ꔛ⃟⿻ྀ⃕ Five [End]
Anak laki-laki berambut ash blound itu menggandeng tangen anak perempuan di sebelahnya. Anak itu Bakugou dan [Y/N]. Seperti biasa mereka selalu pulang bersama walau rumah mereka beda arah. Bakugou selalu mengantar [Y/N], setelah itu baru ia pulang ke rumahnya.
"Oh, lihat itu, [Y/N]-chan! Aku hampir lupa besok ada festival!" ucap Bakugou penuh semangat sambil menunjuk poster hanabi festival yang akan diadakan besok. "Bagaimana kalau kita pergi bersama? Kau mau, kan, [Y/N]-chan?" tanya Bakugou.
"Um! Aku juga ingin melihat kembang api bersama Kacchan!" jawab [Y/N] disertai anggukkan yang tidak kalah semangat dengan Bakugou.
"Baiklah, kalau begitu tanggal 7 Agustus jam 7 malam, aku akan menjemputmu."
"Aku akan menunggumu, Kacchan!"
Matahari yang hampir tenggelam menjadi saksi dari janji yang diucapkan dua anak kelas 6 SD itu. Mereka sama-sama tidak sabar menanti hari yang dijanjikan.
Setelah mengantar [Y/N], Bakugou bergegas kembali ke rumahnya, tapi...
"Okaasan, Otousan ... kalian mau kemana?" tanya Bakugou menatap heran kedua orang tuannya.
"Aduh kenapa kau baru pulang? Cepat masukan barang-barangmu, jangan sampai ada yang ketinggalan!" kata Mitsuki-ibu Bakugou-sambil memasukan beberapa koper ke mobil keluarganya.
"Kau lupa, ya? Hari ini, kan, kita mau pindah. Sana cepat bantu ibumu!" Barusan kata Masaru-ayah Bakugou.
"Pindah ...? Tapi aku ada janji ... dengan [Y/N]-chan ...."
•
Keesokan harinya.
Biasanya Bakugou akan menjemput [Y/N], tapi sekarang sudah pukul 7.50 dan Bakugou masih belum datang. Padahal biasanya ia menjemput [Y/N] kurang dari jam 7.
"Lho? Kamu belum berangkat?" tanya ibu [Y/N] yang tiba-tiba keluar rumah dan melihat anaknya yang masih berdiri di depan pagar.
[Y/N] menggelengkan kepalanya, kemudian berkata, "Kacchan belum datang, Okaasan."
Ibut [Y/N] menghela napas. "Cepat berangkat sana, nanti terlambat! Mungkin Kacchan tidak sekolah hari ini."
"Tapi ...."
"Cepat berangkat, pulang sekolah nanti kau boleh main ke rumahnya."
[Y/N] mengangguk, kemudian berangkat dan [Y/N] hampir terlambat, tapi untungnya tidak.
Dan Bakugou tidak masuk sekolah.
"Hei, kudengar Kacchan pindah."
"He? Hontou?"
"Iya, katanya karena ayahnya sudah tidak bekerja di sini lagi, jadi dia dan keluarganya ikut pindah."
"Pantas saja hari ini dia tidak masuk, tapi mendadak sekali ya."
Sekilas [Y/N] mendengar percakapan salah satu teman sekelasnya yang juga berteman baik dengan Bakugou.
'Kacchan ... pindah ...?' [Y/N] sangat terkejut mendengarnya, lalu bagaimana dengan janji mereka?
"Tidak ... ini pasti bohong! Aku dan Kacchan akan melihat kembang api nanti malam, Kacchan tidak akan ingkar janji!" [Y/N] berusaha meyakinkan diri, sambil menahan tangisnya ia bersiap-siap untuk nanti malam.
[Y/N] terus menunggu, menunggu Bakugou yang katanya akan menjemputnya jam 7 malam ini. Sekarang pukul 9 malam dan Bakugou masih belum datang.
"[Y/N], kau jadi pergi tidak? Teman-temanmu mungkin sudah sampai apa mau Kaasan antar? Sebentar lagi kembang apinya mulai tuh!"
"Aku ... tidak jadi pergi ..."
•
"[Y/N]-chan ..." Bakugou mengigau dalam tidurnya, teringat masa lalu di mana ia mengingkari janjinya dengan [Y/N]. "Gomen ... [Y/N]echan ..."
[Y/N] yang tertidur tepat disamping Bakugou terbangun karena mendengar suaranya.
