꩜ 𖤘 ::┊Chapter 36 : ❛Discussion?❜

To the girl.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Gojo mendongak ke atas. Menatap rumah dua tingkat yang bagian sisi kanan bangunannya tampak menghitam disusul asap yang mengepul. Si surai putih mengibas-ibaskan tangan di depan hidung, menghalau bau gas yang mulai masuk dalam jarak penciuman.

“Asapnya.” Energi ini ..., batin Gojo. “Satte ....” Ia mengambil ponsel dalam kantong baju. Menekan nomor ponsel gadisnya. Menunggu sambungan teleponnya diterima. Andai saja tidak diangkat, ia akan masuk ke dalam dan mencari, atau pergi ke rumah pak tua Ryuzaki. Itu adalah pilihan yang ia punya sekarang.

Huh? Gojo segera mendekatkan ponsel ke telinga. Panggilannya diterima. Pendengaran disambut oleh suara [Name] yang mengalun halus memanggil namanya. Si pria menutup mata. Dalam diam bernapas lega. Gadisnya selamat. Tak ada yang perlu ia khawatirkan sekarang.

“Kau ada di rumah ayahmu sekarang ‘kan? Aku akan ke sana.” Gojo memutus sambungan telepon secara sepihak, lantas teleportasi ke rumah ayah [Name].

“He?”

Si surai putih mengusap tengkuk. Netra seindah laut menemukan [Name] berdiri di depan pintu seraya menyandarkan punggung. Entah apa yang gadis itu lakukan di sana, tapi si surai putih akan berpikir kalau dia menunggu kedatangannya. Si pria melangkah mendekat, cukup hati-hati, mungkin ingin mengagetkan sang gadis yang masih belum menyadari kehadirannya.

“Yaa~! [NAMEE]!!”

[Name] tersentak hingga kedua bahu naik ke atas, lantas dengan segera menolehkan kepala ke arah belakang. Mendapati Gojo tersenyum lebar padanya. Ia mengejapkan mata sebentar, lalu tersenyum membalas lengkungan ceria Gojo.

“Baru sampai?” tanya [Name].

“Yaah, aku ke sini teleportasi, sih.”

“Enaknyaa, tapi pasti melelahkan, ya? Ya udah. Ayo, masuk.”

“Di mana ayahmu, [Name]?”

“Dia ada di ruang tamu. Kamu mau ketemu dia?” [Name] membuka pintu, bergeser sedikit dan mempersilahkan Gojo untuk masuk.

“Yaah ... ada hal yang harus aku bicarakan dengannya.”

“Ah, oke.”

“... Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Asal kau tahu, ya, kedatanganmu benar-benar mengganggu.”

“Ini soal rumah [Name].”

Gojo mendudukkan diri di atas sofa tepat di depan Ryuzaki. Layaknya seorang penguasa. Aura arogan mendominasi suasana.

“Aku tahu rumah anakku meledak sebagian karena si Yuu,” jawab Ryuzaki. Tangan kanannya mengangkat cangkir berisi teh. Minum dengan perasaan jengkel kala ingatan kembali pada beberapa waktu lalu—saat Yuu dengan wajah tak bersalah melapor sebagai pelaku meledaknya dapur [Name].

“Aah ... jadi, karena kakaknya [Name], ya?” Gojo menyentuh dagu.

“Anak itu juga yang membunuh roh kutukan di sana.” Ryuzaki meletakkan cangkirnya ke atas meja kaca hingga mengeluarkan bunyi.

“Hee. Ngomong-ngomong soal itu ....” Gojo mengubah posisi duduk. Kedua lengannya menumpu di atas lutut. Ekspresi pun berubah menjadi serius. Menatap Ryuzaki dari balik kain gelap dengan tatapan agak menusuk. “Di rumah [Name] ... apa pernah kedatangan roh kutukan sebelum kejadian ini, Pak Tua?” tanya Gojo.

“... Tidak pernah. Ini yang pertama kali. Kau ... tahu sesuatu?”

“Aku hanya mengira.”

“Ha?”

“Saat ke rumah [Name], aku masih bisa merasakan energi yang tersisa dari roh kutukan. Yah ... tingkat tinggi. Selain itu, di rumah [Name] tidak ada sesuatu yang bisa menarik kedatangan mereka ‘kan?”

“... Kau benar. Tidak ada hal yang menarik perhatian mereka untuk datang ke rumah [Name]-chan.”

“Ini hanya tebakanku, sih~ aku belum sepenuhnya yakin.”

“... Ada seseorang yang melepas kutukan itu di sana?” tebak Ryuzaki. Mengernyitkan kening.

“Mungkin.”

“... Kalau iya ... siapa?” tanyanya. Benar-benar serius. Tentu saja, ini menyangkut nyawa putri tersayangnya. Tidak mungkin dia akan diam saja ‘kan?

“Orang bodoh?”

“Serius, woe.”

“Aku akan mengurusnya. Oh, iya! Ada hal lain juga yang ingin kukatakan~!”

Firasatku tidak enak .... Ryuzaki melemparkan tatapan jengkel. Berat hati. Terlebih saat melihat ekspresi berbunga-bunga yang mengelilingi Gojo.

“Aku ingin mengajak [Name] tinggal di rumahku~!”

“TIDAK BOLEH?!”

“Aku sudah mau membuang waktuku untuk mengatakan itu padamu, Pak Tua. Ayo, izinkan aku membawa [Name] ke rumahku.”

