katanya mau pilih si sulung atau si bungsu, aku penasaran bagaimana jika mereka tahu kalo aku itu mantan kekasih putra bungsunya yang dia sakiti."
"Kau masih mencintainya?" tanya Kun menatap Jaemin penasaran.
"Jelas hyung, aku masih belum move on, jujur aku ingin kembali padanya tapi aku juga ingin melihatnya menangis, memohon cintaku, bagaimana?"
"Gila." komentar Kun melihat Jaemin yang tertawa kesetanan.
"Balas dendam hyung, aku tak peduli dia duda beranak satu, aku tetap cinta, dan sekarang Jeno malah semakin tampan, benar kata hyung, aku gila."
"Padahal banyak yang suka padamu, kau tinggal pilih, atau mau aku kenalkan?"
"Hyung jangan mulai, kau tak tahu bagaimana rasanya gagal move on, lebih baik kau perbaiki hubunganmu dengan Taeil hyung agar dapat restu."
Kun menggeleng, "Tak perlu ada yang diperbaiki, aku ini calon menantu idaman, tampan, kaya, pewaris rumah sakit, kurang apa aku?"
"Hyung narsisme... sudahlah, jangan membahas yang seperti itu, aku ini orang plin plan sebentar cinta sebentar benci."
"Tapi jika kau berniat balas dendam tapi sebenarnya cinta bagaimana jika aku bantu?"
"Huh?"
"Kau pura-pura memiliki kekasih, teman dekatmu misalnya." saran Kun serius.
"Niat sekali hyung."
"Kau ingin balas dendam bukan?"
"Baiklah, akan kucoba."
.
.
.
Seperti stalker itu yang dilakukan Jeno saat ini, dimana dia memperhatiakan Jaemin yang sedang berbincang dengan rekan dokternya.
Ingin mendekat tapi dia malu, benar-benar malu. Terhitung sudah 3 hari dia menguntit Jaemin di rumah sakit, kantor? Serahkan saja pada kakaknya.
"Sedang apa kau disini?"
Sungguh dia ingin sekali memukul orang yang menegurnya dari belakang. DIA TERKEJUT!!!
"Haechan... " sapa Jeno tak jadi marah.
"Aku tanya kau sedang apa?"
"Kau sendiri?" Jeno balik bertanya.
"Issshhh..."
Jeno terkekeh dan menunjuk Jaemin dengan isyarat, "Mantan yang sering kuceritakan dulu, dia dokter disini dan sekarang menjadi dokter pribadi Jie."
"Ahh... Yang kau ceritakan kemarin jugakan? Apa semua Jung brengsek? Maksudku, kau yang dulu tak mempercayai mantanmu, yang ternyata dia difitnah oleh istrimu yang sudah meninggal, apa dulu kau sebodoh itu?"
Tak ada bantahan, Jeno hanya mengangguk setuju.
"Aku seperti stalker ya? Setidaknya aku ingin meminta maaf dan jika ada kesempatan kedua, aku ingin kembali bersamanya."
Haechan mendengus, "Kau dulu bodoh sekali."
"Dan sedang apa kau disini?" Jeno balik bertanya.
"Chenle demam, jadi kuputuskan membawanya kesini."
"Kenapa kau tak bilang? Lalu dimana dia?"
"Diruang rawat inap, ternyata dia harus dirawat." jawab Haechan dengan tersenyum kecil.
"Bisakah kau cerita jika ada masalah pada Chenle? Kau anggap apa aku?"
Haechan mengangkat bahu, dia melirik sekilas Jaemin yang tengah menatap dirinya dan Jeno.
Ahhh... Entah kenapa instingnya mengatakan jika dokter itu tahu jika Jeno mengikutinya tapi pura-pura, dia akan berbuat jail sekarang.
"Mau melihat Chenle? Dia pasti rindu." ajak Haechan merangkul lengan Jeno mesra,
Ohhh kenapa ini seru sekali!! Hechan dapat melihat ekspresi wajah Jaemin yang tak suka.
"Tentu saja aku ingin melihatnya. Dimana?" tanya Jeno,
"Ikut aku." ajak Haechan tetap merangkul lengan Jeno, dia dengan sengaja menyandarkan kepala pada lengan itu, sungguh dia menahan tawa saat melihat Jaemin dengan sudut matanya mengikuti mereka diam-diam.
"Kau kenapa?" tanya Jeno tak mengerti sikap Haechan yang tiba-tiba,
"Tidak, hanya melihat yang seru saja." jawab Haechan santai.
"Haii lele..." sapa Jeno melihat anak yang tengah berbaring, terlihat tak nyaman
"Dadda..!!" seru Chenle heboh.
Jeno mengulum senyum melihat anak berumur sekitar 2 tahunan dan menghampirinya, menyentuh dahi yang masih demam.
"Sudah kukatan jika ada apa-apa langsung beritahu, jangan menyepelekan penyakit Seo Haechan."
"Kau terlalu baik, bahkan ayah kandungnya sendiri tak tahu keberadaan Chenle, yang dia tahu aku sudah menggugurkannya." jelas Haechan dengan senyum miris.
