ꗃ 𖤘 ::┊Chapter 20 : ❛Love?❜

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈

Dia masih ragu. Apa ia jatuh cinta atau hanya bersimpati saja.

· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

[Name] menyusun buku di Perpustakaan. Sekarang adalah bagiannya untuk menjaga tempat luas penuh buku ini. Membersihkan rak-rak dan menyusun benda-benda di sana. Lalu, mengecek daftar pengembalian buku paket pinjaman anak-anak murid. Itu dia lakukan sendirian. Tak apa. Dia terbiasa. Lagipula, suasana tenang seperti ini sangat cocok untuk beristirahat dan membaca beberapa novel.

“Oh, iya. Bagaimana kabar Gojo-san sekarang?” tanya [Name] pada dirinya sendiri. Ia mendongak ke atas. Menatap langit-langit ruangan ini. Tingkah Gojo yang pergi tiba-tiba seperti kemarin membuatnya bingung dan kaget. Dalam angan ia bertanya, apa yang si surai putih pikirkan?

[Name] tertawa kecil. Rona tipis memenuhi kedua pipinya. “Entah kenapa. Dia terlihat lucu bagiku,” ujarnya. Kemudian, menggeleng-gelengkan kepala.

Beberapa kejadian terlintas dalam benak. Saat-saat di mana Gojo menikmati makanan buatannya hingga tersenyum manis menikmati masakannya. [Name] sangat senang dengan itu. Melihatnya tersenyum lebar sehingga lembut. Ia puas bisa membuat Gojo memasang ekspresi seperti itu. Debaran jantung kembali berpacu. [Name] menyentuh dada dengan tangan kanan. Perasaannya membuncah. Senang dan bahagia. Melihat seorang pria dengan kelebihan dan segala hal luar biasa yang dia punya merasakan apa yang [Name] miliki. Kehangatannya.

“Eh? Sensei?”

Si gadis terperanjat. Lantas menolehkan kepala ke arah Kuro yang menatapnya. [Name] tersenyum ramah. “Hai, Kuro-kun! Mau pinjam buku atau belajar di sini?” tanyanya. Netranya memerhatikan Kuro yang menarik kursi hingga duduk.

“Ah, dua-duanya, Sensei. Dan juga aku sendirian.”

“Wah? Yang lain ke mana?”

“Nanti mereka menyusul. Lagi ada urusan. Jadi, sambil menunggu mereka kurasa ngobrol sama Sensei itu keputusan yang bagus ‘kan?” Kuro terlihat menopang dagu.

[Name] tertawa kecil. “Kurasa perkataan teman-temanmu yang bilang kamu itu playboy memang benar, ya?” tanyanya bercanda.

“Haha! Iya, dong! Oh, iya. Ngomong-ngomong ... Sensei terlihat lebih ceria dari sebelumnya, ya?” Kuro bersedekap dada. Menyandarkan diri pada sandaran kursi.

“Iya! Sensei memang lagi senang banget!” [Name] tersenyum lebar.

“Karena seorang pria ‘kah?”

“Eh ...?” [Name] mengejab. Ia memiringkan kepalanya ke samping. Kemudian, saat ia sadar. Kedua pipi lantas agak bersemu tipis. “Yah ... Sensei memang lagi mikirin seseorang, sih,” jawabnya. Ia cukup bingung Kuro bisa menyadari itu.

“Ah, mungkin Sensei lagi jatuh cinta?”

“Hm?”

“Ini cukup tidak sopan, sih, Sensei, tapi aku mendengar ucapanmu saat sendirian di dalam sini.”

[Name] mendengarkan dalam diam. Menatap Kuro yang kini menopang dagunya. Si gadis mendapati anak muridnya itu tersenyum miring. Ia tahu, Kuro suka memprovokasi. Mungkin itu yang akan si remaja lakukan padanya sekarang.

“Sensei tersenyum dan tertawa karena hal-hal kecil dan sering tersipu. Ah, pasti itu karena cinta? Para gadis selalu seperti itu saat mereka dalam masa jatuh hati ‘kan?”

[Name] bungkam. Ia masih tetap menatap Kuro yang melayangkan tatapan menggoda padanya. Si gadis tersenyum. Ia tahu anak muridnya ini benar-benar mau memprovokasinya. Menariknya untuk membicarakan apa yang ia pikirkan sekarang. Namun, tak apa. [Name] akan lakukan. Dia juga membutuhkan seseorang untuk mendengarkan perkataannya.