"Kacchan?" ucap [Y/N] mendengar Bakugou baru saja menyebutkan namanya. Kemudian ia mengambil kompres yang ada di dahi Bakugo, lalu memeriksa suhu tubuh teman laki-lakinya itu. "Suhunya sudah turun, tapi masih agak demam. Kacchan mimpi apa, ya?"
Bakugou membuka matanya perlahan, menyesuaikan penglihatannya yang malah kabur. "[Y/N]-chan ...?" ucapnya pelan saat melihat [Y/N] tengah memandanginya.
"A-ah, kau sudah bangun, ya. O-ohayou, Kacchan," kata [Y/N].
Bukannya menyapa balik, Bakugou malah memperhatikan sekitarnya, ia sadar saat ini ia tidak berada di rumahnya. "Ini ... bukan kamarku."
"I-ini kamar tamu di rumahku. K-kau bilang ayah dan ibumu s-sedang tidak di rumah, kan? J-jadi aku membawamu ke rumahku."
Kriet
Ibu [Y/N] membuka pintu. Niatnya hendak membangunkan. "Oh, Katsuki-kun sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" tanya ibu [Y/N].
"Masih agak pusing, terima kasih merawatku, Bibi."
"Aduh jangan panggil bibi. Panggil okaasan saja seperti [Y/N] haha." Ah, ibu yang baik. Lihat, kalian sudah direstui.
"Okaasannn." Bukan cuma [Y/N], rona merah juga ikut menghiasi wajah Bakugou saat ibunya [Y/N] berkata seperti itu.
"Sana cepat mandi! Jangan mentang-mentang libur kau mandi jam satu siang. Jangan lupa ajak Katsuki-kun sarapan!" Ibu [Y/N] kembali ke dapur meninggalkan mereka berdua di kamar tamu.
"Gomen, [Y/N]-chan. Waktu itu aku tidak bisa mengabarimu," ucap Bakugou lirih. Lagi-lagi ia teringat masa lalu.
"Eh? K-kenapa kau minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf, karena aku Kacchan jadi kehujanan dan sekarang kau demam." [Y/N] menunduk, tidak mau melihat wajah Bakugou yang masih pucat.
'Kenapa kau masih membahasnya, Kacchan? Yang sekarang salah itu aku!' kata [Y/N] dalam hati.
Sekilas terukir senyum di wajah Bakugou, kemudian ia berkata, "Kalau begitu sekarang kita impas. Janji berikutnya tidak boleh ada yang ingkar lagi."
[Y/N] tidak menunduk lagi, kini ia menatap Bakugou. 'Apa dia tidak marah padaku?' Begitu pikirnya.
"Yang ingkar akan mendapat hukuman," kata Bakugou lagi sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
"Ha'i! Wakatta, Kacchan!" Disertai senyum di wajahnya, [Y/N] mengacungkan jari kelingkingnya juga dan menyatukannya dengan jari Bakugou.
Setelah sarapan, [Y/N] mengantar Bakugou ke rumahnya untuk ganti pakaian. Tunggu! Apa dari semalam Bakugou menggunakan pakaian yang basah? Oh tentu tidak. [Y/N] meminta bantuan ayahnya untuk menggantikan pakaian Bakugou yang basah akibat kehujanan. Apa itu memalukan? Tapi [Y/N] tidak mungkin membiarkan Bakugou tidur dengan baju yang basah.
Sekarang [Y/N] duduk di sofa ruang tamu di lantai satu, menunggu Bakugou yang mengambil baju ganti di kamarnya yang berada di lantai dua.
"HUWAAA! KACCHAN, KENAPA KAU BELUM PAKAI BAJU?!" teriak [Y/N] sambil menutup matanya dengan kedua tangannya saat melihat Bakugou yang menuruni tangga dan membawa kaus hitam di tangannya, tapi tidak dipakai, hanya dibawa.
"Kau kenapa? Aku, kan, masih pakai celana."
"Mau pakai celana atau tidak itu sama saja! Cepat pakai bajumu!"
Tiba-tiba terlintas ide menjahili [Y/N] dan terukirlau senyum di wajah Bakugou. Ia berjalan ke arah [Y/N], lalu membuka paksa tangan [Y/N] agar mereka saling menatap, tidak lupa ia jiga mendekatkan wajahnya ke wajah [Y/N]. Kira-kira jarak mereka tinggal 10 centimeter lagi dan itu membuat wajah [Y/N] memerah seketika.
"Jangan-jangan kau ingin melihatku seperti itu, ya, [Y/N]-chan? Tidak kusangka ternyata kau orang seperti itu. [Y/N]-chan mesum juga, ya~" kata Bakugou sambil memainkan ujung rambut [Y/N].
