𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 2
Jika kau masih tak terima dengan kenyataan, maka satu-satunya jalan menghadapi dunia ini hanyalah bermimpi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"(Name)!"
(Name) yang sedang menaiki sepedanya terkejut mendengar seseorang memanggilnya.Ditambah lagi itu suara ....... Orang yang dicintainya. Ia segera mengerem sepedanya dan menolehkan kepalanya. Jantungnya berdetak kencang, menciptakan sensasi doki-doki di hatinya.
"Sabito?! Sejak kapan kau mengejarku?! B-Bukankah kau sedang bersama tunanganmu?!"
Sabito pun berhenti sambil terengah-engah. Melihat Sabito yang tampak kelelahan, (Name) buru-buru memberikan air minum yang ia bawa, tetapi Sabito menepisnya--- membuat (Name) terkejut.
"Sabito?"
Sabito segera menarik tangan (Name), membuat (Name) terkejut untuk yang kedua kalinya. Tidak biasanya Sabito bersikap seperti ini, membuat insting malaikat (Name) berkata bahwa ia punya masalah.
"K-Kalau kau punya masalah, mungkin aku bisa membant-"
"Berhentilah bersikap terlalu baik dan ikutilah aku! Aku sekarang tak punya banyak waktu!"
Bola mata (Name) melebar kalimat itu pertama kali dalam hidupnya. (Name) menggigit bibirnya, kebiasaan yang selalu dilakukannya ketika tertekan atau marah. Meskipun Sabito adalah orang yang dicintainya, tetap saja--- prinsip (Name) nomor satu. Inginnya ia marah dan membela sifat 'terlalu baik' yang dianggapnya prinsip tersebut, tetapi ia takut ..... berdebat.
Mulut (Name) membuka-tutup. (Name) ingin mengatakan sesuatu, tetapi otaknya terus memikirkan konsekuensinya, membuat (Name) membuka-tutup mulutnya--- seolah-olah berbicara tetapi tidak ada suara. Setelah memikirkan konsekuensinya, akhirnya (Name) putuskan ia akan diam saja.
"W-Wakatta"
Sabito mengeratkan pegangan tangannya pada (Name), membuat (Name) sedikit terkejut. Perlahan, semburat merah di pipi (Name).
"Terus berpegangan padaku, jangan lepaskan."
Untuk pertama kalinya, (Name) merasa suasana ini sedikit aneh, karena Sabito bersikap aneh. Seolah-olah ia ingin menunjukkan sesuatu yang tak boleh (Name) lewatkan. Tetapi, ada rasa bahagia di lubuk hati (Name) paling dalam. Rasa bahagia, bisa meluangkan waktu bersamanya, tanpa diganggu siapapun.
Mereka terus berlari. (Name) yang tak tahu akan dibawa kemana hanya mengikuti Sabito yang menggenggam tangannya. Hingga sampailah mereka di jembatan atas sungai.
Sabito yang kelelahan menunduk memegang lututnya dan terengah-engah. Sementara (Name) menerawang melihat sekitaran jembatan tersebut. Tidak ada orang.
"Lihat ke langit", ucap Sabito yang kelelahan.
(Name) mendongak, dan matanya melihat senja yang terpajang di langit-langit. Senja yang dilukis dengan warna oranye, senja yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa agar manusia dapat meluangkan waktunya dari kesibukan yang fana untuk melihat senja. Dan tentu saja, senja yang ......... indah. Senja yang indah tapi memiliki seribu makna. Senja yang selalu hadir setiap saat dikala manusia sibuk dengan urusannya. Senja yang selalu datang dan pergi dengan indah, sehingga tak meninggalkan rasa sakit di manusia yang melihatnya.
Begitu lamanya (Name) mengagumi senja. (Name) memang sering melihat senja dikala sore ia keliling sepeda. tetapi, kenapa di saat seperti ini ...... senja terlihat lebih indah? Entahlah, (Name) tak tahu dan tak mau tahu.
Sabito mengamati (Name) yang sedang mengagumi senja. Bibirnya mengulas senyum, tak pernah dirinya melihat mata (Name) berbinar, kecuali ketika melihat makanan enak.
Sabito bahagia. Ya, mata kalian tidak salah baca. Sabito bahagia, melihat (Name) yang begitu antusias, dan tentu saja-- perjuangannya yang tidak sia-sia.
"(Name)", ucap Sabito--- tegas namun pelan-- pendek tapi dalam.
"Ya?", dengan polosnya, (Name) menoleh. Manik (e/c)-nya memancarkan kepolosan, serta kebaikan--- membuat Sabito getir.