“Kamu ingin tahu apa isi pikiranku?” [Name] menahan tawa saat melihat ekspresi Kuro. Terkejut. Mungkin tak menyangka dia akan menyetujui ucapannya. [Name] melanjutkan, “Dia pria yang manis dan humoris ... walau sifatnya buruk, tapi itu yang menyenangkan darinya. Dia bukan orang yang suka diatur. Kadang cuek, dingin dan sangat kasar. Orang lain mungkin berpikir itu buruk sekali apalagi kalau dia bertingkah seperti itu pada wanita. Namun, aku tetap menyukainya. Keburukannya, kelebihannya dan kelemahannya.” [Name] tersenyum. Pandangan mata tampak makin melembut dan berbinar. Disusul semburat merah tipis yang masih menghiasi wajah.

Si gadis kembali menatap muridnya. Kuro memasang tampang kaget yang terlihat berlebihan dan [Name] jadi tertawa karena itu.

“Sensei benar-benar lagi jatuh cinta, ya?”

Sang gadis tertawa. Ia menutup mulut dengan punggung tangan seraya menggelengkan kepala. “Aku pun masih ragu, loh. Apa yang kurasakan ini cinta ... atau hanya simpati, tapi itu yang kupikirkan dan kurasakan sekarang,” ucapnya. Melebarkan senyuman.

“Menurutku ... daripada simpati. Sensei lebih ke arah mencintai. Kalau tidak. Sensei tidak mungkin tersenyum ceria dan tersipu seperti ini. Maksudku, senyuman istimewa.” Kuro tersenyum miring. “Jadi? Siapa pria itu Sensei?”

[Name] bungkam. Mencerna perkataan Kuro. Seperti yang dikatakan sebelumnya. Ia tak tahu perasaannya ini hanya sebatas simpati atau malah mencintai. Ia selalu tersipu dan merasa senang saat bersama Gojo. Berharap pria itu tidak pergi sangat cepat sebab ia ingin menghabiskan waktu bersamanya lebih lama lagi. Jantungnya selalu berdetak kencang saat bersama si surai putih. Dan sangat senang saat melihat sang pria tersenyum lebar karenanya. Apa itu merupakan simpati ... atau cinta? 

“Ada, deh,” jawab [Name].

“Heee. Ini mengecewakan.”

“Kamu fokus belajar dulu, sana~!”

“Yah, Sensei ternyata cukup misterius, ya?”

“Tapi ....” [Name] menoleh ke arah jendela. Sinar matahari menembus masuk melewati kaca. Cukup menyinari wajahnya yang putih layaknya salju. Bersinar. Namun, pandangan mata berubah sendu. “Aku belum melihatnya hari ini,” ucapnya. Sedikit kecewa. [Name] ingin menemuinya, tapi ia takut mengganggunya. Bisa saja sekarang si surai putih menjalankan misi ataupun mengajar. Orang yang paling sibuk setahu [Name].

Kuharap dia mengunjungiku nanti, batin sang gadis. Ia lantas menoleh ke arah Kuro. “Kamu belajar yang baik-baik, ya, Kuro-kun.”

“... Wanita seperti Sensei ada lagi gak, ya, di dunia?”

· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

“Tidak ada lagi yang harus kulakukan. Baiklah! Ayo, pulaang!!”

[Name] melangkah. Tenang. Kedua tangannya masuk ke dalam saku cardigan. Padahal cuaca lagi panas, tapi ia malah memakai cardigan yang cukup tebal. Itu karena baju yang dia kenakan sekarang berlengan pendek. Si gadis tidak terbiasa memakai pakaian yang lengannya tak panjang. Dia merasa aneh saat lengannya terekspos begitu saja.

“Sudah sore ... dan aku belum bertemu Gojo-san,” gumamnya. Lirih. Ia lantas mendongak ke atas. Menatap langit jingga yang memanjakan mata. Angin berembus. Menerbangkan beberapa helai rambutnya. Suasana tenang terasa. Dengan suara daun yang bergesekan karena terpaan angin lembut. Si gadis menutup mata menikmati itu.

Apa ia jatuh cinta pada Gojo?

[Name] membuka mata. Ia pun ragu. Di sisi lain ia juga takut. Mencintai seorang penyihir adalah keputusan yang buruk. Keadaan mereka itu sulit. Tekanan selalu para penyihir rasakan bahkan. Menjalankan misi sampai malam. Mempertaruhkan nyawa mereka. Mungkin orang-orang itu hanya berpikir tentang masa sekarang daripada masa depan sebab tak tahu sampai kapan mereka akan tetap hidup di dunia.

[Name] takut menganggu itu. Perasaannya hanya akan membebankan si surai putih jika ini memang cinta. Bukan karena simpati.

“Kalaupun aku mencintainya ... kurasa perasaanku hanya akan kupendam saja ...,” ucap sang gadis.

“[Name]?”

Si gadis terperanjat. Terkejut. Lantas menolehkan kepala ke arah belakang. Ia mengejabkan mata. Kemudian, mengernyitkan alis.

“Seto ...?”

· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

Mau ending apwa?
Eh, masih lama, sih😂

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈ 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top