Start


Kudengar dia sudah menikah dan tinggal bersama suaminya. Aku memang tidak pernah bertemu dengannya lagi, tapi kabar tentangnya tidak pernah terlewatkan sedikitpun. Sedangkan dia, benar-benar menyisihkanku dari lingkarannya. Bahkan di hari sakralnya, dia tidak memberiku kesempatan untuk menyaksikan. Mungkin, dia tidak ingin aku merasa kesakitan. Padahal tanpa melihatnya pun aku sudah merasakan sakit.

Tetapi hidup harus berjalan maju. Hal remeh semacam itu tidak boleh melemahkan imunku. Namun, bertemu dengannya sekarang pada saat tak terduga tentu saja menyentak jantungku. Tidak dipungkiri, aura bersinar itu masih melekat padanya meskipun dirinya tidak lagi sendiri.

"Oh, gitu. Udah selesai, kan? Kita duluan ya, Bang. Good luck!" Begitu suaminya berkata.

Dia menganggukkan kepala dan tersenyum tipis padaku. Kubalas dengan lambaian tangan sambil mataku terus mengawasi pergerakannya. Mereka berjalan diiringi tawa. Seharusnya hatiku ikut merayakan kebahagiaan mereka.

"Jadi ... itu yang namanya Prisha?" tanya wanita yang kini berdiri di sampingku. Dia tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya, "manis, sih. Simpel, nggak berlebihan, pas. Tapi dia udah punya suami, Dir. Lo nggak bisa berdiri di sini terus ngelihatin tuh cewek kayak orang bego. Ayo buruan, Mama lo udah telepon gue, nih."

Wanita itu menarik tanganku. Ah, kenapa aku harus terjebak dalam situasi menyebalkan begini? Sudah kubilang aku bisa cari sendiri, tapi Mama memaksa mengenalkanku pada wanita cerewet sekaligus serampangan ini. Hanya mengenalkan saja, kan? Akan kupastikan tidak akan berlanjut hingga tahap perjodohan. Aku yakin di luar sana masih ada wanita yang lebih anggun dan beradab daripada wanita di sampingku ini.

"Gara-gara lo, gue harus putus sama Fano. Eh, sebenarnya belum putus, sih. Dia masih sering ajak gue jalan. Gue nggak keberatan kalau entar disuruh nikah sama lo, tapi gue nggak mau kalau lo batasin gue bergaul sama cowok lain." Wanita itu melirikku sambil merapikan alis saat kami sudah masuk ke dalam mobil.

"Gue bukan penganut aliran kebebasan bercinta kayak lo, Shyl," geramku.

"Hei, bergaul itu belum tentu bercinta. Tapi bercinta sudah pasti bergaul," sahut wanita itu seraya memukul lenganku.

"Gila, lo."

"Lo yang gila." Wanita itu memukul lenganku lagi, lebih keras. "Tuh, hape lo bunyi. Lo yang gila, sinting, udah tahu lagi kencan sama gue masih aja diteleponin cewek lain. Kan gue udah bilang jangan ada cewek lain kalau lagi jalan sama gue. Lo punya cadangan berapa cewek di belakang gue, sih?"

Aku berdecak ketika melihat nama yang tertera di layar.

"Berisik, lo diam dulu. Nggak usah komentar. Halo, Ya? Oh, iya sorry gue lupa. Kalau entar malam aja gimana?"

Sialan, gara-gara Shylla aku lupa kalau punya janji sama seseorang.

"Eh, Mbak. Lo jangan mau jalan sama Dirga, deh. Dia itu playboy parah. Lo cuma dibohongin aja sama dia," teriak Shylla.

"Eh, lo bisa diem nggak? Ingat perjanjian kita, kan?" Aku membekap mulutnya dan Shylla malah tertawa kencang.

"Halo, Ya? Eh, dimatiin. Gara-gara elo, nih," desahku kecewa. Pasti dia sudah overthinking gara-gara mendengar suara Shylla.

"Makanya kalau nggak bisa nepatin jangan bikin janji. Cari perkara aja lo. Buruan jalan. Kita harus cepat kelarin urusan sama Mama lo. Jadwal kencan gue masih banyak," cetus Shylla sembari menyemprotkan parfum di lehernya membuat aromanya menyeruak ke mana-mana.

Aku menyalakan mesin mobil, berkendara dengan kecepatan tinggi. Jalanan tidak terlalu padat sehingga aku bebas mengatur ritme berkendara. Tidak peduli wanita di sebelahku ini berceloteh tiada henti. Kalau punya lakban, sudah kubungkam mulutnya dari tadi. Telingaku sakit mendengar ocehannya.

Semua urusan ini harus diselesaikan sekarang juga. Supaya tidak ada lagi kesalahpahaman. Supaya Shylla dapat melanjutkan jadwal kencannya dan aku bersenang-senang dengan acara kencanku sendiri.




Akhirnya kisah Bang Dirga dibikin juga. Hepi ending atau nggak itu tergantung alur cerita ya.
Maunya hepi atau sad ending nih?
Hihiii

Sebenarnya ada banyak wanita di sekitar Dirga, tapi tetap yang nyantol bakal ada satu doang.
Silakan mulai berspekulasi dari sekarang ya.

Ini masih tes ombak, kalau banyak yang tertarik bakal lanjut.
Kalau sedikit yang tertarik sih bakal tetap lanjut tapi apdetnya sesuai mood.

Oh ya, jangan lupa vote dan komentar sekalian ajak teman-temanmu buat baca kisah ini ya.




28.02.2022



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top