7. it's not fine .
Pernahkah kau bertanya, mengapa waktu terasa begitu cepat berlalu? Bagaimana mungkin hari-hari yang rasanya baru saja dilewati dengan segera berubah menjadi masa lalu? Adakah orang yang sekiranya bisa terlepas dari jeratan waktu? Jika memang ada, bagaimana mungkin ia bisa melakukannya, sementara kepastian dari belitan benang takdir tidak pernah ada yang tahu?
Namaku [Fullname], seorang mahasiswi di salah satu universitas yang ada di kota ini. Detik, hari, bulan, dan tahun yang kutapaki sedikit banyak telah membuatku semakin tumbuh dewasa. Aku tidak merasa diriku berubah atau semacamnya. Aku tetaplah aku. [Name]. Gadis biasa, masih mengejar cita, dan mungkin juga ... cinta.
Lulus SMA, satu-dua kali aku tertarik pada lelaki, namun tidak terlalu ingin untuk menjalin cinta lagi. Bukan karena trauma atau apa, aku hanya memang ... tidak ingin saja. Katakanlah aku bodoh atau pengecut, tetapi aku betul-betul tidak merasakan dorongan apapun untuk membuka lembar kisah cinta yang baru. Saat ini, urusan jodoh adalah prioritas nomor sekian bagiku.
... Atau setidaknya, menurutku seharusnya memang begitu.
Sore itu udara cukup dingin. Angin musim gugur berembus, menerbangkan guguran daun warna cokelat dan menyapu apa yang dilaluinya dengan gerakan halus. Kedua kakiku menapak di jalanan dengan langkah ringan, sementara netra dimanjakan dengan pemandangan deretan toko di pinggir yang memajang aneka dagangan.
Sampai kemudian langkahku terhenti. Sekujur tubuhku membeku.
Barangkali aku terlalu asyik dengan apa yang ada di sisi kanan-kiriku, sehingga terlambat menyadari adanya sosok dari arah berlawanan yang makin mendekat. Sosok yang sangat kukenali. Tubuh tinggi tegap, dengan rambut hitam yang modelnya amat khas, serta pandangan mata berunsur kuat, namun juga berkesan ramah di waktu yang sama.
"Yo, [Name]."
Dia berhenti kira-kira tiga langkah persis di depanku. Sesaat, kukira aku telah kehilangan suara atau kemampuan untuk bicara, akan tetapi mulut ini otomatis membuka, "Tetsurou."
Kami masih saling memanggil dengan nama kecil.
Kenapa?
Sedetik kemudian, suara tawa terlepas dari mulut seorang Kuroo Tetsurou. Suara tawanya terasa renyah dan membawa nuansa nostalgia bagi indra pendengaranku, lantas mendatangkan memori-memori kebersamaan dari masa lalu.
Ya Tuhan, tiba-tiba saja aku merasa ingin menangis. Dadaku bergemuruh. Napasku sedikit-sedikit tersendat, beradu dengan dinginnya udara.
"Apa kabar?"
Pertanyaan itu mungkin terkesan basa-basi, tapi aku tahu sebetulnya tidak. Dia murni menanyakan kabarku. Dia ingin mengetahui keadaanku saat ini. Dulu, aku hafal dia adalah orang yang cenderung blak-blakan dan terus terang. Pertanyaan ini wajar karena kami sudah lama sekali tidak bertemu. Terlalu wajar.
Maka aku akan menjawabnya dengan jujur.
Perlahan, kutarik napas dalam-dalam. Netraku berserobok dengan miliknya, menghantarkan rasa sendu bercampur haru atas nama rindu.
"Tetsurou, aku ... tidak baik-baik saja."
Keheningan membungkus kami berdua. Mata kami masih beradu. Senyumku tidak luntur. Tetsurou menghabiskan sekian detik untuk terdiam, sebelum akhirnya ia memberiku segaris senyuman.
"Kau tahu, [Name], aku juga. Tanpamu."
Karena selama ini, hatiku telah dikunci oleh seorang Kuroo Tetsurou, dan mungkin sampai kapanpun akan tetap begitu.
***
Fine; Kuroo Tetsurou
-END.
***
1 - 200118
2 - 200416
3 - 200416
4 - 200118
5 - 200416
6 - 200416
7 - 200421
published → all, 200426.
***
[ eleanor's area ]
inspired by: Fine - TAEYEON.
Why Kuroo Tetsurou?
Gak tau wKWKWK, udah terpikir dari lama banget, draftnya berbulan lalu juga. Cuma emang aku selesaiinnya baru-baru ini, ehe.
Semoga kalian suka! 💕
Love,
Arisa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top