꩜ 𖤘 ::┊Chapter 39 : ❛Pampered.❜
Para pengganggu yang menyusahkan.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
“Siapa yang melepas roh kutukan di rumah Ryuzaki [Name]?”
Gojo menatap para petinggi dengan pandangan agak merendah dari balik kain hitam. Kilat biru tampak muncul dari mata kanan, bersama seringaian yang makin mengerikan. Dengan mudah membuat para orang tua itu merasa ketakutan. Terlihat dari tubuh mereka yang mulai berkeringat.
Si penutup mata sudah menebak ini. Semenjak mengunjungi rumah [Name] sehabis ledakan dan berbincang dengan ayah gadis itu. Ia sudah bisa mengira siapa yang mengundang roh kutukan itu ke rumah [Name] di saat tak ada hal menarik dari tempat tinggal sang gadis untuk menggoda datangnya roh terkutuk. Walaupun, sang surai putih masih belum bisa menebak alasan kenapa para petinggi melakukan ini.
“Apa kalian ingin menyingkirkannya? Kurasa ... tidak ada hal buruk pada gadis itu hingga kalian bergerak untuk melenyapkannya,” kata Gojo. Suara maskulin itu mengalun dengan tenang. Seolah tak merasa terganggu oleh emosi yang perlahan muncul memenuhi kepala. Kedua tangan pun masih aman di dalam saku baju. Meski ... terkepal dengan erat hingga muncul urat-urat mengerikan.
“Kami hanya sedang mengujinya.”
Kekehan rendah Gojo keluarkan. Lantas berkata, “Menguji? Untuk apa? Kalian meremehkannya?”
Si surai putih tidak bisa meremehkan gadisnya sendiri. Walau dalam hal pertarungan [Name] cukup jauh dari yang lain. Namun, teknik kutukan yang gadis itu miliki tentunya bukan hal yang harus dianggap sepele. Tidak banyak yang bisa menggunakan teknik pembalik. Bahkan Gojo— dulunya— harus sekarat terlebih dahulu untuk paham cara menggunakannya. Soal pertarungan? Yah, sang gadis hampir mencekik lehernya. Bahkan untuk beberapa orang yang hebat dalam hal pertarungan pun merasa kesulitan kala berhadapan dengan mugen Gojo. Namun, gadisnya dengan gesit tahu ketika sang surai putih sempat kehilangan fokus dan memanfaatkan waktu itu dengan baik. Meski belum cukup untuk mengalahkannya.
“Gojo Satoru ... siapa gadis itu bagimu?”
Ah ... ini merepotkan .... Gojo agak menyipitkan mata di balik kain hitam, lantas menyunggingkan senyuman miring. “Dia punyaku,” jawabnya.
“Kau tahu bagaimana keadaan sekarang ‘kan? Tidak ada waktu untuk bermain-main dengan wanita. Kau harus—”
“Kau siapa bagiku, huh? Ah, lupakan. Berbincang hal ini tidak akan ada habisnya. Kalian keras kepala banget, sih~”
“Daripada itu ... kalian melakukan ini ... menyerang rumah gadisku ....” Gojo melangkah mendekat. Menghampiri salah satu kaca yang menjulang di hadapan. Ia membungkukkan tubuhnya. Mengangkat sebelah penutup mata menggunakan tangan kiri, mengintimidasi dengan kedua kelopak yang melotot sembari menyeringai lebar. “Apa benar-benar hanya untuk mengujinya?” tanya sang surai putih.
“Kami tidak bohong.”
“Sayangnya aku tidak percaya. Kalian itu hebat memanfaatkan keadaan, tapi yah ... akibat dari rencana kalian ingin melukai dan merusak rumah [Name] ... mungkin aku harus bersyukur? Gadisku sekarang tinggal di rumahku~!”
“Ap—”
“Kaget? Kasihan sekali.”
“Gojo Sa—”
“Dengar, Pak Tua.” Gojo menegakkan tubuh. Senyuman cerah menghilang dari wajahnya yang rupawan. Sebagian penutup matanya pun masih terangkat, menatap rendah para petinggi layaknya sampah.
“Jangan menggangu gadis itu lagi. Kali ini akan kubiarkan karena orang yang melawan roh kutukan itu adalah kakak [Name]. Gadisku baik-baik saja. Bisa kubilang ... rencana kalian gagal?”
“Kau ....”
“Hanya itu yang ingin kusampaikan, sih~!” Kini senyuman kembali ia sunggingkan. Membuat suasana berat kembali mencair dengan cepat. Permainan kondisi yang menyeramkan. Pria ini memang benar-benar sesuatu yang mengerikan.
“Kalau begitu, aku pergi. Sampai jumpa.” Gojo membalikkan tubuh. Tangan kanan terangkat sebentar—melambai— lantas melangkah menjauh.
Meninggalkan para orang tua yang hanya bisa bungkam. Menutup mulut mereka tanpa diberi kesempatan sedikit pun untuk melawan balik perkataan dan hinaan Gojo. Mungkin mereka tahu batasan, tapi rasa takut mengalahkan pemikiran logis mereka sampai nekat.
Sehingga berani menggangu apa yang sudah jadi milik yang terkuat.
“[NAMEE]~!” Gojo menggeser pintu ruang latihan pribadi dengan kasar. Menemukan gadisnya berdiri di dekat jendela—mungkin sedang menatap langit sore hari. Ia melangkah masuk. Kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Kini pakaian telah berganti menjadi serba hitam. Kaos dan jeans.