"TIDAK!" Bakugou mundur beberapa langkah karena [Y/N] berhasil mendorongnya. "AKU TIDAK SEPERTI ITU! AKU BUKAN ORANG MESUM, BAKUGOBLOK!"
Wah wah, [Y/N] kebablasan. Seketika muncul perempatan merah di kepala Bakugou.
"Bakugoblok, huh? Siapa itu? Pacarmu? Bisa kau kenalkan padaku, [Y/N]-chan?"
Aura mengerikan mulai terpancar dari Bakugou, membuat [Y/N] ketakutan melihatnya. Ia tahu Bakugou tidak akan menyakitinya secara fisik sebagaimana Bakugou menghajar preman-preman yang mengganggu [Y/N] waktu itu, tapi tetap saja ia masih takut.
"S-siapa? Aku tidak kenal, m-mungkin kau salah dengar, Kacchan."
"Benarkah? Tapi aku yakin tadi aku tidak salah dengar, telingaku ini basah bagus tau, [Y/N]-chan. Ayolah aku ingin berkenalan dengannya."
"S-sudah kubilang kau salah dengar, Kacchan! Tidak ada temanku yang namanya 'Bakugoblok'!" Ya memang tidak ada. [Y/N] ingin menghapus nama itu dari daftar teman lalu memindahkannya ke daftar pacar-ehhh! Tunggu! Daftar? Memangnya [Y/N] punya berapa pacar sampai bisa dijadikan daftar?
Oke lanjut ke cerita.
Bakugou tidak bersuara lagi dan hal itu membuat [Y/N] bingung.
"Kacchan? Daij—"
"Ne, [Y/N]-chan," panggil Bakugou. "Maukah kau melihat kembang api bersamaku di festival nanti malam?" tanya Bakugou, tapi ia menunduk, tidak mau membiarkan [Y/N] lihat wajahnya yang mulai memerah.
"Aku tidak mau." Bakugou mengangkat kepalanya, terkejut mendengar jawaban [Y/N]. "Aku tidak mau melihat kembang api bersamamu di festival nanti malam, Kacchan."
Lagi. Bakugou dibuat terkejut lagi ketika tiba-tiba [Y/N] menyentil dahinya.
"Festivalnya diadakan lima hari berturut-turut, kita bisa pergi besok atau lusa, tapi jangan sekarang. Kau masih demam. Aku tidak mau kau tambah skait, Kacchan."
Bakugou mengira [Y/N] kecewa dengannya, makanya ia menolak diajak pergi, tapi kesalahan kali ini dibuat [Y/N]. Seharusnya Bakugou yang kecewa.
Ah, sekarang mereka bertatapan, sampai ...
Ting! Nong!
"Bakugou! [Y/N]-chan! Kalian di dalam?" Kirishima membunyikan bel pintu rumah Bakugou. Bersama Midoriya, Kaminari, Todoroki, Uraraka, dan beberapa murid 1-A lainnya.
"Cepat pakai bajumu, nanti masuk angin. Kita, kan, mau lihat kembang api, kau tidak boleh demam lagi, Kacchan!" [Y/N] bangun dari sofa, berdiri lalu berjalan meninggalkan Bakugou, ia hendak membukakan pintu untuk teman-temannya.
"Ohayou, [Y/N]-chan. Tadi kami ke rumahmu, tapi ibumu bilang kau sedang di rumah Bakugou," sapa Uraraka.
"[Y/N]-chan, apa nanti malam jadi, kero?" tanya Tsuyu yang juga ikut ke rumah Bakugou.
"Tentu saja! Kalian membawanya kan, Kirishima-kun, Kaminari-kun?" [Y/N] mengangguk mantap menjawab pertanyaan Tsuyu, kemudian ia menanyakan barang yang dimintanya semalam.
"Ya kami membawanya kok, [Y/N]-chan," jawab Kirishima.
"Yap! Kau tenang saja, benda itu sudah ada di rumahmu," kata Kaminari.
"Apanya yang di rumah [Y/N]-chan, huh?" Sekarang Bakugou sudah mengenakan pakaian, ia menyusul [Y/N] ke luar dan menyapa teman-temannya. Ah, tidak. Apa yang seperti itu bisa disebut menyapa?
"Yo, Bakugou! Aku dengar kau sedang kurang sehat, jadi kami kemari untuk menjengukmu," kata Kirishima disertai gigi putih yang menghiasi wajahnya ketika ia tersenyum.
