𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 7

Drrrtt, drrrt

Pip!

"Mako-"

"Tapioka! Apa (Name) ada di rumah?!"

Giyuu terkejut mendengar Makomo yang main teriak tanya kabar. Ia menjauhkan sedikit teleponnya, masih shok akan kejadian tadi.

"(Name) pergi bekerja di toko bukunya, apa kau lupa? Hari ini adalah hari kerjanya," Giyuu menyenderkan kepalanya ke tembok– mengingat (Name) yang berpamitan pada dirinya saat pagi-pagi buta.

"Ck! Mestinya kau tak mengijinkan dia pergi!" Makomo terdengar kesal.

"Ha?! Memangnya kenapa?! Bukank-"

"Suruh Sabito mengejarnya! Aku takut ia akan melakukan hal yang membahayakan dirinya, paling buruk adalah pergi dari dunia ini!"

********************
(Name) termenung, dengan buku yang masih berada di pangkuannya. Bukunya tentu saja sudah dia baca--- sampai habis. Tak terasa, senja mulai terganti dengan gelapnya malam, dengan pemandangan lampu yang berkelap-kelip di festival yang berjarak tak begitu jauh dan tak begitu dekat.

Kemudian ia melongok arlojinya. Kembang api-nya ia perkirakan akan mulai sebentar lagi--- mengingat bahwa ia selalu mengingat jam dimana kembang api itu muncul. Dan menurut pengamatannya, kembang api tersebut selalu muncul dalam jadwal yang sama--- tak lewat dan kurang sedetik pun, selalu pas. (Name) menduga jika orang yang meledakkan kembang api tersebut sangat super-duper teliti.

Ia mulai berdiri, tanpa keraguan. Ia sudah memantapkan tujuannya-- bersiap akan dalamnya air yang akan menelannya jika ia jatuh dari posisinya. Yah, tinggal menunggu satu hal saja.

Kembang api.

Yah, mengingat kembang api di tempatnya yang (katanya) indah, tidak ada salahnya bukan melihatnya sebentar? Sudah empat tahun ia tinggal disini, dan ia belum pernah melihat kembang api di desanya secara langsung. Ia hanya pernah melihatnya lewat rekaman salah satu temannya, dan gambarnya bisa dibilang tidak HD.

Ah, sebentar lagi. (Name) menatap hamparan air dibawahnya, seolah menyapa air yang akan menelannya masuk ke kegelapan nanti.

(Name) kembali menatap lurus, dan kembang api mulai menuju langit yang gelap, bersiap meluncurkan ledakan indahnya. Sementara (Name) menghadap ke belakang, seolah-olah ingin mengucapkan selamat tinggal kepada sepeda, dan jembatan favoritnya. Ketika dirinya menghadap kembali ke depan, kembang api meledak– menyisakan butiran-butiran kecil yang indah.

(Name) termenung memandang kembang api. Kembang api yang meledak dan hancur terlihat indah, bagaimana kalau ..... ah sudahlah, lupakan yang tadi.

(Name) menikmati pertunjukan kembang api tersebut. Kakinya kaku, dan matanya berbinar– terlihat pantulan kembang api di matanya. Tidak, ia tak mau melewati pertunjukan ini dalam hidupnya.

Pertunjukan kembang api hampir berakhir. (Name) dengan setia masih memandangi kembang api tersebut, hingga kembang api terakhir diledakkan.

(Name) memandangi kembang api terakhir dengan sendu. Yah, ini mungkin pertunjukan kembang api yang terakhir kalinya (di desa ini)– karena sebentar lagi ia akan pergi.

(Name) memandang sungai dalam dibawahnya, dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia memejamkan matanya, menutup telinga dengan kedua tangan, dan menghela napas panjang.

(Name)!

Angin berhembus menerbangkan rambut (Name). Udara malam tak begitu dingin, dan cocok untuk suasana malam ini. (Name) perlahan menjatuhkan tubuhnya, membiarkan tubuhnya menuruti gravitasi--- dan tenggelam ke sungai yang tenang dan gelap.

