Filosofi karyawan kecil


Sebagian mereka yang memilih ini adalah tidak tahu dan sebagian lain terpaksa atau mungkin sementara. Banyak pilihan yang kadang beralih menjadi sebuah percobaan dalam menentukan jalam hidup. Padahal, tak ada pilihan untuk mencoba bagi manusia. Kita justru dipilih untuk menjadi percobaan semesta. Pernahkah kau berpikir kalau sebenarnya kita ini selalu ditertawakam oleh mereka kalau sekalipun kau bijaksana atau merasa benar, bahwasanya kita tetap hanya sebuah makhluk yang dicoba. Apa kau tahu alasan kau lahir? Apa kau tahu alasan kau harus terus berjalan mengarungi waktu hidup ini? Kadang aku bertanya-tanya kenapa harus dilahirkan untuk hidup bukan mati. Apa bedanya orang mati dan hidup jika mereka sama sama tersiksa dan selalu bertanya tanya atas kehidupan yang merek terima?

Aku bekerja disebuah perusaan kecil yang awalnya penyelamat bagiku. Awalnya aku tahu sebuah peyelamat tak akan bertahan selama itu. Aku percaya aku bisa bertahan, namun hari ini aku goyah lagi. Aku merasa kasihan dengan tubuku dan mimpiku. Mereka terbengkalai demi mengecap uang yang mengendalikan kami. Sebagai pegawai kecil, kami bisa apa jika ada manusia yang tidak memanusiakan makhluk sejenisnya?

Mereka adalah para atasan. Aku sempat marah kenapa ada Tuhan yang hanya mengamati aku menangis di sore hari, bersama langkah ringkih dan pundak penuh beban omelan atasanku. Kenapa aku harus menerima hal seperti ini? Dan kenapa Tuhan yang melahirkan aku tidak bertanggungjawab pada kehidupanku? Hal apa lagi yang harus kutelan setelah cacian menjadi orang kecil?

Sebuah sistem seharusnya berjalan baik jika ada yang namanya keadilan. Aku adalah orang yang pelit. Aku tidak suka membagi waktuku pada pekerjaan jika aku tidak dibagi uang lemburan atas waktuku yang sangat berharga. Selain uang, apalagi yang bisa membayar waktu? Orang kecil sepertiku tidak punya apa apa selain waktu. Mereka adalah benda berhargaku. Mereka ada bibit yang kutanam menjadi harapan setiap harinya. Aku bergantung padanya supaya sayap sayap kecil untuk menuju impian yang terang bisa kuraih. Namun nampaknya, para atasan tidak berpikir seperti aku.

Mereka tidak punya waktu karena otak mereka hanya memikirkan uang. Mereka tidak punya otak karena hati mereka ditelan oleh kekuasaan. Mereka marah menggunakan otak demi uang. Mereka menginjak hati hingga manusia kecil seperti kami binasa oleh sebuah tuntutan berhala yang tak ada nilainya. Aku benci memikirkan semua hal yang bisa menyakiti diriku sendiri. Tapi aku tidak bisa berhenti menangis memikirkannya.

Apakah orang yang tidak memiliki uang harus diinjak seperti itu? Atau apakah orang kecil seperti kami harus menjadi binatang supaya manusia berhenti berlagak menjadi manusia seperti para atasan itu? Hari ini aku sangat kecewa dengan nasibku. Kilasan diriku yang diteriaki oleh atasan berkat kesalahan yang kubuat memelesat seakan berbisik kalau aku seharusnya bertahan sekali lagi.

Sampai sejauh mana jalan ini berakhir? Aku hanya berharap berbelok. Tuhan, tolong, bisakah ia berbelok padaku? Kalau ada jalan lain yang bisa kutempuh, kumohon tunjukkan dan buahkan itu sebagai cahaya terakhir. Aku telah merasakan semua pahitnya hari ini. Bagaimana atasanku tidak peduli dan selalu berserah pada waktu yang terbuang tanpa keadilan. Aku ingin memenangi pertarungan ini. Golak kekesalan yang merayap tak berhenti menggigitku. Aku tak bisa duduk dan berdiri, aku dirayapi ketakutan akan kegelapan yang tak pasti kapan terbit terang.

Seorang karyawan bersama sistem kantor yang tidak berdasar pada keadilan atas waktu dan uang, apakah bisa bicara? Jika aku memilih menyerah, apakah semesta dan Tuhan berbalik padaku dan paham kalau aku terlalu lelah dan marah atas ketidakadilan ini? Jika aku membenci Tuhan, apa bumerang yang kudapatkan? Apa yang bisa membayar semua sakit hati dan air mataku? Harus sejauh apa aku melangkah diatas duri masa depan ini?

Tolong katakan pada semua pegawai kecil di dunia ini. Mereka yang adalah memiliki atasan tidak mengenal keadilan, setidaknya bisa paham untuk jangan menyiksa diri. Karena tak ada orang lain yang paham pada dirimu sendiri selain kau sendiri. Bagaimana jika aku dipecat? Itu bisa saja bukan akhir, hanya belokan yang dua kali harus kau tempuh untuk mencari jalan lain menuju terang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top