6. our last ;
Hari kelulusan pun tiba, dan aku tahu bisa jadi ini adalah momen terakhir aku bertemu dengannya.
Meski begitu, upacara kelulusan murid kelas tiga dapat kuikuti dengan baik. Walaupun kenyataan bahwa setelah ini aku tidak akan dengan mudah bisa bertemu Tetsurou terasa menggigit hati kecilku, akan tetapi aku tetap mampu mengendalikan diri. Sedikit-sedikit, aku memang mulai terbiasa. Sama seperti Tetsurou yang menjalani segalanya seolah tidak terjadi apa-apa, aku juga beradaptasi seiring dengan waktu yang terus berlalu.
Setelah rangkaian acara selesai dan puas mengambil foto dengan teman-teman, aku berniat langsung pulang ke rumah. Akan tetapi, di luar dugaan, Kuroo Tetsurou berjalan menghampiriku. Ia mengumbar senyum itu, senyum yang sulit untuk tidak membuat garis bibirku turut melengkung.
“Selamat atas kelulusanmu, [Name].”
Namaku. Dia menyebut namaku, dan tangannya terulur.
Aku menjabat tangan kokoh itu, membalas dengan jawaban sederhana, “Selamat juga untukmu, Tetsurou.”
Aku menyebut namanya.
Untuk beberapa saat, kami terdiam. Masih dengan tangan saling bertautan. Entah memakan waktu berapa lama, tetapi Tetsurou lah yang merenggangkan genggaman lebih dulu. Sepasang netranya menatap lurus padaku, lantas bibirnya berucap,
“Semoga kita bisa bertemu lagi jika waktunya sudah tepat.”
Sesuatu dalam diriku terasa membeku. Tertegun. Sulit untuk segera merespons kalimatnya, akan tetapi kutemukan kepalaku mengangguk tanda mengiyakan, disusul dengan, “Aku juga berharap begitu.”
Ya, aku tidak akan menyangkal.
Sebab meski belum tentu semua akan berlalu dengan baik-baik saja, sesungguhnya untuk Kuroo Tetsurou, aku memang mengharapkan hal yang sama. Sebuah harapan sederhana, yaitu adanya kesempatan nomor dua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top