キッス キッス (BAG.2)

"Hey, Kenma. Mau lanjutkan ini di sofa? Punggungku sakit jika harus terus berciuman dalam posisi seperti ini."
--

Kemudian Kenma membuka matanya. Menatap dalam pandangan sang lawan bicara.

"Oh, kita ga akan melakukan itu, kok. Kamu tenang aja. Aku cuma mau kita ciuman. Kamu mau?."

Dan Kenma menganggukkan kepalanya. Kalau dipikir pikir lagi, berciuman dengan Kuroo itu ga buruk juga. Kuroo juga gapernah maksa Kenma buat nurutin keinginan hasrat nya.

'Kalau cuma ciuman, sepertinya gapapa..'

Kemudian Kuroo menggendong Kenma, dan mendudukkannya di sofa.

"Ah, tapi makananku belum habis, harus bangat sekara--hmph k-kuroo.." Belum selesai bicara, Kenma sudah lebih dulu dibungkam oleh bibir Kuroo.

Terkesan terburu buru, tapi juga terasa lembut. Entahlah, Kenma bingung mendeskripsikannya. Yang jelas, Kenma menikmatinya.

Kuroo terus mengikis jarak mereka berdua, dan menekan tengkuk Kenma, agar ciumannya makin dalam.

Kenma masih kaku dalam hal seperti ini. Jadi dia membalasnya hanya sebisanya saja. Saat dirasa dirinya mulai merasa susah bernafas, Kenma menarik baju yang dikenakan Kuroo. Kemudian, Kuroo membuka matanya, dan sedikit--terkejut(?).

Ya, Kuroo terkejut melihat bulir keringat yang mulai turun satu persatu, dan jangan lupakan wajah merah Kenma. Itu sangat--oh, jangan membicarakannya atau nanti ada yang bangun.

Kemudian Kenma membuka sebelah matanya saat dirasa Kuroo sudah melepas ciumannya.

Kenma mulai kembali bernafas dengan benar.

"Ken, boleh aku buka bajumu?."

Yang ditanya tampak terkejut. Tapi, menyembunyikannya. Matanya kini menatap ke segala arah, menghilangkan rasa gugup yang menghampirinya.

Kemudian Kuroo mulai kembali menciumi leher Kenma. Dan sedikit menanam strawberry di lehernya. Sementara tangannya, berusaha membuka kancing kancing baju yang sedang dikenakan Kenma. Sampai baju Kenma terlepas, kini mulutnya pindah ke rahang sang lawan, mengecupnya, dan terus turun.

'Kenapa dia harus tanya boleh atau tidaknya kalau akhirnya dia juga melakukannya? Dasar bodoh.'

"G-geli, ah K-kuroo.."

Kenma membulatkan matanya saat tiba tiba mulut Kuroo sudah berada di dadanya, dan sedang menghisap--putingnya.

"Ah, nggak. J-jangan dijila--ahh khh sial."

Tangannya lemas. Tenaganya hilang. Padahal tadi Kenma sedang menahan kepala Kuroo. Tapi tiba tiba saja tenaganya hilang saat lidah Kuroo mulai menyentuh putingnya.

Setelah puas bermain di dada, Kuroo mulai mendorong perlahan tubuh Kenma agar berbaring di sofa, dan menaruh kedua kakinya di atas pundak Kuroo.

"K-kuroo, kamu bilang c-cuma ciuman, kan? Tadi bahkan--"

Kuroo mulai mengecupi perut rata milik Kenma.

"Benar. Ini hanya ciuman, kan? Atau Kenma ingin aku meninggalkan tanda merah di sini juga?."

"H-hah?."

Kuroo terkekeh. Kemudian dagunya ia letakkan di atas perut Kenma.

"Aduh, geli, Kuroo. Dagumu tajam."

"Hey, Kenma. Mau berhenti di sini?."

Pandangan mereka bertemu. Sempat ragu untuk menjawab. Kenma takut jika jawabannya mempengaruhi kedekatan mereka berdua yang notabene nya teman dekat sedari kecil.

"Ya, kurasa sudah cukup. Aku juga mengantuk.."

Dan semoga saja Kuroo tidak marah padanya.

"Oke." Kemudian Kuroo bangkit dari sofa, dan pergi entah kemana.

