꩜ 𖤘 ::┊Chapter 33 : ❛Bent.❜

Melatih dengan panas?
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

“Hmmm ....” Gojo mengusap tengkuk seraya berdiri di hadapan [Name] yang menatapnya. Gojo perlu menunduk ke bawah untuk membalas tatapan gadis itu.

“Kenapa, Satoru?” tanyanya.

“ ... Ini menyusahkan ...,” gumam Gojo. Mengerutkan kening.

“Menyusahkan?” [Name] sedikit menyerongkan kepala ke samping.

“YA SUDAH!” Gojo menepuk tangannya sekali dengan ceria.

“Aku sudah bilang kemarin akan agak kasar. Jadi, jangan menangis ataupun mengeluh, paham?” kata Gojo. Terdengar cukup tegas. Netra indah yang berlindung dari balik kaca hitam sedikit terlihat saat Gojo melorotkan kacamatanya.

“Oh, okeh. Aku paham, kok.” [Name] menganggukkan kepala. Lantas, mulai bersiap-siap.

... Heee ... kenapa sekarang aku merasa enggan, ya? Gojo mengapit dagu. Mendongak ke atas. Bungkam selama beberapa saat seraya menatap langit-langit, kemudian terkekeh kecil.

“Bodo amat! [Namee]~! Ayo, mul—”

Angin berembus lembut, membuat Gojo melotot bersamaan dengan surainya yang melambai ringan. Huh? Apa ini? batinnya. Tanpa ia sadari, [Name] sudah ada di punggungnya—dengan posisi yang siap-siap akan mencekik lehernya. Entah si surai putih yang kurang fokus hingga menurunkan kewaspadaannya atau ... karena sesuatu yang lain.

“Apa aku akan menang kalau mencekik lehermu, Satoru?” tanya si gadis.

Gojo mengejap, lantas terkekeh pelan. Kedua tangannya bergerak menyentuh tangan [Name], lalu menariknya hingga membanting gadis itu ke bawah. Di atas lantai. Suara rintihan kecil yang terdengar seperti kucing menjalar sampai ke telinga sang pria. Gojo melangkah mendekat. Berjongkok di dekat kepala [Name].

“Aku menang,” ujarnya. Bangga. Tangan kanan terdorong untuk bergerak memainkan surai hitam [Name] menggunakan jari-jarinya.

“Uhh ....” [Name] bangun. Punggungnya masih agak sakit. Gojo benar-benar tidak lembut sama sekali saat membantingnya ke atas lantai dingin yang keras. Yah, si gadis juga tidak berharap mendapatkan perlakuan halus saat latihan seperti ini. Ia lantas memutar tubuh. Menghadap Gojo yang masih berjongkok.

“[Name], bagaimana caramu bergerak tanpa kusadari kayak tadi?” Gojo menopang dagu.

“Ah ... aku melihatmu menurunkan kewaspadaan. Jadi, aku menggunakan kesempatan itu untuk menyerangmu.”

Gerakannya .... Gojo mendudukkan diri. “Pergerakanmu tadi ... cukup terlatih. Orang yang tidak tahu apa-apa akan menyerang asal-asalan, tapi kau bisa memanfaatkan situasi dan tahu teknik mengunci. Dari mana kau mempelajari itu?” tanyanya. Nada suara mengalun dingin. Pandangan mata pun berubah menajam. Benaknya bertanya-tanya, apa gadisnya menyembunyikan sesuatu darinya?

“Aku pernah diajak ke kamp pelatihan oleh ayah dan melihat orang-orang yang berlatih di sana. Yaah ... kemudian aku menirukan latihan mereka sekarang.” [Name] mengedikkan bahu.

“Hanya dengan melihat mereka? Kau teliti juga, ya?”

“Aku tidak tahu harus menghadapimu dengan cara apa saat bertarung. Soalnya ... kamu memintaku langsung menyerang tanpa mengajarkan dasar-dasarnya dulu.”

Gojo memonyongkan bibir. “Aku mau mengajarimu, kok. Cumaaaa aku mau lihat sampai mana dulu kemampuanmu,” ucapnya.

Tawa kecil menyapa telinga. Si pria menatap sang gadis yang tersipu seraya menutup mulut dengan punggung tangan. Menyembunyikan senyumannya yang lebar. Manis. Yang tanpa sadar membuat Gojo melembutkan pandangan mata. Lantas, memajukan wajah.

“Eh? Satoru?”

Gojo mendorong belakang kepala gadisnya. Tanpa aba-aba, menyatukan kedua bibir mereka. Rasa manis menyapu lidah kala menyesap bibir pink alami yang menggoda. Sapuan lembut ia rasakan di tengkuknya. [Name] mengelus belakang leher dan rambutnya dengan lembut. Pertanda, gadisnya juga menikmati ciuman ini.

Tangan Gojo bergerak meraba saat tautan bibir makin membuainya. Tangannya meremas pinggang [Name], lantas mengelus naik turun hingga menyelinap masuk ke dalam sweater yang dikenakan gadisnya. Merasakan halusnya kulit dari perut rata gadis itu. Hingga tanpa sadar mulai berlebihan. Dia mendorong [Name] ke lantai tanpa melepas ciuman, berbaring—dengan dia berada di atas.