“Kau pikir aku akan membiarkanmu membawa [Name] dengan caramu yang meminta kayak gitu, huh?” Ryuzaki mengangkat kepalan tangannya. Memamerkan tinjunya yang ingin melayang.

Gojo bungkam. Tak lama, raut wajahnya berubah malas. Padahal sekarang, dia mau melupakan kebiasaannya yang tak pernah meminta pendapat orang lain dulu saat melakukan sesuatu hanya untuk meminta izin pada ayah [Name] agar Gojo bisa membawa gadis itu tinggal di rumahnya. Namun, ketidakpekaan pria tua di depannya ini membuatnya kesulitan.

Dia yang tidak pernah meminta dengan cara yang benar-benar sopan atau apa pun itu pasti akan merasa ini sangat menyusahkan, tapi ... si surai putih sudah mau mencoba. Setidaknya, itu hal baik untuknya.

“Lagian yang memutuskan ini [Name] ‘kan?” Gojo melipat kedua tangan di depan dada seraya bersandar.

“Aku akan membuat [Name]-chan menolak permintaanmu.”

“Hiii, itu kejam sekali~” ucap Gojo pura-pura takut.

“Diam kau.”

“Yah, aku sudah minta izin, sih.” Gojo berdiri dari duduknya. “Aku akan menjemput [Name]-ku besok aja~” katanya ceria.

“SIAPA YANG KAU SEBUT [NAME]-MU, HUH??”

Hm? Pandangan Gojo teralihkan ke arah pintu masuk. Menemukan tiga orang berpakaian militer melangkah masuk ke dalam seraya membawa beberapa koper.

“Pak Tua, itu bawahanmu, ya? Apa yang mereka bawa?” tanya Gojo.

Ryuzaki menoleh ke belakang. “Ha? Oh, itu barang-barang [Name]-chan. Yah, kau tahu sendiri ‘kan rumahnya mele—” Shitt!! batinnya langsung memalingkan wajah menghadap Gojo. Mendapati pria itu menyeringai senang.

“[NAMEE]~ AYO TINGGAL DI RUMAHKU~~!”

“JANGAN! TIDAAAK BOLEEEEH!”

.

.

“Hm?”

[Name] menoleh ke arah pintu kala pendengaran menangkap suara berisik dari luar kamar. Ia menebak jika suara itu berasal dari Gojo dan ayahnya. Si gadis menggelengkan kepala. Yah, mereka berinteraksi dengan cara mereka sendiri.

Bunyi ketukan pintu lantas menyapa dan terdengar tidak sabaran. [Name] melangkah ke arah pintu, memutar kenop, dan menariknya ke dalam. Menemukan Gojo berwajah ceria di hadapan.

“Oh? Satoru? Kenapa ribut-ribut di luar?”

“Tidak ada. Hanya suara orang tua yang berisik aja,” jawab Gojo santai.

“Kamu ada perlu?”

“[Name] tinggal di rumahku sekarang!”

“Eh ...?”

“Barang-barangmu sudah kuminta pada mereka untuk dipindahkan ke rumahku.”

“Itu, tapi—”

“Ayooo~!”

Gojo menggenggam tangan mungil [Name]. Menarik gadis itu keluar dari dalam kamar.

“Tunggu! Satoru?!”

“Huh?” Gojo menolehkan kepala. Menaikkan sebelah alisnya ke atas. Memandangi [Name] yang terlihat berusaha melepas genggamannya.

“Kau tidak mau ikut, [Name]?” tanya Gojo.

“Bukaan. Lepas dulu, ya?”

Gojo diam, lantas melonggarkan genggaman hingga si gadis dapat menarik tangannya. Si surai putih memasukkan tangan ke dalam kantong baju. Membungkukkan tubuh untuk mengikis jarak di antara ia dan gadisnya.

“Kau kenapa?” tanyanya. Mata melotot dari balik kain hitam.

“Tenang dulu, ya? Satoru ... ini sudah hampir tengah malam. Kurasa ... lebih baik istirahat dulu untuk sekarang. Kamu juga pasti akan kerja buat besok ‘kan?”

“Hmmm ... iya, sih, tapi kau mau ‘kan tinggal di rumahku?”

“Aku gak masalah, kok, tapi ... ayahku akan keberatan.”

“Tenang saja. Aku sudah minta izin padanya.”

[Name] mengejapkan mata. “Eh? Serius?” tanyanya agak tidak percaya.

“Kau dengar teriakannya tadi ‘kan? Itu teriakan kekalahannya.”

“Um ... untung kamu menang, ya.”

“Kaan~!”

.  *       ˚

·    ⋆

˚ ·        ⋆

·    .  ⋆ ·

.     .         *

·         ⋆

𖤘 :: NOTE ::

Banyak fotonya, Guys. Oh iya, aku mau jelasin dikit. Karakter [Name] di semua bukuku itu semua nyaris/atau gak/ hampir sama semua. Why? Well, aku selalu make Chara Gojo Satoru. So, aku nyesuaiin karakter cewe sama karakter Gojo biar cocok. Satoru yang kekanakan, bar-bar, dan kadang cuek dengan cewe dewasa, kalem, dan ceria.

Itu menurutku pribadi, sih, Guys. Makanya, semua sifat [Name] itu yah mirip semua🤣🤣🤣 tapi ku mau coba buat karakter cewe yang agak sarkas eh bukan, satire, maksudnya ... dia tuh bicaranya tajem tapi tetep senyum, itu bakalan kupake di buku baruku yang bakalan datang setelah buku ini tamat. Chara-nya masih sama🤣🤣

Okeh, sorry curhat

Love Regards.
Ann White.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top