Ice Cream

Filosofi Eskrim





Eh... tunggu dulu....







Eskrim kan makanan!









Tapi enak....















Tidak ada yang special di hari rabu selain kegiatan menoton yang selalu dikerjakan oleh seorang mahasiswa seperti Calliope.

Pemuda tersebut baru saja selesai merangkum tugas skripsi yang diberikan oleh dosennya, tidak ada waktu untuk selalu berhela-hela dan bersenang-senang, satu minggu ini adalah hari terberatnya sepanjang hidup.

Langkahnya menuruni tangga terhenti tatkala ponsel yang berada di pergelangan tangannya mengeluarkan suara bip yang kencang, membuat semua mata menoleh kepadanya.

Sambil meminta maaf, Calliope segera menaiki tangga menuju ke lantai lima gedung. Sambil sesekali melirik pergelangan tangannya.

Sebuah panggilan darurat masuk ke dalam ponselnya, sehingga mau tidak mau dia harus menaiki tangga walau merasa sedikit kelelahan.

"Ah!"

Bahunya tidak sengaja menabrak seorang perempuan yang tidak ia kenali sama sekali, namun sepertinya perempuan itu tidak mempermasalahkannya dan tetap berlari.

Mereka berdua belari bersisian, mungkin karena sama-sama fokus dengan satu tujuan mereka tidak menyadari keberadaan satu-sama lain. Calliope membuka pintu sebuah ruangan lebar-lebar.

"Apa yang terjadi?! Apa semua baik-baik saja?!" tanya Calliope dengan nada khawatir, sedangkan perempuan tadi berdiri di belakangnya sambil mengatur napas yang satu-dua.

Beberapa orang yang berdiri disana menatap kedatangan keduanya dengan pandangan heran-bercampur bingung. Mereka juga sepertinya habis berlari.

"Tuh kan! Apa yang kubilang! Mereka pasti datang kalau kita memencet tombol ini!"

Mereka lalu menoleh kearah sumber suara, disana terdapat dua orang pemuda sedang duduk diatas sofa, yang satu sedang memegang laptop sedangkan yang satunya sedang memegang sebuah buku.

"Jadi... tanda alarm bahaya tadi palsu?" tanya Satya-pemuda yang mengenakan topi baret,

Pemuda yang membawa laptop mengangguk.

"Cape deh..." ucap seorang perempuan yang mengenakan kerudung pink-Dinda, lalu duduk di salah satu sofa.

"Akhirnya, ruangan ini tidak sepi lagi!" ucap perempuan yang berada di sudut ruangan, ia lalu mendekat dan duduk di sofa.

Calliope dan yang lainnya lalu duduk di sofa yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut sambil mengistirahatkan diri barang sebentar.

Ruangan luas ini memeliki tujuh sofa yang diletakkan melingkar, di sudut kanan ruangan terdapat meja bundar dan beberapa kursi. Terdapat juga karpet bulu halus di sudut kiri ruangan serta TV. Beberapa rak buku terlihat di berbagai sudut, rak-rak tersebut terlihat penuh.

Terdapat beberapa vas bunga kecil , serta sebuah lemari besar yang berada di samping kiri pintu.

"Jadi... apa yang membuat kau-Diyarga menyalakan alarm itu?" tanya Satya

Diyarga membenarkan letak kacamatanya lalu menunjuk pemuda dengan rambut gondrong di sebelahnya, "Jarot bilang, forum terlalu sepi jadi aku nyalakan alarm deh,"

"HEEE???!!! Cuma karena itu??!!!"

Setengah dari mereka terkejut, sedangkan setengahnya lagi terlalu lelah untuk menanggapi.

Ruangan yang mereka masuki adalah klub D of D, sebuah klub yang merupakan perkumpulan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memiliki UKM. Klub ini didirikan oleh seseorang yang bernama Kurapika-panggilannya Pika, namun yang bersangkutan sudah lulus tahun lalu.

Kegiatan di klub pun random, dan hari untuk berkumpul pun random, disesuaikan dengan jadwal masing-masing mahasiswa karena UKM ini beranggotakan banyak orang dari jurusan yang berbeda-beda.

Calliope memandang satu-persatu anggota yang ada, disini ada 20 orang yang berkumpul, 6 orang sedang duduk-duduk di meja bundar dan 7 orang lagi duduk diatas karpet menonton TV, dan tujuh orang sisanya-termasuk dirinya, tetap duduk di Sofa.

"Lama tidak berkumpul seperti ini," celetuk seorang perempuan yang berkuncir kuda, Calliope mengingatnya sebagai orang yang berlari disampingnya.

"Makanya Ri, sekali-kali datanglah disaat-saat jadwal ramai, jangan terus di hari Sabtu." sahut Salma-perempuan yang tadi ada di pojokan.

"Kau anak baru ya?" tanya Calliope pada perempuan yang dipanggil 'Ri' tersebut.