“Oh? Okaeri. Bagaimana pertemuan kamu dengan pada petinggi, Satoru?” [Name] mengembangkan senyuman. Mendongak ke atas menatap sang pria yang tampak riang, lalu tak lama memasang ekspresi muka yang menurut sang gadis sangat menggemaskan hingga ia tertawa.
“Ayolah, aku baru saja datang dan kau sudah menanyakan itu?” kata Gojo.
“Maaf, maaf.” [Name] menutup mulut. Masih agak terkekeh. Raut wajah lucu yang Gojo pasang menyenggol humornya—atau memang dia yang terlalu mudah untuk dibuat tertawa. “Jadi, bagaimana?” tanyanya lagi setelah mengendalikan diri.
“Tidak ada yang baik-baik saja, sih. Mereka pasti mau marah padaku,” ucap Gojo. Terdengar tidak peduli.
[Name] memiringkan kepala. “Mmm ... kamu menarik emosi mereka?” tanyanya.
“Kau masih bertanya?”
[Name] mengembangkan senyum hingga kedua mata tertutup. “Kita mulai latihannya, ya?” katanya. Menggulung kedua lengan sweater hitam yang ia kenakan sampai siku.
Gojo bungkam, dalam diam menatap [Name] dari arah samping. Memerhatikan wajah manis yang tak pernah meluputkan senyuman. Bahkan saat ia sedih pun ... ukiran lembut nan tulus itu nyaris tak pernah hilang. Orang yang menyembunyikan rasa sakitnya karena tidak mau merepotkan orang lain? Yah, tipe seperti [Name] adalah orang yang jarang mengeluh. Mungkin itu jadi salah satu alasan gadisnya bisa tahan dengan tingkahnya yang kurang akhlak.
“Ne, Satoru! Kita—”
[Name] tersentak. Tubuh mungilnya ditarik ke dalam dekapan hangat. Ia mengejapkan kedua mata. Merasakan embusan napas hangat pada bahu kanannya. [Name] agak menoleh ke samping. Penciuman menangkap aroma maskulin dari leher Gojo. Pelukan kian mengerat pada tubuhnya. Pinggang mungil itu pun diremas pelan oleh telapak tangan besar yang mengerikan.
“Mm ... kenapa?” tanya sang gadis.
“Tidak ada.”
[Name] agak berjingkrak senang. Ukiran manis pada wajah pun makin mengembang. Kedua tangannya bergerak melingkari leher Gojo dengan manja. Menggoyangkan tubuh ke kanan dan kiri dengan riang gembira.
Gojo mengikuti gerakan [Name] seraya mengalunkan kekehan yang terdengar seperti lawakan sembari mengecap sesekali lekukan leher gadisnya. Mencium kulit putih itu seringan kertas tipis. Rona merah yang tampak lucu pun menghiasi wajah. Terlihat begitu bahagia hanya dengan pelukan hangat dari sang gadis. Berhasil membuatnya nyaman dan merasa damai.
“Sudah! Kita latihan, ya!” ajak [Name] melepas pelukan mereka.
“Kau ini semangat banget, ya. Aku belum menikmati tubuh—”
“Ayo, ayoo~”
[Name] menarik lengannya, membuat Gojo menahan kedua kaki di atas lantai hingga si gadis tidak bisa membuatnya bergerak dari tempat. Tubuh Gojo bergerak maju mundur karena tarikan [Name]. Sengaja. Ia penasaran bagaimana gadis ini akan membuatnya bergerak dengan paksa—ataupun memintanya dengan halus.
“Satoru ....” [Name] menghela napas.
“Kenapa? Capek, ya?”
“Apa gunanya kaki kalau tidak digunakan?”
“....” Gojo mengusap tengkuk. Mengeluarkan dehaman panjang seraya memasang raut wajah berpikir, lantas ia tertawa kecil sembari mengangkat satu tangannya. Mengarahkan dua jari ke arah kening [Name], mengetuk, hingga si gadis kehilangan kesadaran dan jatuh ke dalam dekapan hangat miliknya.
“Heee.” Gojo menyunggingkan senyuman miring. Tangan kanan bergerak mengelus punggung mungil yang tampak kuat. Memang kuat. Ia akui itu.
Angin berembus dari arah luar. Menerbangkan tirai jendela yang terbuka dan perlahan masuk menyegarkan tubuh yang sedikit berkeringat. Menambahkan suasana tentram yang nyaman. Dengan tidurnya sang gadis yang bersandar pada dada bidang sang pria.
Yah, selama ini ... mungkin Gojo selalu saja dimanjakan. Diberikan perhatian, dihibur, dan dibuat senang. Ia sadar diri—hal yang jarang terjadi—kali ini ... tak ada salahnya memanjakan gadisnya sendiri ‘kan? [Name] juga tidak pernah meminta, bukan tipe yang merepotkan. Karena itu ... Gojo sendiri yang harus bertindak.
Meski caranya membuat gadis itu pingsan adalah tindakan yang kurang bagus.
“Yang penting dia istirahat~♡”
𖤘 :: NOTE ::
Gak sabar keluarin buku baru, pliss😭😭
Aku juga banyak kena spoiler JJK vol 0 ... rata² adegan Satoru yang Badas dan tampan, sih:333
Love Regards.
Ann White.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top