ꗃ 𖤘 ::┊Chapter 14 : ❛Almost.❜

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈ 

Debaran jantung yang begitu mengganggu.

· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

“Selesai~”

[Name] meletakkan mangkuk sup ke atas meja seraya tersenyum lebar. Kedua telapak tangan saling mengusap. Akhirnya ia selesai memasak setelah menghabiskan cukup banyak waktu untuk menyiapkan makan malam. [Name] melihat ke arah jam dinding. Sudah waktunya.

“Mmm ... apa tidak masalah mengganggu Gojo-san? Dia masih tidur ‘kan?”

“WOAH!!”

Si gadis tersentak. Lantas menolehkan kepala ke arah belakang. Namun, sang pemilik suara berisik tengah memajukan wajahnya ke depan hingga tubuh saling berhimpitan. [Name] menatap wajah Gojo yang cukup dekat. Hanya selisih beberapa senti saja. Mengundang semburat merah yang perlahan menghiasi wajah. Disusul debaran jantung yang begitu mengganggunya.

“Hm? [Name]?” Gojo memalingkan wajah ke arah sang gadis. Kini, ujung hidung saling bersentuhan. Si gadis menaikkan kedua bahunya kaku karena terkejut, sementara sang surai putih bungkam dengan wajah cemberut. Walau begitu, kedua mata melebar dari balik penutup mata. Ini di luar perkiraannya. Aroma manis sang gadis memenuhi penciumannya yang tajam. Membuatnya langsung mengernyitkan alis.

Gojo menegakkan tubuh. Kedua tangan masuk ke dalam saku. Kini sedikit merasa canggung. Wajahnya masih saja sedikit masam tanpa keceriaan yang selalu ia tampilkan. Begitu juga dengan sang gadis. Sekarang ia tengah menetralisir debaran jantung yang masih berpacu. Rona merah belum hilang dari kedua pipinya yang putih.

Si surai putih melirik. Meski mata terhalang kain hitam, masih ada gambaran garis ... atau apapun itu yang bisa membuatnya tetap melihat dengan baik. Six Eyes. Luar biasa. Gojo tahu [Name] saat ini sedang merona menahan malu. Si surai putih juga yang terlalu gegabah karena terbiasa seenaknya dan lupa kalau gadis ini cukup sesuatu baginya. Dan karena itu ... suasana kaku seperti ini tercipta.

“Mm ... Gojo-san?” Suara [Name] terdengar sedikit bergetar.

“Apa?” Dan Gojo tetap biasa-biasa saja.

“... Sejak kapan kamu bangun?”

Si pria mengapit dagunya. Lalu berkata, “Sejak aku menghirup aroma sedap makan?” Wajahnya tampak memasang ekspresi mengira-ngira.

“Eh ... aku mengganggu tidurmu, ya?”

Gojo melangkah mendekat. Tak menjawab pertanyaan terakhir [Name] karena mungkin menurutnya itu tidak perlu. “Ayo, siapkan piringnya,” ucap si surai putih seraya menarik kursi di samping [Name].

“Ah, okee.”

Keheningan lantas menguasai. Hanya ada bunyi alat makan yang terdengar cukup keras akibat kesunyian. Keduanya bungkam bahkan Gojo yang selalu berisik pun masih diam. Namun, ia menikmati makanan yang disiapkan oleh sang gadis sehingga perlahan wajahnya bersemu manis.

“Yah, makanan ini memang enak banget, ya??” tanya Gojo. Senyuman senang lantas terpasang saat kembali mencicipi makanan buatan si gadis.

Lengkungan bibir terbentuk indah sampai kedua mata [Name] sedikit menyipit. Merasa senang karena hasil masakannya sangat dinikmati oleh orang lain. Lantas ia berkata, “Cara buatnya mudah, loh~ umm, hanya perlu mencampurkan beberapa bumbu masakan saja, sih.”

“Heee.” Gojo kembali menyuap satu sendok makanan ke dalam mulutnya.

Ne, Gojo-san. Kamu bisa masak juga?”

“Aku bisa melakukan apapun yang kumau, loh~”

[Name] mengerjab. “Kamu punya hobi, gak?”

“Tidak ada!”

“Eh, kenapa?” [Name] memasukkan satu suap daging ke dalam mulut.

“Semuanya terasa mudah bagiku, sih.” Senyuman bangga kembali Gojo pasang.

Kekehan kecil [Name] keluarkan. Ia tak bisa bayangkan dirinya hidup tanpa hobi. Akan sangat membosankan dan tidak ada sesuatu yang bisa membuatnya senang. Si gadis lantas mengerjabkan mata. “Um ... jadi kamu sering bosan, dong?”