"Enggak juga, aku sudah disini sejak semester pertama kuliah disini, um... mungkin dua tahun yang lalu,"

Ah... jadi dia termasuk penghuni generasi pertama, berbeda dengan Calliope yang bergabung setahun lalu.

"Namaku Calliope, senang bertemu denganmu."

"Namaku Rira, bisa dipanggil Ri atau Ra, apa kau punya pacar?"

Calliope tertegun, "Punya, kau sendiri?"

"Kalau aku sih belum punya, tapi berasa punya."

"Berarti kau lebih baik dariku."

"He? Lebih baik kenapa?"

"Aku punya tapi dia sepertinya hilang entah kenapa,"

Satya lalu menepuk pundak Calliope

"Sabar Bro," ucapnya

"Kenapa Rira nanya-nanya soal pacar? Kalau mau curhat tentang itu kau bisa berdiskusi berdua denganku." Ucap Jarot yang tiba-tiba nimbrung.

"Jangan Ri! Jarot tuh punya banyak korban, jangan sampai kau di PHP olehnya!" sahut Salma

"Maaf, tapi kalau diskusinya berdua, aku takut ada yang cemburu nantinya," ucap Rira

"Penolakan yang bagus, kusuka gaya mu," sahut Diyarga.

"Eh katanya ada kedai eskrim baru yang buka di depan kampus," kata Dinda yang ikut nimbrung dengan topik yang berbeda.

"Aku juga dengar itu! Mereka bilang eskrim disana murah-murah!" ucap Salma

"Benarkan? Aku belum tau tuh." Sahut Satya

"Makanya sesekali foto sekitar kek, jangan memfoto model melulu," kata Dinda

"Eskrim apa yang rasanya enak ya?" tanya Rira.

"Eskrim duren," sahut Jarot

"Bicara soal eskrim bagaimana kalau kita membuat sebuah karya bertema eskrim?" usul Calliope, "mumpung bulan ini klub harus menghasilkan karya untuk tetap berdiri."

"Betul juga! Jadi kita mau buat karya tentang eskrim? Resep membuat eskrim yang enak gitu?" sahut Dinda

"Bagaimana kalau filosofi eskrim? Ya! Bagaimana kalau kita membuat sebuah buku yang berisi filosofi tenang eskrim?" usul Calliope

"Hm... boleh juga," sahut Satya,

"Eskrim yang dingin sekaligus manis," ucap Rira

"Seperti sikap orang-orang yang berdinding hati dingin namun sebenarnya di dalamnya hangat!" sahut Dinda,

"Eskrim dengan rasa yang berbeda-beda, memberikan kesan yang berbeda disetiap lidah," ucap Satya

"Seperti orang-orang yang bermuka banyak, disetiap pertemuan selalu memberikan kesan yang berbeda," kata Calliope sambil menutup wajahnya dengan tangan lalu membukanya.

"Untuk membuat eskrim kau butuh waktu yang lama untuk membuatnya bertekstur lembut namun dingin, dan butuh waktu sebentar untuk mencair." Diyarga

"Butuh waktu yang lama untuk membuat sebuah hubungan namun meruntuhkannya butuh waktu sekejap," ucap Salma sambil memeluk Diyarga dari belakang.

"Kalian pacaran?!" tanya Dinda,

Rira mengangguk-angguk "Iya mereka pacaran,"

"Lho kok aku juga baru tau?" ucap Satya sambil menengok kearah Calliope yang mengangguk.

"Mereka pacaran sejak klub ini baru di bangun," jelas Jarot

"Dan Kak Diyarga ga ganteng lupa janjinya soal PJ," sahut Rira sambil melipat tangannya.

"Oke lanjut," ucap Calliope.

Mereka kembali saling melempar kalimat, menghubungkannya bagai bait puisi, membuat perumpamaan yang tidak pernah terpikirkan oleh peramu kata.

Entah sudah berapa lama mereka saling sahut-menyahut dan berdiskusi, ketika matahari kembali ke peraduan barulah mereka kembali pulang.

"Neh kan! Aku jadi pengin eskrim!" ucap Rira,

"Yaudah tinggal beli kan? Lagian di dekat sini ada kedai eskrim kan?" kata Calliope,

"Tapi jam segini sudah tutup," sahut Rira lalu menghela nafas.

Mereka berjalan berdua, karena mereka memiliki arah jalan pulang yang sama.

Calliope menghalangi jalan Rira, membuat perempuan itu berhenti melangkah.

"Kak Calliope minggir," ucap Rira

Calliope lalu menunduk sedikit, berbisik di telinga Rira.

"Kau tau? Kau itu seperti eskrim, aku jadi ingin memakanmu."







END





















Catatan pengarang

Rasa terima kasih yang besar kutujukan untuk kakak-kakak penghuni malaikat kematian, kutau ini cerpen receh tapi biarlah aku belajar sampai jari-jariku memar memukul-mukul keyboard.

Ini hanyalah hasil imajinasi yang berawal dari dua kata "Filosofi Eksrim"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top