"Hmm. Terserah kau saja, rambut aneh!"
Mereka mengobrol, bercanda, dan membahas beberapa mata pelajaran di rumah Bakugou. Tidak terasa sekarang sudah waktunya makan siang. Beberapa dari mereka ada yang pulang, katanya ada urusan, sebagian lagi ikut makan di rumah [Y/N].
Sebenarnya [Y/N] minta dibawakan kembang api dan camilan untuk nanti malam. Karena tidak bisa ke festival, jadi [Y/N] ingin main kembang api bersama teman-temannya di halaman rumahnya saja.
#skip time
Semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing sejak beberapa jam yang lalu. Ya begitulah yang Bakugou kira, padahal teman-temannya ada di rumah [Y/N] dan sedang bersiap menyalakan kembang api.
Drttt...
Ponsel Bakugou berdering, menandakan ada seseorang yang menelponnya. Dan itu adalah Mitsuki. Ia menatap malas layar ponselnya, lalu mengangkat telepon dari ibu tersayangnya.
"KATSUKI!" Bakugou langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya karena teriakan Mitsuki.
"JANGAN BERTERIAK DI TELINGAKU, SIALAN!" Bakugou balas berteriak.
"Anak kurang ajar, kalau aku di sana, akan kupkul kepalamu!" Mereka ibu dan anak yang serasi, kan? Sama-sama hobi berteriak.
"Tadi siang [Y/N]-chan meneleponku, katanya kau demam. Ya ampun, baru ditinggal sehari sudah sakit. Sebenarnya masih banyak pekerjaan di sini, tapi akan kuusahakan agar bisa pulang besok. Jangan demam lagi! Jangan repotkan [Y/N]-chan dan keluarganya!"
"Urusai! Kalau masih sibuk tidak usah dipaksakan pulang! Aku bisa mengurus diriku sendiri, Sialan!"
"YANG SOPAN SAMA ORANG TUA, KATSUKI!"
Nguuung DUAR!
"Suara apa itu? Kembang api? Kau pergi ke festival walau sedang sakit?"
Bakugou mengabaikan Mitsuki, iya mencari sumber suara kembang api yang baru saja didengarnya. Kemudian ia melihat jam dinding yang berada tak jauh dari tempatnya.
"Oi, Katsuki! Kau dengar tidak?! KATSU—"
'Baru jam 7, setauku kembang apinya dinyalakan jam 10. Tapi suara yang tadi terlalu dekat,' kata Bakugou dalam hati. Ia juga memutus sambungan teleponnya begitu saja, tidak peduli jika Mitsuki pulang nanti akan memarahinya.
'Sepertinya dari depan rumah.' Bakugou berjalan ke arah pintu, lalu membukannya.
Kriet
"Kacchan? Aku baru mau membunyikan bel." [Y/N] berdiri di depan pintu, niat ingin membunyikan bel tapi tidak jadi karena Bakugou sudah lebih dulu membukakan pintu.
"Yo, Bakugou!" sapa Kirishima yang sedang bermain di halaman rumah [Y/N]].
"Oh iya, Bakugou. [Y/N]-chan bilang dia tidak sabar ingin melihat kembang api bersamamu!" Kaminari sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh Bakugou.
"K-Kaminari-kun! Kapan aku berkata seperti itu?!" Seketika wajah [Y/N] memerah mendengar perkataan Kaminari.
"Jadi yang tadi dibawa Kirishima ke rumahmu itu ini, ya, [Y/N]-chan?" tanah Bakugou teringat dengan barang tadi pagi [Y/N] tanyakan pada Kirishima dan Kaminari.
[Y/N] mengangguk sebagai jawaban, kemudian berkata, "Ayo, Kacchan. Kita nyalakan kembang apinya bersama." [Y/N] mengulurkan tangan dan Bakugou langsung meraih tangannya disertai senyum yang menghiasi wajah keduanya.
Mereka menghabiskan malam yang menyenangkan, walau besok paginya [Y/N] dan teman-temannya dimarahi karena kembang api mereka mengganggu jalannya festival.
Persetan dengan dimarahi. Yang [Y/N] pikirkan saat ini adalah apa yang sudah Bakugou katakan tadi malam. Bersamaan dengan warna-warni kembang api yang menghiasi langit malam, Bakugou mencium pipi [Y/N] dan membisikan sesuatu di telinganya.
"Aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman, [Y/N]-chan."
Malam itu menjadi awal dari hubungan mereka yang baru.
End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top