ミ T w o ミ

° ° Are you cold? I can warm you。。
- Yugi Amane
Runa : //meluk para readers tercintah~
/Plak
Gagaga
-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Nah! Kali ini Runa pengen kasih dare untuk kalian para readers~!
Lihat tanda bintang di bawah kiri?
Yap! Tekan dulu dong~ gampang kan? Dare selesai。
.L
..O
...A
....D
.....I
......N
.......G
.
.
.
.
.
Happy Reading~❤
-- -- -- -- -- -- -- -- -- -- --
Hujan turun dengan rintik-rintik, air dibawah juga sudah menjadi khas saat hujan turun. Walaupun hujan sudah lama reda tapi masih ada kemungkinan hujan akan turun lagi.
Yak, bulan Desember mendekati akhir tahun dan awal tahun, seharusnya salju yg turun tapi disini tidak akan ada salju yg turun. Berbeda dengan yg lain? Tentu.
Tau akhir tahun pasti dimeriahkan oleh apa? Ya, bakar-bakar, kumpul bersama keluarga atau teman, dan lain-lainnya kan? Tapi yg jarang terjadi akhir-akhir ini adalah, Kembang Api.
Siapa yg tak menyukai kembang api? Warna-warna khas nya tentu di rindukan banyak orang kan? Yap begitu pula (name). Oia hari ini juga (name) berangkat 1 jam lebih cepat.
Ia juga sudah di lengkapi dengan jaket tebal favoritnya, dan juga sarung tangan yg sangat ia banggakan, tentu, ia merengek 7 hari 75 malam untuk meminta diskon pada kasir ditoko itu tentu saja singkat cerita, (name) mengumpulkan uang sendiri dalam waktu 1 bulan saat sudah terkumpul diskon itu sudah habis lalu terjadilah (name) memainkan peran seorang emak di pasar.
(Name) berjalan sambil membaca novelnya, judul novelnya adalah 'Rumor Kembang Api' sama seperti (name), ia sangat-sangat menyukai kembang api.
Mungkin karna itulah pikiran (name) kosong layaknya sebuah piring tanpa makanan.
"Ada apa Nene-chan? Apakah Yugi-san itu menyakitimu?"
Deg
(Name) menghentikan langkahnya setelah ia mendengar 'Yugi-san' marga temannya dari smp. Ia pun menutup kembali novelnya dan mengendap-endap segera bersembunyi sebelum dua orang itu melihatnya.
"Ahh tidak, Ano.. Aoi.."
"Ada apa? Tidak apa ceritakan saja padaku Nene-chan❤ aku akan mendengarkan mu❤"
"Eum.. menurutmu aku ini siapa?"
"Eh? Aku? Menurutku Nene-chan adalah sahabat tersayangku❤"
"Ah- jangan-jangan.. kau menyukai Yugi-san Nene-chan?" Lanjut seorang bersurai indigo itu, kalau tidak salah Aoi ya?.
Manik (e/c) (name) membulat sempurna, tidak mungkin, tapi (name) masih ingin bertahan ditempat walaupun mood nya mendadak turun.
"Euh? Tidak.."
"Sudahlah jangan bercanda Nene-chan~ pasti iya kan?"
"T-tidak! A-Aoi~!!"
(Name) pov•
Tap
Tidak jadi itulah kata-kata yg pertama keluar dari pikiranku aku melanjutkan perjalanku menuju sekolah sambil menundukkan kepalaku.
Perbincangan singkat yg kudengar tadi terus melayang di benakku, aku menyesal mendengarnya. pdhl tinggal beberapa langkah lagi mendekati gerbang sekolah tapi itu terlihat jauh.. atau aku saja yg terlalu lambat melangkah? Entahlah.
Tanpa pikir lagi aku mempercepat langkah berjalanku. Berlawanan dengan yg kupikir kan tadi, tapi siapa yg mau memperlambat langkah nya jika sudah begini?.
