ꗃ 𖤘 ::┊Chapter 16 : ❛Finally He Know.❜
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Hanya satu orang yang tahu tentang si gadis.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
“....”
“Yaa! Paman tua Ryuzaki!!”
“... Siapa, ya?”
“Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Aku masuk, yaa~!”
“HA?!”
Gojo melangkah masuk ke dalam rumah melewati Ryuzaki yang sedang mengomel di bingkai pintu. Meski begitu, dia tidak melarang si surai putih untuk datang bertamu. Helaan nafas Ryuzaki keluarkan, lantas bertanya pada si surai putih, “Kau ingin apa sampai datang ke sini, bocah Gojo?”
“Hm~? Ah, ini soal [Name].”
“KAU APAKAN PUTRI KESAYANGANKU??? KAU TIDAK MENYENTUHNYA 'KAN?!”
“Sejak kapan dia kehilangan ibunya?”
Raut wajah Gojo berubah serius. Sesuatu yang sangat jarang ia lakukan bahkan dalam keadaan genting. Pertanyaan yang ia lontarkan untuk Ryuzaki pun rasanya tidak akan pernah ia tanyakan pada orang lain mengingat sifatnya yang cuek. Si surai putih mendudukkan diri di atas sofa, kedua kaki naik ke atas meja seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran. Tidak peduli dengan tata krama atau apapun itu. Ini kebiasaan yang sulit untuk diubah.
Pandangan mata Ryuzaki tampak menajam. Kemudian ia kembali membuang napas. Lantas duduk di depan Gojo sambil berusaha untuk tidak terganggu dengan tingkah tak sopan anak ini.
“Umurnya sepuluh tahun waktu itu ... dan saat itu kau berumur empat belas tahun. Yah ... aku masih sering datang ke rumahmu dulu.”
“Huh? [Name] ... umurnya 24 tahun?”
“Putriku memang masih sangat muda, bocah.”
“Kukira dia seumuran denganku.”
“Apa dia keliatan tua bagimu?”
“Tidak, sih, tapi aku awet muda, loh.” Senyuman menghiasi wajah sang surai putih.
Ryuzaki memutar kedua bola matanya sinis. Karena pembicaraan umur ini, cerita masa kecil putrinya jadi terganggu. Lagi-lagi ia membuang napasnya, lantas melanjutkan, “Kehilangan membuat seseorang berubah. Kurasa kau sudah tahu itu dan pernah mengalaminya sendiri walau hanya berubah sedikit.”
Gojo mengerucutkan bibirnya seraya mendecih. Pandangan mata melihat ke arah lain dengan wajah yang berubah mengejek.
“Itu juga terjadi pada [Name].”
Huh? Netra indah melebar dari balik kain penutup mata. Kini, wajah berubah serius.
Tangan Ryuzaki terangkat menyentuh wajah yang tampak sedikit tertekan. Lalu berkata, “Dia ... dulu anak yang aktif. Benar-benar penuh semangat, tapi setelah ibunya pergi. Anak itu jadi cukup tertutup dan menyembunyikan perasaannya. Dia juga jadi berubah agak canggung dan kehilangan semangatnya.”
Ryuzaki jelas merasakan perubahan itu dari putrinya. Tidak mungkin dia tidak merasakannya kala dia adalah orang yang sering menemani sang gadis bermain diwaktu senggang. Kebosanan yang kadang datang melandanya dulu bisa hilang setelah [Name] kecil dengan penuh semangat mengajaknya bermain atau jalan-jalan keluar. Bersama ibu sang gadis. Istrinya. Namun, semuanya berubah setelah wanita yang berhasil membuatnya merasakan kehangatan meniggalkan dunia. Selamanya. Pergi setelah memberikan sebuah senyuman tulus kala berada diambang kematian. Memintanya untuk tetap hidup meski kini dia sendirian, menjaga anak-anak mereka yang tersayang.
Netra Ryuzaki melebar. Bibir tampak bergetar. Ia berusaha menjaga ketenangannya sebelum pria di depannya ini melayangkan sebuah penghinaan. “Pokoknya ... aku harap ada seseorang yang bisa membuat putriku kembali menjadi dirinya yang dulu. Siapapun itu. Tak apa,” ucapnya.
“Kalau aku gimana?”
“Pengecualian buatmu, bocah.”
“Heeee.” Nadanya terdengar cukup malas. Gojo menurunkan kedua kakinya. Kini agak terbuka layaknya duduk seorang penguasa.
Gojo diam selama beberapa saat. Dengan sebuah senyuman miring yang selalu ia sunggingkan. Kemudian berucap, “Aku senang jadi orang yang paling mencolok dan diperlakukan khusus, tapi ... kau benar-benar ingin membuatku sebagai pengecualian? Itu tidak adil, loh, pak tua~!”
Tatapan Ryuzaki menajam. Alisnya mengeryit keras. “Kau ini ... tidak—” Netranya tetiba melebar ketika satu bayangan melintasi benak.
“Belum, sih. Kurasa,” ejek si surai putih.
“Menjauh dari putriku.”
“Serem.”
“Aku tidak akan merestuimu sebelum kau tobat dari dunia per-playboy-anmu!!!” Tangan Ryuzaki terangkat menunjuk-nunjuk Gojo.
“Kau ini merepotkan banget, deh, pak tua.”
“Hiiiihhh!!! Sekali saja boleh kupukul wajah songongmu itu?? Orang-orang harus dihajar biar sadar!!” Ryuzaki menggertakkan gigi. Kedua tangannya saling mengepal dengan gemas.
“Ah! Aku harus pergi. Mau ngunjungi [Name]! Dadah~!”
“KEMBALI KEMARI!!!”
“Heheheeheheheh.” Gojo menepuk tangan sekali. Dalam hitungan detik, ia sampai di depan rumah sang gadis yang tampak sepi.
“AAAAAA! AKU TIDAK MAU PUTRIKU MENIKAH DENGAN PLAYBOY KELAS KAKAP!!” teriak Ryuzaki frustrasi.
Jelas dia tidak mau. Dia hanya ingin [Name] bahagia dan hidup dengan damai. Walau dia tidak rela putrinya menikah ataupun menjalin hubungan dengan pria sembarangan. Namun, jika saja gadis itu jatuh pada Gojo, Ryuzaki khawatir tidak akan ada kehidupan damai dan tenang untuk mereka berdua. Kehidupan si surai putih itu keras. Ryuzaki ingat bagaimana ketatnya Gojo dilatih oleh keluarganya sendiri saat ia masih sering mengunjungi rumah anak itu. Juga, ia sama brengseknya dengan Gojo. Playboy shit, tetapi itu berubah setelah dia bertemu dengan istrinya dulu saat SMA. Dengan perlahan berubah sebab pembawaan wanitanya yang positif.
“Tunggu. Gojo juga bisa berubah 'kan?”
Ryuzaki mengapit dagu. Wajahnya tampak berpikir keras. Dia tahu Gojo juga bisa berubah. Namun, masalahnya. Apa dia mau melakukannya? Hanya untuk [Name]?
.
.
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
Double up:3 aku pengen rajin banget kayak dulu pas update😭 cuma lagi butuh ide dan referensi lagi😔
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top