"Apa dia marah?.." Kenma bergumam kecil, kemudian kembali memakai bajunya, dan mulai menutup matanya.

Kemudian, suara Kuroo kembali membangunkannya.

"Ken, aku obatin dulu lukanya sini. Ayo bangun, jangan tidur dulu." Kuroo membangunkan Kenma dan mendudukkannya.

Kemudian Kuroo kembali membuka baju Kenma, dan mengobati luka Kenma.

"Kuroo, kamu..ga--marah?." Matanya menatap ke segala arah lagi. Entahlah kenapa Kenma menjadi aneh hari ini.

Kemudian Kuroo terkekeh. Dan menatap manik indah di depannya.

"Aku gamau maksa kamu, Ken. Kalo kamu gamau, yaudah aku akan berhenti."

'Lagian status kita juga ga lebih dari teman, Ken. Aku gabisa berharap lebih.'

"Aku kira kamu marah. Soalnya kamu perginya lama, padahal cuma ngambil kotak P3K aja."

"Haha iya, maaf. Tadi ke kamar mandi dulu soalnya. Udah selesai nih aku ngobatinnya. Kamu tidur ya. Oh iya, jangan dipake dulu bajunya. Kamu pake selimut aja ya biar ga kedinginan. Nah, selamat tidur."

Setelah kembali membaringkan Kenma, Kuroo menyelimutinya dan mengecup keningnya.

"Kuroo, kamu kaya ibu aku."

"Jahaaat. Ganteng gini masa dibilang ibu ibu."

"Bukan itu maksudnya--udah, ah. Aku capek. Sampai nanti, Kuroo."

"Em. Semoga mimpi indah."

-🌻-

23.45

Kuroo tidak bisa tidur. Ingin rasanya berlari ke kamar Kenma dan merengek minta tidur sambil berpelukan seperti saat kecil dulu.

"Tapi sekarang sudah berbeda. Sudah tidak seperti dulu lagi." Kuroo menghembuskan nafasnya, kemudian tersenyum kecut.

Kuroo selalu merasa ingin bersama Kenma. Dan entah sejak kapan, tapi jantungnya suka berdebar lebih cepat dari biasanya jika sedang bersama Kenma.

"Rasanya...perasaan ini, apa ya, namanya?."

-🌻-

01.22

"Ugh...haus." Kenma kebangun. Dan dia kemudian pergi ke dapur untuk minum.

"Kuroo? Kok tidur di sofa, sih?." Setelah selesai minum, Kenma masuk ke kamar Kuroo untuk mengambil selimutnya. Tapi, siapa sangka ternyata di kamar Kuroo banyak foto nya dengan Kuroo yang terpajang di tembok, di meja belajar, dan tempat tempat lainnya.

"Aku memang tidak pernah masuk ke kamar Kuroo, sih. Gaboleh juga lagian. Jadi di kamarnya dia nyembunyiin foto kita doang? Sampe aku gaboleh masuk ke kamarnya."  Kemudian Kenma mengambil selimut Kuroo, dan ingin kembali. Tapi Kenma melihat foto Kenma.

"Loh? Itu aku? Tersenyum? Apa Kuroo mengambil gambar ini secara diam diam? Awas aja nanti aku buang tuh foto kalau aku kembali ke sini lagi. Dasar si Kuroo itu--" Saat sudah berbalik ingin pergi dari kamar Kuroo, langkahnya terhenti saat melihat Kuroo yang berada di ambang pintu. 

'Mati aku. Aku ketauan masuk ke kamarnya. Aduh, aku gapunya jurus menghilang, gimana nih?' Begitu pikirnya.

"H-hay, Kuroo..hehe." 

"Ngapain kamu di kamarku?."

"Aku, ngambil selimut. Buat kamu, nih, aku ke kamar ku lagi ya..dahh...hehe." Setelah melempar selimut di tangannya ke wajah Kuroo, Kenma segera pergi. Tapi saat ingin melewati pintu, tiba tiba tangan besar milik Kuroo menahannya. Kemudian Kuroo mendekatkan wajahnya.

"Tidur di sini aja, Ken. Bareng aku. Kamu belum pernah tidur di kamarku, kan?."

"Y-yah, belum, sih. Kenapa tiba tiba kamu ngajakin tidur di kamarmu? Sebelum sebelumnya kamu gapernah tuh ajak tidur di kamarmu. Masuk juga gaboleh."