Suara langkah kakiku terdengar menghias suara keheningan sekolah. Wajar saja ini masih pagi, gk waras datang pagi-pagi ke sekolah kira mau lari pagi? Bo-doh.
"Ohayou.." ucapku dengan suara kecil saat memasuki kelasku, takut ada hantu yg menjawabnya hehe.
Segera ku dudukkan tubuhku lalu mengeluarkan buku novel ku dan buku gambarku, ku tatap kedua buku itu, buku yg mana dulu yg akan ku lanjutkan?. Setelah capcipcup aku pun membuka buku gambarku kemarin baru kulihat gambar kembang api ku yg.... Yah.. memori itu kembali lagi.
Memori yg membuat Amane menjadi semakin dekat dengan Yashiro .
Tapi untuk apa kupikirkan? Aku juga tidak boleh egois kan? Masa iya Amane hanya boleh pergi bersamaku? Tidak begitu kan?. Dia juga tidak berjanji untuk pergi bersamaku jadi ya toh, biarkan saja, lagi pula yg namanya rumor tidak selalu benarkan?.
Tak
Tak
Tak
Ah... Pena hijau pastelku jatuh kebawah dari tanganku, aku berusaha menggapainya dan yak dapat. Aku menatap sejenak pena yg baru saja kuambil tadi, rasanya.. berapa banyak memori yg kubuat bersama Amane ya? Bahkan sampai ia tau apa yg kusukai, tapi itu agak sedikit berubah sejak ada orang bermarga 'Yashiro' itu hufff sudahlah.
Toh Amane paling juga hanya menganggapku sebagai 'teman' tidak lebih.
Angin luar menerbangkan Surai (h/c) ku membuatku nyaman dan-
Sreet
Terdengar suara robekan kertas dari luar lantas membuatku menoleh, sebenarnya ingin kubiarkan tapi aku melihat surai yg amat ku kenal, Amane!.
Entah moodku langsung naik hanya karna melihatnya pdhl aku tau itu belum tentu Amane bisa saja itu hantu bersih-bersih kan?.
Aku bangun dari dudukku lalu berjalan menghampirinya, tapi yg kulihat.... Tatapan Amane tak bisa ku artikan, maksudnya... Eum.. bagaimana ya? Seperti tatapan marah mungkin?.
Ini baru pertama kali kulihat Amane seperti ini biasanya ia adalah seorang yg penyabar, aku yakin ini Amane jika ini Tsukasa tatapannya lebih menyeramkan. Tapi itu membuatku ingin memastikannya.
"A-Amane?"
Amane menoleh melihatku dia menatapku datar, bisa kulihat ditangan kanannya terdapat sebuah kertas sobek, ah- itu kertas yg ditempelkan didepan kelas toh, tapi aku belum membacanya tadi. lalu berlalu masuk ke kelas dan langsung duduk di kursi belakangku, ya itu tempat duduknya memang.
Aku terdiam ditempat melihatnya mengeluarkan sebuah buku dan membacanya, aku masih mencerna apa yg baru saja terjadi?.
Bisa saja banyak kemungkinan entah ia putus asa karna suatu hal, entah karna Tsukasa yg menghilangkan teleskopnya, tapi entahlah pikiranku mentok dahlah-
• Salah serper bentar-bentar hwhw (╥w╥) -Runa
Banyak kemungkinan aku ingin bertanya tapi kukurung niat itu dan berlalu duduk dimeja ku sambil sesekali melirik ke belakang lewat kaca jendela, biasanya ia yg melirik ku tapi sekarang tidak.
'Nandesuka Amane?' pikirku yg tak mungkin akan terdengar olehnya.
Waktu berlalu sudah beberapa menit berlalu tapi Amane tetap membaca bukunya dengan teliti mungkin tidak ada satu kata pun yg terlewatkan. Entahlah sampai aku terpikirkan untuk.. Membeli Donat!! Yg kutau Donat adalah moodbaster nya. Baiklah aku akan membeli Donat di kantin, sudah 30 menit(mungkin?) berlalu kemungkinan kantin sudah buka.