Si pria mengakhiri, lalu bergerak ke arah leher yang terekspos begitu saja, sebab bagian kerah sweater gadis ini benar-benar longgar. Memperlihatkan tulang selangka dan leher mulus yang terjaga. Putih layaknya salju. Harum yang sama dengan aroma vanilla. Mengundang Gojo memberikan tanda kepemilikan di sana. Gigit dan menghisap. Meninggalkan bekas merah yang begitu kontras dengan warna kulit gadisnya.

“Gojo-sensei—”

Si pria membulatkan mata, lalu tubuhnya didorong begitu saja oleh [Name]. Dengan terpaksa harus melepas tubuh mungil gadis itu dari sentuhannya, membuat Gojo mengepalkan tangan hingga muncul urat-urat yang mengerikan.

“Kalian kalau mau melakukan 'itu' cari kamar, dong! Jangan di tempat latihan kayak gini!” protes Megumi. Orang yang telah membuka pintu tanpa mengetuk.

[Name] merapikan pakaian yang agak berantakan. Wajahnya memerah menahan malu. Tidak menyangka Megumi akan datang hingga melihat mereka berdua melakukan kegiatan yang cukup panas itu secara langsung. Si gadis harus berhati-hati mulai sekarang, menghentikan Gojo melakukan itu dengan seenaknya saja, karena ia yakin pria ini tidak akan sadar kalau tidak diperingati.

“Megumi-chan gangguin aja, deh,” sahut Gojo. Duduk membelakangi Megumi.

“Kau juga tidak bisa menahan dirimu sendiri, Sensei!”

“Makanya ketuk dulu kalau mau masuk, Megumi~”

[Name] menatap perbebatan kecil antara Gojo dan Megumi. Si surai putih yang masih duduk membelakangi Megumi layaknya bocah yang kehilangan permen dan si remaja pria yang masih mengomelinya dengan wajah tertekan.

“Aku mana tahu kalau kau bersama [Name]-san, sensei!”

“Heee. [Name] itu punyaku, tau. Jadi, dia memang harus selalu bersamaku. Megumi-chan gimana, sih.”

Si gadis tertawa. Melihat ekspresi dan mendengar perkataan mereka berdua yang tidak mau kalah debat cukup menyenggol humornya. Menurutnya, interaksi seperti ini membuatnya terhibur.

“[Name], kau sudah gila, ya?” tanya Gojo, membuat sang gadis menggelengkan kepala.

“Tidak, aku baik-baik saja, kok~” jawabnya masih sedikit terkekeh.

“Terus kenapa ketawa?”

“Kalian imut, ya?” [Name] memiringkan kepala. Melebarkan senyuman hingga kedua mata tertutup.

Gojo bungkam. Menatap ekspresi gadisnya selama beberapa saat dengan mata melotot. Lantas dengan perlahan memalingkan wajah ke arah lain, diikuti rona merah yang berangsur-angsur menjalar memenuhi wajah hingga sampai ke telinga. Lalu tanpa sengaja, mendapati Megumi juga memasang ekspresi yang sama.

“HA?! MEGUMI-CHAN KENAPA MASANG WAJAH KAYAK GITU JUGA?!” protes Gojo. Langsung berdiri.

“BERISIK?!” Megumi menutup pintu dengan kasar. “Dasar! Ini sudah kedua kalinya aku melihat mereka melakukan itu. Ini pasti gara-gara Gojo-sensei tidak tahu tempat!” omelnya. Masih dengan wajah yang memerah. Ia jadi makin tertekan hanya dengan melihat dan menyaksikan tingkah Gojo. Kemudian, ia melangkah pergi dari depan ruang latihan bersama asap-asap yang mengepul dari kepalanya.

“Aah ...? Ini sudah kedua kalinya dia mendapati kita,” gumam [Name]. Melirik Gojo.

“Cih.” Pria itu cemberut.

“Ne, jangan berkelahi dengan muridmu, dong. Megumi ... jadi keliatan tertekan banget.” Si gadis menghampiri. Tangan kanannya terangkat ingin menepuk puncak kepala Gojo.

“Bukannya tadi kau menikmatinya?” Si pria menunduk. Menutup kedua mata kala merasakan elusan lembut. Wajah yang awalnya memasang raut merengut berubah menjadi berbunga-bunga dan hangat.

“Hehe, maaf,” balas [Name]. Menarik tangannya dari rambut halus Gojo. “Jadi, bisa kita lanjut latihannya?”

“Bisa, sih, tapi aku lapar.”

“Mau kumasakkan sesuatu?” tawar [Name].

“YEY!”

.

.

.

.

.

𖤘 :: NOTE ::

Itu ...  aku udah berusaha netralisir kalimat² yang ungkapin secara langsung soal adegan ciuman dan beri kissmark. Yah ... semoga berhasil, sih, soalnya kan gak ada warning dan ... romance tanpa kissed rasanya ada yang kurang😭

HAY AKU KEMBALI~ COBA HITUNG BERAPA HARI AKU GAK UPDATE??

GUYS, GUYS, CERITA INI BAGUSNYA SAMPE CHAPTER BERAPA? UDAH CHAPTER 33 INI😭

Love Regards.
Ann White.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top