Sabito diam mengepalkan tangannya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu yang amat dalam.(Name) yang menyadari itu membuat perasaannya menjadi tidak enak.
"Ada apa?"
Sabito masih terdiam. Wajahnya menunduk-- Seolah-olah telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
"Sa-"
GREB!!
Mata (Name) membelalak. Napasnya seolah berhenti. Waktu terasa berhenti. Sementara itu--- Sabito menarik (Name) ke dekapannya. Ya, Sabito memeluk (Name). Pertama kalinya, (Name) sangat terkejut akan kelakuan Sabito. (Name) ingin mengucapkan sesuatu--- tetapi mulutnya susah digerakkan. Mata (Name) berkaca-kaca--- entah karena terkejut atau ..... ia belum pernah merasakan hangatnya dekapan Sabito. Sementara itu Sabito mengeratkan pelukannya pada (Name), membuat (Name) tak tahu harus berkata apa dan tak tahu harus melakukan apa.
"Maaf-- (Name) ...... Maafkan aku", ucap Sabito. Suaranya bergetar, seperti menahan tangis. (Name)--- hanya bisa kebingungan. Insting malaikatnya berkata Sabito memiliki masalah, sehingga ia menjadi simpatik.
"S-Sabi-"
"Maafkan aku. Maafkan aku ..... karena telah melukai gadis sebaik kau."
Sabito masih meracau, membiarkan (Name) tenggelam dalam lautan kebingungan. Apa yang terjadi dengan Sabito? Kenapa ia menangis? Apa ia memiliki masalah? Kenapa ia meminta maaf, padahal ia tak memiliki salah apa-apa? Hati nurani (Name) berkata.
"Maaf..."
(Name)
"Maafkan aku. Melukai gadis baik hati seperti kau adalah kesalahan terbesarku"
(Name)
"Maafkan aku"
(Name), bangun
"Kumohon, Maafkan aku"
Puk!!
"(Name), bangun."
Manik (Name) terbuka lebar. Di hadapannya, Giyuu memegang pipi (Name). (Name) menyadari, bahwa ia bukan di jembatan--- melainkan di kamarnya sendiri yang gelap.
"Tidurmu nyenyak sekali. Apa kau mimpi indah?", tanya Giyuu.
Cuma mimpi, yah.
(Name) terdiam. Ok, jadi dia tadi tertidur disini karena kelelahan, kemudian bermimpi bertemu Sabito. Ok, sekarang (Name) sudah ingat dan paham.
"Sekarang jam berapa?", tanya (Name) tak menjawab pertanyaan Giyuu.
"Jam 12 malam. Kau belum makan hari ini, jadi aku berinisiatif membangunkanmu untuk makan", jawab Giyuu panjang.
"Oh"
Keduanya kembali terdiam. (Name) sendiri sedang tak tahu mau bicara apa, dan tak mau bicara--- begitu pula dengan Giyuu. Sudahlah, lebih baik (Name) mengecek ponselnya--- siapa tahu ia mendapatkan pesan, walaupun kemungkinannya hanyalah lima persen.
Begitu membuka ponselnya, sebuah notif terpampang dengan jelas dengan nama pengirim Makomo, sahabat (Name). Segera (Name) membuka notif tersebut.
To: (Name)
From: Makomo
Subject: Bagaimana kabarmu?
Aku dengar dari Sabito dan Rika bahwa kau bertemu dengannya. Rika menjelaskannya dengan polos. Bagaimana keadaan cintamu? masih belum bisa move on?
Note: jangan lupa makan, jaga kesehatan. Kau sering lupa makan, bahkan tak pernah makan seharian.
(Name) senang tak terkira. Meskipun Makomo sering menghubunginya, tetapi waktu nya sangat ia nantikan. (Name) tak punya sahabat selain Makomo dan sahabat jauhnya, Historia. Historia yang sekolah di asrama membuatnya jarang memberi kabar, walaupun sebulan sekali mereka berkirim surat. Hanya Makomo-lah, yang menjadi tempat curhatan sang gadis dikala ia bingung dengan urusan percintaannya. Kebetulan sekali Makomo adalah saudaranya Sabito.
To: Makomo
From: (Name)
Subject: Baik. Kabarku baik.
Oh, begitu ya. Rika-san orangnya sangat polos, bahkan Sabito bilang bahwa ia akan menghilangkan kepolosannya. Aku tak begitu mengerti maksud dari perkataannya itu, tetapi mungkin aku bisa memahaminya sedikit.
Keadaan cintaku bisa dibilang ...... seperti biasa. Aku masih tak bisa menerima kenyataan bahwa dia sudah ada yang punya. Di satu sisi aku ingin mengungkapkannya, tetapi di sisi lainnya aku tidak mau menghancurkan hubungan Sabito dan Rika. Ah, kau tak mengerti? kalau kamu tak mengerti tak apa-apa.
