✦ 𖤘 ::┊Chapter 2 : ❛Tragedi.❜

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈  

Kehilangan seseorang yang penting itu menyakitkan.

꒷꒦꒷‧˚₊‧꒦꒷꒦ ꒷꒦‧˚.⁺꒷꒦꒷‧˚꒦

[Name] menyusul Gojo. Berusaha mengikuti langkah lebar si surai putih yang mempunyai kaki panjang, berbeda dengannya yang hanya bisa melangkah kecil. Meski sudah berusaha menyesuaikan jalan Gojo. Ia tetap tertinggal beberapa jarak.

“Jadi kita mau kemana??” tanya Gojo padanya. Nada ceria terdengar dari suara pria itu..

“Apa yang kamu suka?” [Name] tetap fokus menyamai langkah Gojo.

“Huh?”

“Ah, itu, maksudku biar kamu nyaman di sini. Karena kurasa ... Ayah dan Yaga-san mungkin akan sedikit lama di dalam sana. Kalau mengajak mu ke tempat yang kusuka, mungkin saja kamu bisa bosan 'kan? Jadi, makanya aku bertanya.” Dia menjelaskan itu tanpa menghilangkan senyuman. Dengan mata yang tetap fokus mengejar langkah Gojo.

“Ohhh, ya sudah, di sini ada tempat buat makan makanan manis, gakk??” Gojo tiba-tiba menghentikan langkah kaki. Disusul [Name] yang dibuat berhenti mendadak.

Si gadis mengejapkan mata seraya menatap Gojo dengan pandangan tak percaya. Si surai putih tampak menaikkan satu alisnya, tersenyum menawan.

“Aku tahu wajahku tampan.”

“... Aku tidak percaya kamu suka makanan manis .... Ternyata ada yang cocok, ya!”

“... Apa maksudmu?”

“Ah, tidak ada! Ayo!!”

[Name] menggenggam ujung lengan baju Gojo. Menariknya ke arah di mana mereka bisa menikmati makanan manis. Si gadis mengajaknya ke sebuah taman rumah kaca yang isinya berbagai macam bunga yang sudah ditata dengan rapi sehingga menjadi tempat yang indah. Mereka berdua duduk tepat di dekat dinding kaca. Dua kursi dan satu meja telah disiapkan. Itu adalah tempat yang biasanya [Name] datangi jika ingin memakan kudapan sembari menikmati pemandangan alam.

“Kau ini gadis kaya, ya?” Gojo menopang dagunya. Pandangan matanya terlihat bosan. Tidak begitu tertarik, tapi tetap bertanya pada [Name].

“Yah ... seperti yang kau lihat ... hehe.” [Name] tersenyum agak canggung. Dipanggil seperti itu cukup membuatnya tidak nyaman, meski kenyataannya dia memang gadis kaya.

Mata sang gadis mendapati Gojo yang menekan garpu ke cake dengan buah strawberry di bagian atas. Menyuapnya ke dalam mulut dan terlihat menikmati sensasi manis yang benar-benar memanjakan lidah.

“Hahaha~ manisnyaa~!” Semburat merah berbentuk oval menghiasi pipi Gojo.

“Kamu suka banget dengan makanan manis, ya?” [Name] dengan tenang memotong satu jenis kue yang sama. Memakannya dan merasakan sensasi manis yang membuatnya juga tersenyum senang.

“Manisnya pas banget!” Girang sang gadis.

“Ini makanan favoritku, sih~!”

“Eh? Benarkah?”

“Iyaa!!”

“Kamu keliatan senang, ya~” Senyuman lebar ia pasang hingga kedua mata tertutup. Menyembunyikan netra hitam keabuan miliknya.

Si surai putih tampak memandanginya dengan tatapan seolah menilainya. Dan si gadis berpura-pura untuk tidak menyadari itu meski ia juga penasaran. Kemudian, suara bisik-bisik terdengar dari luar rumah kaca mengalihkan pandangan [Name] disusul ekspresi kaget saat melihat para pelayan yang masih gadis berkerumun disatu tempat, memerhatikan Gojo seraya menahan pekikan. Mungkin setelah sekian lama bekerja di rumah ini. Mereka jadi lupa bagaimana rasanya bebas hingga mengagumi sosok ideal seraya berangan-angan memiliki kekasih yang nyaris sempurna. Seperti kebanyakan anak gadis lakukan di masa sekarang.

“Gojo-san, Gojo-san.” [Name] memanggil dengan berbisik, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah luar.

“Huh?” Gojo menoleh bersamaan dengan semakin kerasnya jeritan dari para gadis.

“Kurasa ... mereka memperhatikanmu.”

Si surai putih dengan sengaja melepas kacamatanya. Tersenyum menawan layaknya playboy sh*t hingga suara jeritan para gadis semakin mengeras. [Name] terkekeh agak sedikit canggung melihat itu. Ia berpendapat, Gojo benar-benar terkenal dikalangan gadis-gadis. Benaknya kemudian terpikirkan sesuatu. Ah, mungkin Gojo bukan tipe yang setia dalam percintaan? Melihat ekspresinya yang lebih suka diagung-agungkan oleh banyak orang?