"Itu karna malam ini kamu udah masuk ke kamarku dan udah liat isi kamarku, sialan. Ayo tidur." Kemudian Kuroo mengangkat Kenma seperti karung beras, dan menutup pintu kamarnya.

"Kamu marah? Iyadeh aku minta maaf, lagian kamu tidur di sofa, gapake selimut, lagi. Aku minta maaf ya Kur, aku tidur di kamarku aja, ya?--Kur, hey.." 

Kuroo menatap Kenma, sembari menyamankan posisi tidurnya di samping Kenma.

"Kenapa, Ken? Ayo tidur. Nanti kita harus sekolah."

"Yah, itu--aku tidur di kamarku aja, ya?."

"Kamu ga nyaman tidur di sini?."

"Yah, kau tau, aku..Aku akan ambil guling ku sebentar, oke? Nanti aku akan--"

"Tidak usah. Anggap saja aku gulingmu. Ayo, ke sini."

"H-hah?."

Kuroo menarik Kenma mendekat. Dan menaruh kaki kanan nya ke atas pinggang Kuroo, dan Kuroo juga menaruh tangan kanan Kenma di pundak nya, membiarkan Kenma memeluknya. Dan terakhir, sebuah kecupan di bibir sebelum mereka memejamkan matanya.

-🌻-

05.30

"Em.."

Kenma bangun, dan langsung pergi ke dapur. Perutnya sudah demo minta di isi.

-🌻-

6.25

Kuroo mencium sesuatu yang sepertinya lezat. Dan tubuhnya langsung bergerak mengikuti wangi sesuatu yang lezat itu.

"Kenma, tidurmu nyenyak?."

Saat sudah sampai di dapur, Kuroo langsung menerjang tubuh mungil itu dari belakang.

"Hei bodoh! Bahaya! Jangan main main ya kamu! Kamu galiat apa di depan ku ini ada apa?!."

Kuroo terkekeh kecil.

"Hahaha, ayo menikah, Ken."

Entah kenapa di pipinya, semburat merah tiba tiba muncul. Kenma terkejut.

"B-bodoh kamu tuh, ya?! Udah sana mandi, abis itu sarapan!."

"Mau mandi bareng ngga, Ken?."

Tanpa menjaga jarak, tangannya masih saja setia melingkar di perut si mungil.

Kenma menghembuskan nafasnya lelah. Kuroo tuh ngajak mandi bareng kaya mau ngajak main game, ya. Gampang bangat ngomongnya.

"Kuroo--K-kamu ngapain?!."

"Hm..cium leher kamu?."

Kuroo yang baru saja mencium leher Kenma, menarik ke samping wajah si mungil, dan pandangan mereka bertemu.

Ah, sial. Kenma sadar saat ini wajahnya sedang memerah karna ulah Kuroo.

"Sialan, sana mandi! Gausah senyum senyum kamu!."

Lagi lagi tawa lepas keluar dari mulut Kuroo.

"Hahaha, Ken. Kamu lucu banget, sih. Ayo ciuman!."

Kemudian, tanpa menunggu persetujuan dari Kenma, Kuroo sudah lebih dulu menciumnya. Hanya kecupan kecupan kecil, sebelum lidahnya melesat ke dalam, dan bermain di rongga mulut Kenma.

"Uhm, Kuroo..mas--Kur, uh nanti itu--"

Kuroo tak mau melepaskan ciumannya. Kenma kan jadi susah berbicara. Kemudian, dengan sekuat tenaga, Kenma meninju perut Kuroo.

"Gahhh sialan! Kalau aku ngomong tuh dengerin! Ini nanti masakannya gosong! Udah sana mandi! Gausah ganggu orang lagi masak atau aku lempar kamu pakai wajan! Mau?!."

Kuroo memberikan cengirannya.

"Hehe, ampun Ken, ampun. Aku mandi, ya."

Setelah dibalas dengan deheman, Kuroo segera pergi sebelum Kenma benar benar melemparnya dengan panci. Takut Kuroo tuh.

-🌻 t b c 🌻-

Besok libur, malam ini mau nulis, tapi aku pusing, sama ngantuk bangat hari ini😭👉👈

Bila ada typo mohon dimaafkan, ya😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top