Aku baru sarapan tadi pagi. tenang saja, Aku masih kenyang.
(Name) memencet tanda 'sent' di ponselnya. Dia tersenyum kecil, mengingat betapa beruntungnya ia memiliki sahabat, walaupun hanya sedikit.
Giyuu mengamati (Name). Ia menduga bahwa (Name) sedang chat dengan Makomo. Wajar saja, Giyuu tak mengenal sahabat (Name) selain Makomo dan ..... siapa satu lagi? yang sering (Name) bilang sifatnya yang keibuan dan perhatian? Ah ya, Historia. Jika kalian bertanya kenapa Sabito tidak masuk ke dalam list sahabat (Name), itu karena (Name) menganggap Sabito lebih dari sekedar sahabat--- walaupun yang bersangkutan sama sekali tak tahu.
Ting!
Notif (Name) kembali berbunyi!
To: (Name)
From: Makomo
Subject: Baiknya memang benar-benar baik atau tak baik?
(Name), aku tak tahu harus berkata apa. Tapi, yang jelas, jangan terlalu sering berkorban demi orang lain. Jangan terlalu sering menahan diri. Jangan terlalu sering memendamnya sendiri. Aku takut sisi gelapmu datang dan menghancurkan semuanya, seperti dulu yang kau ceritakan. Jika kau memiliki keinginan, bilang saja. Atau jika kau tak sanggup mengungkapkannya secara langsung, kau bisa menitipkannya pada orang yang kau percayai.
Yah, mungkin saranku ini tak berguna. Setidaknya, jangan menahan diri. Jangan memendamnya, jika dipendam malah akan semakin menumpuk. Dan akan menjadi dendam yang amat sulit dihanguskan.
Baru makan satu kali? aku yakin pasti kau menulis pesannya sambil menahan lapar.
(Name) termenung membaca pesannya Makomo. Sudah sering Historia dan Makomo menasihatinya untuk jangan menahan diri dan berkorban demi orang lain, tetapi (Name) tak bisa melakukannya. Dia selalu mengalah demi orang lain, dan jarang sekali orang lain mengalah untuknya. Tumbuh sebagai pribadi yang sering berbuat baik dan orang-orang di sekitarnya yang selalu mengganggap remeh kebaikannya membuat (Name) sangat menghargai kebaikan.
To: Makomo
From: (Name).
Subject: Aku tak bisa melakukannya.
Aku memang tak lapar kok.
'Sent'
(Name) menghela nafas. Ia merebahkan dirinya dengan ponsel yang masih di tangannya. Tak peduli pesan apa lagi yang Makomo berikan, (Name) akan tetap menahan diri. Keras kepala? iya, (Name) salah satu dari sekian manusia di bumi yang kepalanya terbuat dari batu. Bodoh? terserah jika kalian mau bilang apa kepada (Name). Rasa kasihan? Tidak tidak, (Name) tidak butuh itu. (Name) tidak perlu dan tidak mau dikasihani, karena dia merasa bahwa ini adalah salahnya.
Krukkkk!!
Perut (Name) yang berbunyi membuatnya memasang poker face. Benar juga, ia baru makan sekali. Mendengar perut (Name) berbunyi, Giyuu hanya terkekeh pelan.
"Aku mau menyiapkan makan malam dulu", ucap Giyuu sambil berniat turun ke lantai satu.
"Sebentar dulu!"
Giyuu menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh ke arah (Name).
"Kenapa?"
(Name) menghembuskan napasnya. Yosh, ia akan memercayai hal ini kepada Giyuu.
"Kalau besok kau bertemu Sabito ......"
Suara (Name) tertahan. Ia menelan ludahnya sendiri, mempersiapkan mental untuk mengucapkannya.
"Bilang kepadanya ......
Bahwa aku mencintainya"
************************
#BacotanAuthor
Hahhh ..... akhirnya chapter 2 selesai juga =w= ll
Interaksi (Name) sama Sabito kurang ya?
tenang, akan author buatkan adegan UwU nya
TIDAK MENJAMIN KALAU TIDAK ANGST, MUEHEHEHEHE!!!! ///ketawa ala light yagami
Btw, seperti biasa kak Ostribae_ dan kak Callamelatte mastahnya angst, tolong beritahu bila ada yang typo atau ada yang kurang, karena ini pertama kalinya kana bikin angst 🙏
Jikalau readers menemukan typo atau ada yang kurang, tolong beritahukan karena ini belum kana revisi 🙏
Sekian, sampai bertemu lagi di isekai~!
-Kana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top