“Yah~! Ini tempat yang menarik, ya!!”

Kurasa ... aku benar, batin [Name]. Tangannya lalu bergerak mengaduk minuman dingin dengan es krim di bagian atas.

“Kau juga suka manis??” Gojo melayangkan pertanyaan setelah mata melihat ke arah sang gadis yang juga begitu menikmati makanan enak ini.

“Banget~”

“Heee ....”

Suara nada dering ponsel mengalihkan perhatian. Gojo merogoh sakunya, melihat nama penelpon yang tertera pada layar. Keningnya mengernyit sesaat, kemudian tergantikan raut ceria saat mata menatap ke arah sang gadis. Dia mengangkat telepon dengan raut wajah yang sedikit terganggu. Kening mengernyit saat mendengar suara Yaga-sensei.

“Sensei? Ada apa?” tanyanya agak sedikit kasar.

Beberapa saat kemudian. Gojo melotot. Disusul bibir yang bergerak, pupil mata bergetar dengan keringan dingin yang perlahan muncul bersama raut wajah yang tak percaya. [Name] mengejab melihat pemandangan itu. Dan dalam beberapa saat si surai putih hanya diam membeku. Mungkin sedang menenangkan dirinya. Kemudian, ia mengganti ekspresi dengan cepat kala diri menatap ke arah [Name].

“Ah, telepon ini mengganggu banget ....[Name], aku pergi dulu, ya. Dadaaahh~!!” Dia bangkit dari duduknya. Dalam sekejap mata menghilang dari pandangan si gadis yang kini mengejabkan mata. Cukup terkejut.

“Ada ... apa?”

[Name] bisa dengan jelas menangkap perubahan raut wajah Gojo. Mungkin ... begitu takut. Dan digantikan dengan senyuman palsu. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan dalam sambungan telepon mereka, tapi yang jelas itu sesuatu yang bisa dan berhasil membuat Gojo memasang ekspresi yang begitu gelisah.

.

.

“Satu orang murid Jujutsu berkhianat.”

“... Eh?” Si gadis mengedipkan mata beberapa kali. Begitu kaget dengan perkataan sang ayah yang kini menghadap jendela besar–membelakangi [Name].

“Dan ... anak yang berkhianat bernama Geto Suguru. Teman baik si bocah Gojo.”

[Name] melebarkan mata. Kini tahu alasan Gojo memasang ekspresi yang terlihat sangat ketakutan seperti tadi. Hampir depresi. Si gadis menunduk ke bawah. Berpikir dalam benak. Kehilangan sahabat baik adalah yang terburuk. Salah satu orang berharga dalam hidup. Mungkin ... beberapa orang di luar sana memilih kehilangan pacar dibandingkan sahabat mereka. Apalagi jika sudah lama bersama dan melewati berbagai hal bersama. Pahit manisnya dunia.

[Name] mengerti itu. Bukan karena pemikirannya yang bisa menebak dan memaksa untuk mengerti karena simpati. Tidak. Dia pernah merasakan ini sekali dalam hidupnya. Berbeda kasus dengan Gojo.

Si gadis dan kakak laki-laki adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki ayahnya sekarang.

“Begitu ... ya?” Wajah Gojo-san tadi ... benar-benar ketakutan ..., batinnya. Sekarang ini tengah mengkhawatirkan si remaja surai putih yang mungkin sedang kalut dan masih tak percaya. Depresi.

“Satoru.”

Waktu begitu cepat berlalu. Sudah berapa lama sejak kepergian teman berharganya setelah mereka pisah di tengah-tengah ramainya orang berlalu lalang? Meski begitu, Gojo tetap tidak tahu alasan kenapa dia–temannya–melakukan pengkhianatan. Setahu Gojo, dia adalah orang baik yang jauh lebih baik darinya, tapi baik dan jahat mungkin tidak ada bedanya di mata Gojo sekarang.

Orang baik menjadi jahat. Begitu juga sebaliknya.

“Apa?”

“... Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi ... [Name] mengkhawatirkanmu. Aku dengar dari Ryuzaki san.” Yaga-sensei berdiri di sampingnya.

“Kenapa gadis yang baru saja kenal denganku malah mengkhawatirkanku? Orang-orang yang sudah lama kenal denganku saja tidak ada yang kayak gitu.”

“Kau benar. Aku juga bingung padanya, tapi kurasa ... meski berat melakukannya sekarang, setidaknya temui dia.”

“... Akan kupikirkan.”

Dari balik dinding bangunan yang cukup dekat dengan tempat Gojo duduk dan meratapi kepergian sang teman. Ada [Name] di sana. Mendengar pembicaraan mereka. Memang tidak sopan, tapi dia tidak bisa menunjukkan diri saat setelah ia menyaksikan ekspresi Gojo yang benar-benar sangat tertekan. Mempertahankan kewarasannya sendiri. Bersama perasaan takut yang mendalam. [Name] bisa tahu. Itu semua tercetak jelas pada wajah Gojo sekarang.

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ┈┈┈  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top