Aku segera pergi ke kantin dan ya benar kantin sudah buka dan lagiii Bu kantin baru saja menggoreng Donat! Sudah pasti kan? Donat sangat enak jika di hidangkan saat sedang hangat-hangatnya.
Aku sempat menunggu beberapa menit untuk menunggu Bu kantin selesai menggoreng setelah sudah aku pun pergi kembali ke kelas, entahlah moodku lumayan cerah saat ini aku tak tau mood ini bisa bertahan lama atau tidak.
"Xixi iya iya dasar Daikon"
Saat sampai di depan kelas aku melihat sesuatu yg tak sesuai bayanganku, Amane... Dengan Yashiro. Posisinya memang normal sih, Yashiro yg duduk di bangku ku sambil menghadap kebelakang disitu juga kulihat Amane tersenyum sambil melahap donat yg entah darimana, mungkin dari Yashiro? Entahlah.
Iris mataku membulat sempurna, moodku juga mendadak turun pdhl setiap hari aku melihatnya tapi entah yg ini lebih menyakitkan, aku yg sudah kedahuluan Yashiro bisa apa? Apakah aku lebih baik mundur dan merelakannya? Atau terus maju walau seperti ini? Ne.. apa yg harus kulakukan?.
Atau mungkin karena aku yg selalu berharap semua berjalan dengan baik-baik saja? Pdhl setelah kematian ibuku dua tahun yg lalu aku berusaha untuk membuat semuanya baik-baik saja, aku tak ingin membuat yg lain mengkhawatirkan ku. Disaat itu pula Amane orang pertama yg menyadarinya sebelum ayahku.
Aku selalu membayangkan apa yg kuwarnai di buku gambar itu maka hari-hari ku juga akan berwarna, walau tidak selalu tapi menurutku itu sudah cukup.
Atau... Aku harus melupakan memori terbaik itu? Memori dimana aku dan Amane melihat kembang api bersama? Apakah itu pilihan yg tepat?.
Ah- aku melamun, aku jadi bingung ingin ku apakan donat ini? Aku masih kenyang, tapi sepertinya bisa kumakan nanti, yasudah lah.
"Tinggg~ tonggg~"
Ah.., sepertinya aku sedang beruntung. Aku tersenyum kecil, sama seperti yg kulakukan saat dua tahun yg lalu, terlihat samar mungkin.
"Ah- sudah bel, sampai nanti ya! Amane-kun!" Ucap sang gadis bersurai kream dan dijawab dengan anggukan oleh sang empu.
Aku berjalan memasuki kelas sambil menyembunyikan donat dibelakang ku. Aku sedang tak ingin berbicara dengannya sekarang.
Lihat saja, wajahnya yg tadi tersenyum kecil kini berubah menjadi datar lagi saat melihatku, apa aku melakukan kesalahan? Tapi tatapannya agak berbeda tidak sedatar yg tadi.
❤🎆
Semuanya berjalan biasa-biasa saja yaa? Tanpa tatapan hangat yg biasa Amane pancarkan. Entahlah....
Baru saja aku mengunci kembali lokerku sudah turun hujan lagi, kutarik kata-kata ku lagi, aku sedang berada ditengah-tengah, antara sedang beruntung dan tidak.
Tapi untunglah aku membawa payung, jadi tidak usah menerobos hujan, jika iya bisa-bisa aku akan demam, jika demam dan ayahku berangkat keluar kota siapa yg akan menjagaku? Memangnya kecoa bisa menjagaku? Gak kan?.
Baru saja aku ingin berjalan dan membuka payung, aku sempat melirik dan melihat Amane yg menyender di ujung loker sambil menunduk.
Entah dorongan dari mana tubuhku dan mulutku bergerak dengan sendirinya. Ya aku berjalan menghampirinya.
"Kau tak bawa payung Amane?" Entah kata-kata ini keluar dengan sendirinya.