"Sampai bertemu nanti, semuanya."

GREB!

Tiba-tiba seseorang menarik kerah (Name), dan memeluk pinggangnya. Membuat (Name) terkejut dan memegang tangan orang tersebut--- sambil berusaha melepaskan tangan di pinggangnya. Ia meronta-ronta, sementara orang yang memegangnya menurunkannya ke jalanan-- menjauhkan ia dari pinggir jembatan.

"Oi! Lepasin!"

Orang tersebut melepaskan pegangannya dengan kasar. (Name) mundur sedikit dari orang tersebut, dan mendongak tuk melihat wajahnya. Betapa terkejutnya ia melihat Sabito--- yang memandangnya dengan wajah yang marah. Matanya menatam tajam nan menusuk, dan berkaca-kaca. Alisnya mengerut, membuat (Name) tahu bahwa Sabito tidak menyukai perbuatannya tadi.

"Sabito ....?"

PLAR!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi (Name), dan meninggalkan bekas. Sabito memandangnya dengan mata tajam nan menusuk, dan air mata yang tertahan di matanya. Sementara (Name) hanya diam, menahan rasa panas dari tamparan tersebut. Ia bukan manusia yang tak tahu diri. Ia tahu apa yang diperbuatnya, dan konsekuensi-nya karena tidak memikirkan perasaan orang lain.

Tapi, buat apa memikirkan orang lain?

"Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Sabito dengan mata tajam yang mengarah pada (Name).

(Name) diam tak bergeming. Ia menundukkan kepalanya, poninya menutupi wajah muram. Ia memegang tangan kiri dengan erat– berusaha menyiapkan jawaban dan mental 'tuk menjawab pertanyaan Sabito.

"Jawab aku, (Name)." Ucap Sabito dingin, sambil mendekat ke arah (Name), dan meraih kerah (Name). (Name) hanya diam membisu, dan wajahnya masih setia ditutupi poni rambutnya. Air mata mengalir di pipinya dengan cepat, dan jatuh begitu saja di pakaiannya.

(Name) memegang tangan Sabito, dan berusaha menurunkannya dari kerah.

"Lepaskah," ucap (Name) dingin, lebih dingin dari es. Ia memegang tangan Sabito, menurunkan tangan dari kerahnya.

Tak menyadari kode dari (Name), Sabito malah mempererat genggamannya, menghiraukan genggaman lemah (Name) di tangannya.

"Jawab (Name), kenapa kau melakukan itu .....

KALAU KAU CINTA PADAKU MESTINYA KAU BILANG SAJA!!"

(Name) tersentak mendengar pernyataan Sabito. Sabito tahu .... bahwa dia mencintainya?

"KALAU KAU CINTA PADAKU MESTINYA KAU BILANG SAJA!! KALAU KAU MENYAYANGIKU MESTINYA KAU BILANG SAJA!! KALAU KAU DEPRESI SELAMA ENAM BULAN KARENA MENCINTAIKU MESTINYA KAU BILANG SAJA!!"

Sabito berteriak sambil menggenggam erat kerah (Name), sementara (Name) mematung di tempatnya– berusaha menahan tangannya yang gatal ingin menamparnya. Ia menggenggam erat tangannya, berusaha menahan air mata dan gejolak di dadanya.

"Itu karena .......

Aku juga mencintaimu, (Name) ..." Sabito Terisak.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hey hey heyy!! Gimana? Bingung gak?

Btw ini keknya udah kayak sinetron aja ya, endingnya gak seru, itu-itu aja 🗿 //depresot

Btw, kalo heran kenapa Makomo bisa tau kalo (Name) mau bundir, karena Makomo mengamati (Name). Dia juga kumpulin data tentang tanda tanda Nem mau bundir– dan yah ..... dia mimpi kalo Nem mau bundir di sungai 🗿 selanjutnya kelen taulah ya–

Yahh, selanjutnya adalah saatnya adu bacot (Name) dengan Abang Sabi, jadi ditunggu ya!

Salam angst!

-Kana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top