3. reason ;

Aku bahkan tidak terlalu mengerti apa alasan yang sebenarnya di balik berakhirnya hubungan kami. Sepemahamanku, tidak ada kehadiran orang ketiga. Kami berdua sama-sama jujur bahwa tiada sosok lain yang menjadi tempat menyimpan rasa.

Hanya saja, semakin hari, perlahan kami mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah realita yang membuat kami sadar dan membuka mata lebih lebar.

Bahwa kami masih terlalu dungu. Bahwa semua ini belum memijak waktu yang tepat. Bahwa kami berdua tidak lebih dari bocah SMA yang mengatasnamakan suka sebagai landasan untuk mengikat satu sama lain dalam kata ‘kekasih’.

Aku dan Tetsurou mungkin saling menyukai, akan tetapi, semakin hari perasaan itu rasanya hampir seperti omong kosong. Tanpa disadari, kami berhenti memprioritaskan satu sama lain. Sibuk dengan mimpi dan cita masing-masing. Segalanya justru terasa hambar apabila kami bertatap muka. Dunia tidak semanis itu, dan apa yang menunggu kami di depan sana sudah pasti tidak akan bermurah hati.

Sejujurnya, mungkin jika kami tetap bertahan dalam status pacaran, kami bisa saja mencoba untuk menguatkan satu sama lain. Akan tetapi, aku tahu Tetsurou punya mimpi yang tinggi. Aku belum layak berdiri di sisinya, sebab aku pun masih memiliki impianku sendiri. Setidaknya, aku bisa memandang makin jauh ke masa depan yang panjang nanti, tanpa perlu mengkhawatirkan Kuroo Tetsurou.

Karena itu, aku melepasnya. Tetsurou melepasku.

Tetapi rasa ini, rasa yang membelenggu dalam dada ini, terus ada dan bertahan bahkan meski aku telah memantapkan hati untuk tidak menoleh sama sekali. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top