"Ya begitulah"
Ia menatapku sejenak lalu membuang muka, nee ingin kutanya lagi.. siapa kau yg merasuki Amane? Jika ada yg merasukinya ayo cepat keluar.. tunjukan dirimu.. biarkan Amane menjadi dirinya sendiri.. jangan jadikan Amane boneka Annabelle dipilem-pilem, tau? Amane bukan boneka, boneka.
-Salah serper #2
Mulutku lantas bergerak sendiri untuk menjawabnya.
"Ah- aku membawa payung, mau pulang bersama?"
Amane menatapku kembali, tatapannya sekarang 30% datar, waw.
"Eum- baiklah"
Dengan gampangnya ia mengambil payung di tanganku lalu membukanya, nee nee kau kira itu punyamu hn?.
"Apa yg kau lakukan? Ayo-!"
Disaat yg sama sepertinya tubuh ku sudah tak bergerak dengan sendirinya baguslah. Dan... Sepertinya aku bisa mengambil kesempatan ini untuk bertanya dengan nya, yosh baiklah.
"Eh- eum- Iya.."
❤🎆
Normal POV•
Sudah beberapa menit (name) dan Amane berjalan. tapi tak ada dari keduanya yg mengawali topik, bahkan (name) sendiri bingung bagaimana mengawali yg ingin ia bicarakan.
Akhirnya setelah (name) melamun dari tadi, (name) memutuskan untuk mengawali pembicaraan nya langsung to the point.
"Nee Amane?"
"Hm"
Walaupun Amane menoleh sejenak lalu membuang muka tapi hanya dehaman yg ia keluarkan, dan ini malah membuat (name) semakin bingung.
"A-ano.. ta-tadi kau k-kenapa?"
"Apa maksudmu?"
"Ma-maksudku tadi wa-wajahmu terlihat datar"
"Oh"
(Name) menggigit bibir bawahnya entah apa perasaannya antara marah dan lainnya.
"Huh... Kau ini kenap-"
"Kau masih menyimpannya?" Tanya Amane tanpa menoleh.
"Menyimpan? Menyimpan apa?"
"Pena, pena itu, yg kuberikan padamu beberapa bulan yg lalu"
"Oh!! Ya! Aku masih menyimpannya! Tunggu sebentar" jawab (name) sambil mengambil sesuatu di dalam tasnya.
"Jreng jreng!!" Ujar (name) sambil menunjukkan pena berwarna hijau pastel itu.
Amane sempat terkekeh kecil lalu tersenyum, itu membuat (name) memasang wajah polosnya 'ia kenapa?' pikirnya.
"Bodoh, seharusnya kau tak menyimpannya, itu adalah benda yg tak berguna tau"
"Eh??"
"Yah.... Menurutku begitu, sebaiknya kau buang saja dan beli lah yg lebih bagus dari itu"
Iris mata (name) membulat sempurna 'buang?' karna menurut (name) itu adalah benda berharganya dan (name) bukanlah orang yg mudah untuk membuang barang berharga miliknya. (Name) jadi merasa bahwa yg disampingnya bukanlah Amane yg sebenarnya.
"Na-nande? Kenapa aku harus membuang nya?"
Iris mata (name) sekarang tidak lagi memancarkan cahaya kini iris matanya menunjukkan kekosongan.
"Karena itu tidak berguna"
"Kenapa tidak bergu-"
"KAU TAK PERLU TAU ALASANNYA" ujar Amane sedikit (?) Membentak, ia pun menyadarinya dan langsung diam.
(Name) menghentikan langkahnya dan menggigit bibir bawahnya lagi ini pertama kalinya ia dibentak oleh seorang Amane, berniat mengeluarkan suatu kata tapi ragu. Ia sudah membulatkan niatnya sekarang.
"Karna itulah aku ingin tau!!"
Sang empu pun sedikit tersentak lalu menoleh dan menghentikan langkahnya, menoleh ke sumber suara yg ada di belakangnya.
"Nee Amane.."
Dan lagu sang empu tak menjawab ia diam dan mendengarkan.
"Kau tau? Hari ini kau tampak berbeda"
Amane memang menyadarinya dari awal tapi lebih memilih diam daripada ia membuat masalah lagi.
