✦ 𖤘 ::┊Chapter 10 : ❛Hancurnya Batas.❜
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Dinding yang awalnya hanya sedikit retak, kini telah hancur hanya karena menginginkan sebuah kehangatan.
꒷꒦꒷‧˚₊‧꒦꒷꒦ ꒷꒦‧˚.⁺꒷꒦꒷‧˚꒦
“... Gojo ... -san?”
[Name] mengejabkan mata. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi sekarang. Pelukan si surai putih kian mengerat. Seakan benar-benar membungkus tubuh mungil miliknya hanya dengan kedua lengan saja.
Kepala putih itu bertengger di atas pundak kanan [Name] yang tidak bergerak sejak tadi. Penciuman si pria dapat menangkap aroma harum dari kulit putih yang kini sedikit basah karena air hujan.
Ia tahu pelukannya tidak akan bisa dibalas saat mugen ada di antara mereka. [Name] tidak bisa–mungkin memberikan elusan–pada dirinya jika kekuatan itu tetap aktif. Hal itu membuat si gadis hanya pasrah dipeluk seperti ini tanpa memberontak ataupun menerima. Tidak ada pilihan lain, jika tidak ingin pulang dengan keadaan basah kuyup, kekuatan Gojo tetap harus aktif.
Meski begitu, walau di tengah hujan di depan pemakaman sang teman yang bisa membawakan rasa sakit pada si surai putih. Kehangatan memenuhi dirinya sendiri di saat yang bersamaan setelah mendekap tubuh mungil milik si gadis. Entahlah, itu perasaan yang mungkin pertama kali ia rasakan setelah bertahun-tahun hidup dalam lubang gelap bernama kesepian. Tidak menerima orang lain lagi. Tidak mau tersakiti lagi.
Mungkin sangat bagus jika ada dunia di mana rasa sakit itu tidak ada. Semua orang pasti akan menjalani hidup tanpa beban berat. Namun, jika dunia seperti itu memang nyata, tidak akan ada manusia di dunia yang berkembang dan berubah.
“Gojo-san, kamu gak tidur ‘kan?” tanya [Name]. Sedikit khawatir.
“Aku tidak mungkin tidur dalam posisi seperti ini ‘kan?”
Gojo berubah setelah kehilangan temannya, setelah ia merasakan rasa sakit. Meski tidak sepenuhnya benar-benar berubah karena kebiasaan buruk yang sulit hilang.
“Kau tidak nyaman kupeluk seperti ini?” Si surai putih memasang senyuman miring.
“Aku hanya ... kaget. Maksudku, aku tidak menyangka kamu bakalan memelukku seperti sekarang.”
“Yah, aku juga tidak tahu kenapa memelukmu, sih.”
Rasa nyaman memenuhi diri. Si surai putih tidak pernah mendapatkan hal seperti ini dari siapapun bahkan dari keluarganya yang suram. Mereka semua adalah orang-orang tradisional yang terlalu kaku juga dingin. Tidak ada kehangatan pada mereka yang mungkin menjadi salah satu penyebab Gojo juga bersifat keras dan kasar yang anehnya bisa tersenyum cerah. Orang-orang berubah karena lingkungan.
Gojo bungkam. Pandangan mata melirik ke arah wajah [Name] yang terlihat merona. Tentu saja, si gadis adalah orang normal yang saat diperlakukan seperti ini oleh lawan jenis akan sedikit malu, beda dengannya yang santai-santai saja.
Tangan kekar sedikit bergerak melonggarkan pelukan, disusul perasaan sedikit ragu yang datang tiba-tiba. Kemudian benar-benar melepaskan pelukan kala sisi tak acuhnya mengambil alih. [Name] langsung mundur satu langkah ke belakang saat Gojo kembali menegakkan tubuhnya.
[Name] mengulum bibir, kemudian menggigit bibir bagian bawah, lantas mendongak ke atas. Ia bertanya, “Bagaimana perasaan kamu sekarang?”
Gojo bungkam. Sedikit terkejut. Satu alisnya naik ke atas dengan wajah cemberut. Apa gadis ini menyadari jika sejak tadi dia larut dalam kesedihan?
“Yah, tidak mungkin ‘kan kamu datang ke pemakaman sahabat baik kamu dengan perasaan senang? Larut dalam kesedihan dan kenangan masa lalu itu wajar untuk mereka yang benar-benar menghargai setidaknya satu orang yang penting bagi hidup mereka ‘kan?” ucap [Name]. Senyuman terbentuk pada wajahnya.
Dia membungkuk mengambil payung yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri, kembali berlindung di bawahnya agar tidak lagi dijatuhi air hujan.
“Kurasa ... kamu keliatan lebih segar dari sebelumnya sekarang. Perasaanmu juga harus kuat kayak kekuatan kamu yang besar, dong! Jangan sampai kehilangan fokus lagi, ya! Dadahh!!” Tangan kurusnya terangkat melambai di udara. Kemudian membalikkan tubuh dan sedikit berlari kecil menjauh dari Gojo yang sejak tadi bungkam.
Ketika tubuh mungil sang gadis hilang dari radar. Kekehan rendah Gojo keluarkan, disusul tawa yang sedikit keras seakan habis melihat sesuatu yang benar-benar lucu hingga berhasil menyentuh humornya.
“Kalau kayak gini ... batasnya hancur, dong. Iya ‘kan, Suguru?” Gojo melirik ke arah makam temannya seraya menyunggingkan sebuah senyuman yang terlihat lebih tulus dari biasanya.
Batas di antara mereka telah hancur, tapi ... apa memang telah benar-benar hancur?
.
.
.
.
꒷꒦꒷‧˚₊‧꒦꒷꒦ ꒷꒦‧˚.⁺꒷꒦꒷‧˚꒦
It's so cold outside~♪
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top