✦ 𖤘 ::┊Chapter 7 : ❛Sentuhan.❜
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Retakan batas sudah terasa. Mungkin akan memunculkan penolakan. Yah, si gadis harus sabar dan memaklumi itu untuk menghadapi si surai putih yang kekanakan.
꒷꒦꒷‧˚₊‧꒦꒷꒦ ꒷꒦‧˚.⁺꒷꒦꒷‧˚꒦
"Wah ... ckckckck."
Gojo dan [Name] secara bersamaan melihat ke arah asal suara. Netra si gadis melebar saat melihat sang ayah menyandar pada pintu sambil bersedekap dada. Satu alis pria berumur 45 tahun itu naik ke atas. Melayangkan tatapan bertanya juga curiga.
"Ayah-"
"Aku tidak akan merestui kalian, ya." Satu tangannya terangkat menunjuk [Name] dan Gojo secara bergantian.
Si surai putih lantas menjaga jarak dari si gadis. Dia berdiri dan memasukkan kedua tangannya dalam saku. "Pak tua Ryuzaki?" tanyanya.
"Wah~ kau masih tidak ada sopannya, ya~? MENJAUH DARI [NAME] CHAN!!" Suara Ryuzaki meninggi sambil menunjuk ke arah Gojo. Tidak terima putrinya disentuh oleh pria lain.
"Kenapa?" Seringaian jahil Gojo pasang. Hendak main-main sebentar.
"Kau, ya ... [Name] chan itu terlalu lembut untuk dirimu yang sangat kasar. Oh tidak, aku tidak akan membiarkan mu menyentuh putriku lebih dari ini." Suara Ryuzaki berujar khawatir ... yang terdengar sedikit berlebihan.
Gojo menunduk untuk melihat ke arah [Name] yang tertawa canggung. "Kau tidak membiarkan putrimu bebas, ya? Pasti berat tinggal dengan orang posesif seperti mu." Lalu melihat ke arah Ryuzaki yang masih mengomel tidak jelas.
"Aku hanya tidak mau putriku disentuh olehmu!!"
"Benarkah? Oh, oke. Tak masalah."
Gojo hendak melangkah, lewat di depan [Name], tapi tangan gadis itu menyentuhnya, menahannya untuk pergi.
"Aaaa!! Kenapa kau menyentuhnya, [Name] chan!!"
"Kamu sudah mau pergi?" tanya [Name].
"Yah, aku tidak bisa bersantai lama-lama, sih." Senyuman si surai putih pasang. Lalu melepas pegangan tangan [Name] begitu saja. Seolah ... tidak terima disentuh sembarangan.
"Bocah sialan! Awas kau menolak putriku!!"
[Name] sedikit menggigit bibir bawahnya. Mengepalkan tangan yang tadinya ia gunakan untuk menahan lengan Gojo. Dia berdiri, melihat ke arah si pria yang berjalan melewati Ryuzaki tanpa merespon apapun omelan darinya.
Mungkin ... aku sudah keterlaluan mencampuri urusannya ... ya? [Name] menyembunyikan kedua tangan dibalik punggung. Lalu melangkah mendekati sang Ayah yang bergumam tidak jelas.
"Kapan Ayah sampai?" tanyanya sambil tersenyum.
"Baru-baru saja. Dan [Name] chan membuat Ayah melihat sesuatu yang bikin jengkel."
"Hehe~ tadi dia mengantarku pulang, loh~ jadi sekalian dia ada di sini aku mengajaknya masuuk~"
"[Name] chan." Suaranya berubah menjadi sedikit tegas.
" ... Iya?"
"Jangan terlalu mencampuri urusan anak itu. Ayah tahu kau bersimpati padanya, tapi ... semua ada batasan. Jangan sampai kau terluka karena bocah tidak punya akhlak itu. Dia tidak menghargai perasaan seorang gadis."
[Name] mengulum bibir. Diam sebentar. Lalu memasang tampang ngeri.
"Kayak Ayah, ya?" tanyanya sedikit jahil.
"Ayah dan dia itu bedaaa!!"
.
.
"Nah, satu masalah beres~!"
Gojo mengusap kedua telapak tangannya lalu memasukkannya ke dalam kantong baju. Senyuman yang selalu ia pasang sedikit lebih menyeramkan daripada sebelum-sebelumnya.
"Hmm ... mungkin aku mampir beli mochi dulu kali, ya?" Kakinya melangkah keluar dari dalam sebuah bangunan. Tempatnya menjalankan misi untuk menghancurkan salah satu roh kutukan yang meresahkan warga.
Rembulan bersinar terang. Sangat. Hampir menyinari seluruh sudut lingkungan yang sudah cukup tenang ini. Gojo sudah berusaha meminimalisir kerusakan lingkungan akibat lepasnya kekuatan besar miliknya. Dan kondisi sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya.
Gojo tiba-tiba berhenti melangkah. Satu tangannya bergerak menyentuh lengan. Entah ini hanya perasaanya atau sesuatu yang lain. Rasa hangat saat [Name] menyentuh lengannya masih terasa. Sangat. Dan ... tiba-tiba menyesal karena telah menangkis sentuhan lembut gadis itu.
Dia mungkin bukan tipe yang memikirkan perasaan orang lain jika melakukan sesuatu yang buruk dan menyinggung orang lain, tapi ... sekarang sedikit berbeda. Menangkis sentuhan gadis itu tadi sedikit membuatnya ... merasa berat hati. Tampang konyol dia pasang. Keningnya juga mengernyit. Seakan-akan ini adalah sesuatu yang mungkin merepotkan atau memang benar merepotkan.
Sekali lagi ia akan membantah. Jika perasaannya terus berlanjut semakin jauh itu akan membawa masalah. Lagian ... dia bukan tipe yang akan setia dan tahan dengan satu wanita saja. Dia juga sangat sibuk. Tidak punya waktu mengurusi hal-hal seperti itu dan pekerjaannya menyangkut mempertaruhkan nyawa. Di sisi lain, ia sudah tidak mau menerima orang lain lagi. Melewati masa-masa ia kehilangan seseorang yang berharga dan satu-satunya itu sangat berat, bahkan untuk dia yang terkuat sekalipun.
Sayangnya ... tidak ada orang yang benar-benar bisa hidup sendiri. Semua orang pasti membutuhkan seseorang.
.
.
.
꒷꒦꒷‧˚₊‧꒦꒷꒦ ꒷꒦‧˚.⁺꒷꒦꒷‧˚꒦
How? Dan ... gimana dengan sifat ayahnya [Name] menurut kalian?
Jujur ... aku nyaman dengan sifat kayak pak Ryuzaki. Dua OC ku juga dulunya kek gitu. Mm ... mungkin ada yang pernah baca Akashi x reader [The Demon's mate & The billionaire & cerita Werewolf-lupa judulnya] di akun miegoreng6?
Nama OC ku dulu itu Gunawan dan Bobby. Dan sifatnya kayak yah pak Ryuzaki gitu😂
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top