"Tatapanmu pada Yashiro.. dan aku berbeda"
Ya, (name) sedikit terisak di bawah hujan yg membasahinya.
"Hari ini, kau memberiku tatapan datar, bahkan aku hampir mengira kau bukan Amane. Tapi, kau tersenyum saat bersama Yashiro.."
(Name) memejamkan matanya dan menahan isakannya.
"Jadi.. apa alasanmu memberikan pena itu padaku lalu sekarang kau memintaku untuk membuangnya"
Ia mengucapkannya dengan pelan berharap sang empu mau menjawabnya. Cukup hening beberapa saat akhirnya sang empu pun membuka mulutnya untuk menjawab tapi jawabannya diluar dugaan (name).
"Maaf, tapi jawabanku tetap sama, kau tak perlu tau"
Cukup (name) sudah cukup kecewa dengan jawaban yg dikeluarkan Amane, (name) sudah tak peduli lagi dengan semuanya, ia pun berlari menjauhi Amane, ia sudah tak peduli lagi dengan hujan yg lebat ini.
Amane sedikit tersentak, ia ingin mengejarnya tapi tubuhnya membeku ditempat, mungkin karna udara hujan yg dingin membuatnya membeku.
❤🎆
"Huaachii!"
"38° huh... Bisa-bisanya payungmu hilang disekolah"
"Ehehe, gomen otou-san.. terakhir kali aku memakainya aku menaruh nya diluar loker karna buru-buru hehehe" ucap (name) berbohong.
"Lalu? Saat pulang kau lupa? Sampai hilang kau tak sadar? Dasar ceroboh"
"Ehe, gomen.."
Ayahnya pun hanya menggelengkan kepala dengan kelakuan anaknya ini.
"Sudah-sudah untunglah libur, jadi kau bisa istirahat, nah sekarang tidurlah agar obatmu bisa bekerja"
"Hai' otou-san~"
"Baiklah otou-san keluar dulu"
(Name) menganggukkan kepalanya sebagai tanda 'iya'.
Dan sekarang (name) bangun terduduk di kasurnya setelah tau ayahnya sudah keluar, (name) menghela nafas lega, sebenarnya (name) masih lemas jadi hanya bisa duduk di kasurnya dengan bantal di belakangnya.
(Name) juga merasa bahwa semua ini terjadi karena bola kuning itu tapi (name) juga tidak yakin dengan pikirannya.
Ia pikir, karna namanya bola keberuntungan maka selama ia membawa bola itu maka sebuah keberuntungan akan selalu datang kepadanya. Setidaknya begitu..
(Name) juga sedikit kecewa tapi ia sadar lama-kelamaan ia malah terobsesi oleh bola itu hanya karena namanya 'bola keberuntungan' namun ternyata tidak selalu membawa keberuntungan.
(Name) juga sedih ia merasa bahwa ia sudah keterlaluan kepada Amane, tapi, satu hal yg tidak ia ketahui adalah, ia tidak tau mana yg 'benar' dan mana yg 'salah' sekarang.
Karena menurut nya ia terlalu banyak berpikir (name) pun memutuskan untuk melihat hasil gambarannya. Gambarnya sekarang sudah dipenuhi warna yg samar-samar agar warnanya bisa untuk di shading, sama samarnya dengan harinya sekarang.
Base color di gambarnya sudah jadi terakhir hanya tinggal shading, ini juga pertengahan, akhir yg belum pasti.
❤🎆
2328 word
Aloo~ gimana ceritanya? Happy ending kan? Woiya dong~!!✨
Oia satu hal tentang nem disini, ehe' nem disini Runa jadiin agak Amnesia ya~? Gatau kenapa pokonya ya itu :D
Runa juga belum pastiin nanti endingnya gimana dan bagaimana~? (Kayanya bakal lama? //Plak)
Yosh! Pokonya tunggu kelanjutannya ya! Jangan bosen sama book yg dibuat Runa yah!
Jaa matanee~!✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top