Jeno mengecup pucuk kepala Chenle, mengusap rambutnya sayang.
"Kakakku memang brengsek, tapi aku tak bisa mengatakan hal itu didepannya karena aku juga sama brengseknya."
Ya. Rahasia yang hanya ada diantara Jung Jeno dan Seo Haechan adalah Chenle, putra Jung Mark yang harusnya digugurkan saat itu, tapi Haechan memutuskan untuk melahirkannya dan menghilang dari kehidupan Jung Mark dibantu oleh adik pria brengsek yang sudah merusak hidupnya.
"Kau tak sebrengsek itu, kau bahkan menjadi ayah putraku."
"Aku khawatir pada kehidupan kalian, terlebih kau merahasiakan hal inipun dari keluargamu."
"Orangtuaku tak akan tahu, tapi akan segera tahu karena memutuskan untuk pulang ke Korea."
"Jika Mark tahu masalah ini apa yang akan kau lakukan?"
Haechan terdiam. "Jika kau tak buka mulut dia tak akan tahu."
"Jika membutuhkan sesuatu hubungi aku." ujar Jeno menepuk kepala Haechan lembut.
"Kau fokus pada Jie saja, Chenle dan aku baik-baik saja. Dan selesaikan masalahmu dengan mantanmu itu, aku pikir dia masih mencintaimu."
"Aku sudah menyakitinya, yang ada dia benci padaku, aku pergi." pamit Jeno sebelum kembali mengecup Chenle yang kini menatapnya terlihat tak ingin ditinggal.
"Dadda nanti kesini bawa Jie, jadi kalian bisa bermain ya?"
Chenle mengangguk seolah mengerti.
"Si bodoh Mark, putranya selucu ini minta digugurkan." gumam Jeno kesal.
"Sudah pergi hush hush..." usir Haechan, dia sudah cukup melihat Jaemin yang terlihat cemburu, dan kesimpulan yang dia dapat adalah dokter itu masih menaruh hati pada Jeno.
.
.
.
Jaemin awalnya tak sadar jika Jeno mengikutinya, hanya saja saat dia membeli minum dia melihat Jeno dari pantulan kaca tengah menatapnya dari jauh.
Dia kira kebetulan, tapi ternyata tidak, Jeno mengikutinya.
Apa pria itu tak punya kehidupan? kerja? mengurus anak? kenapa harus membuntutinya?
Emmm... tapi dia senang melihat Jeno yang ingin menyapa tapi tak berani.
.
Tapi hari ini berbeda, ada seorang pria manis menghampiri Jeno.
Temannya? Tapi kenapa mereka terlihat sangat akrab? LIHAT!! JENO BAHKAN TAK MENOLAK DIRANGKUL!!
Sial mereka pergi, dia tak tahu apa yang keduanya bicarakan karena jarak mereka cukup jauh.
Baiklah, dia akan mengikuti mereka, jujur dia penasaran.
Jaemin berjalan mengikuti mereka dengan jarak cukup jauh.
Ruang rawat inap anak?
Kenapa sekarang dia yang jadi stalker?!!
Jaemin masuk kedalam ruang para perawat dan menyapa mereka saat melihat Jeno memasuki kamar rawat inap.
"Pasien kamar 6, boleh aku tahu nama pasiennya?"
"Ah iya dok, namanya Seo Chenle." jawab salah satu perawat disana melihat rekam medis yang kebetulan belum dia bereskan setelah tadi visite dokter.
"Terimakasih."
Jaemin mengintip mereka dari balik pintu. Jeno yang terlihat menyayangi Chenle, KENAPA DIA TAK BISA MENDENGAR PERCAKAPAN MEREKA?!!
DAN APA-APAAN JENO MENEPUK-NEPUK KEPALA PRIA ITU?!!
SELINGKUHAN?
Jangan-jangan pria itu selingkuhan Jeno dan yang tengah dirawat itu anak mereka?
Jaemin langsung menghapus pikiran yang melintas dikepalanya saat Jeno mendekat ke arah pintu.
Dengan cepat dia pergi dan bersembunyi.
Ya Tuhan. Dia panik.
Menatap punggung Jeno yang menjauh Jaemin tak menyadari jika dibelakangnya audah berdiri pria yang dikira oleh dirinya adalah selingkuhan Jeno.
"Nakamoto Jaemin bukan? bisa kita bicara?" tanya Haechan,
Jaemin langsung memegang dadanya, dia kaget. Kasihanilah jantungnya Tuhan.
"Y-ya?"
"Bisa kita bicara?" tanya Haechan lagi.
"A-ah... Ya." jawab Jaemin dan masuk kedalam ruang rawat inap Chenle saat dipersilahkan.
Oke. untuk apa dia disini sekarang?
TBC
A/N : Jangan lupa vote dan komennya yaaa... maksa banget aku, soalnya kalo minta lanjut kalian juga maksa wkwkwk becanda deng... aku ngga bisa up cepet yaaa... semua ceritaku bahkan AU di tiktokpun ngga bisa up cepet hehe... sampai jumpa di bab selanjutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top