Gojo mengunyah. Tampak kedua pipinya yang sedikit menggembung karena makanan. Itu terlihat lucu bagi [Name] hingga sedikit membuatnya tertawa kecil.

“Kadang, sih. Kalau itu terjadi, aku mengganggu semua orang yang lewat di sekitarku,” jawab Gojo. Lalu memasukkan satu daging ke mulutnya menggunakan sumpit.

Astaga .... Tawa canggung si gadis keluarkan. Namun, langsung tergantikan dengan raut senang kala melihat Gojo yang kembali berbinar-binar.

Syukurlah dia menikmati makanannya.

.

.

.

“Kamu sudah mau pergi?”

[Name] menyembulkan kepala dari balik pintu rumahnya. Mendongak ke arah Gojo yang berdiri di hadapan.

“Aku sudah banyak menghabiskan waktu di sini, sih. Jadi, sekarang aku harus menjalankan misi.”

“Kalau begitu hati-hati, ya!” Senyuman ia kembangkan. Tangannya terangkat melambai pada Gojo.

Si surai putih tidak membalas. Ia hendak melangkah pergi, bahkan membalikkan tubuhnya. Namun, gerakan itu tetiba terhenti saat perasaan ragu muncul dalam diri. Ia mengernyitkan alis. Agak merasa terganggu dengan perasaan yang datang tiba-tiba ini.

“... [Name].” Suaranya sedikit merendah. Dan itu berhasil membuat suasana berubah mencekam.

“Iya?”

“Kau pernah bertarung sebelumnya?”

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat [Name] sedikit melebarkan kedua kelopak mata. Ia lantas menggeleng, “Tidak pernah. Aku hanya menyembuhkan.”

“Heee, begitu, ya.”

[Name] mengulum bibir. Ingin bertanya kenapa pada Gojo setelah melihat pria ini menjadi begitu serius. Bahkan sampai membuat keadaan sekitar cukup dingin.

“Apa ... ada sesuatu?” tanya si gadis. Ia tak bisa menahan diri.

“Tidak ada, sih. Yaah ... mungkin ini hanya perasaan yang akan lewat.”

Gojo menolehkan wajah. Sedikit menunduk melihat [Name] yang masih mendongak. Tangannya terangkat, hendak menyentuh puncak kepala sang gadis. Namun, gerakannya terhenti di udara hingga ia mengepalkan tangan. Lantas menurunkannya kembali.

Ia kembali teringat dengan sentuhan-sentuhan yang dirinya lakukan sebelum ini. Merasakan kulit si gadis yang sangat lembut dan tubuhnya yang begitu mungil. Itu cukup berbahaya. Baik untuknya maupun bagi [Name]. Kalau afeksi seperti itu terus berlanjut. Perasaan lain akan tumbuh.

Menangkap basah wajah bersemu si gadis tadi saja sudah sangat mengancam. Gojo harus berhati-hati ke depannya. Tampang aneh si surai putih pasang. Ia mengusap tengkuk dengan wajahnya yang cemberut.

“Kalau begitu aku pergi, yaaa~!” Nadanya dengan cepat berubah ceria. Bahkan suasana dingin sudah mencair. Gojo berlari dengan kedua tangan dalam saku. Menuju ke arah pagar rumah [Name].

“Hati-hati di jalan~”

Huh?

Langkah kakinya terhenti tepat saat ia hampir menyentuh pagar rumah. Tubuhnya sedikit membeku. Dengan perlahan ia melihat ke arah sang gadis yang melambaikan tangannya seraya tersenyum hangat. Gojo bungkam melihat pemandangan itu. Kini, angan dipenuhi oleh satu hal. Ah, sudah berapa lama dia tidak mendengar kalimat itu? Bagi ia yang terkuat, mungkin itu tidak berguna sebab semua bisa selesai dengan kekuatan dan kecerdasan. Begitupun dengan penyihir lainnya dan Gojo jelas memiliki kedua hal itu. Namun, gadis yang berdiri di bingkai pintu sana memiliki pemikiran yang berbeda dari orang lain bahkan dirinya sendiri.

Gadis yang aneh.

Dan Gojo juga aneh.

.

.

· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

Aku ada niatan buat Original Story dengan cewe yang nyamar jadi cowo. Dan yah ... mungkin karakter cowo tokoh utamanya bakalan rada² mirip dengan Gojo😭 terus karakter tokoh utama cewe yg nyamar bakal mirip dengan mba Nem:3

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓷 𝓦𝓱𝓲𝓽𝓮 ੈ ┈┈┈ 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top