꩜ 𖤘 ::┊Chapter 37 : ❛Butterfly.❜

Mungkin ... tidak ada lagi istirahat sendirian.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

“[NAMEEEEE]~~!”

“Ha'i?”

[Name] agak mencondongkan tubuh ke belakang. Mata indah menemukan kepala Gojo menyembul dari balik pintu kamarnya. Tampak lucu. Mengundang terbitnya senyuman lebar pada wajah cantik sang gadis.

“Kau sudah siap?” tanya sang surai putih. Melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar gadisnya. Menghampiri [Name] yang sedang berdiri di depan nakas seraya mencabut charger ponselnya.

“Aku sudah siap, kok.”

“Barang-barangmu sudah dibawa tadi malam. Yah, paling sudah sampai di rumahku.”

“Aku masih merasa agak ... aneh.” [Name] mengedikkan bahu.

“Huh?”

“Yah, tinggal satu rumah denganmu, meski hanya sementara, rasanya tetap aneh.”

Gojo mengapit dagu. “Apa kau khawatir aku akan melakukan ini dan itu padamu, [Name]?” tanyanya.

“Ini dan itu?” Si gadis memiringkan kepala. Mengejapkan mata seraya menatap Gojo yang kini menyunggingkan seringaian jahil.

Ini dan itu.” Gojo menggerakkan jari telunjuknya maju mundur.

“Yah, kurasa aku perlu membiasakan diri tinggal satu rumah denganmu, Satoru.” Ia tersenyum lebar hingga kedua mata tertutup.

“Kau benar ... dengan begitu aku bisa mengawasimu dari dekat ....” Suara Gojo mengalun rendah. Terdengar seperti bisikan dan hanya dirinya sendiri yang bisa mendengar perkataannya.

“Kamu bilang sesuatu?”

“Tidakk~! Ayoo!”

Tangan kekar bergerak menyentuh lengan mungil sang gadis. Menggenggamnya dengan erat, tapi tidak keras. Hangat. Mengundang rona merah tipis yang mulai menghiasi wajah sang pria. Gojo perlahan memasukkan tautan tangan mereka ke dalam saku baju. Dengan senyum yang jarang pudar dari wajahnya yang tampan. Terlihat agak jahil dan percaya diri. Ia mulai melangkah ke arah pintu dengan santai. Diikuti [Name] dari arah belakang.

[Name] mengejapkan kedua mata. Menatap Gojo seraya mendongak dari arah belakang punggung pria itu. Netra seindah langit malam penuh bintang menemukan—sekilas—telinga Gojo yang agak memerah. Mengundang munculnya raut bingung penuh tanya pada paras manisnya. Namun, [Name] tidak melayangkan pertanyaan. Diam-diam tersenyum kecil kala melihat aura berbunga-bunga yang mulai muncul dari sang pria.

“Satoru keliatan senang, yaa~” ucap [Name].

“Hee. Benarkah?”

“Aku serius.” [Name] mengangkat tangan kanan, jari-jari lentiknya membentuk peace. Kepalanya lantas tiba-tiba ditepuk, kemudian dengan cepat ditarik ke depan hingga ia melangkah maju. Berhenti tepat di samping Gojo yang sedang tertawa.

“Tung—! Satoru! Rambutku jadi berantakan!”

“Tidak apa-apa. Kan bisa diatur lagi. Ngomong-ngomong [Name], penampilanmu sekarang benar-benar anak rumah, ya?”

“Hm?”

Gojo melirik. Melihat pakaian sang gadis. Dress santai selutut dengan cardigan. Modis, tapi terlihat lembut. Cocok dengan aura yang dikeluarkan gadisnya.

“Hmmm? Selera pakaianmu sama denganku kali, ya?” Gojo menyentuh dagu.

Outfit kamu itu kayak cowo nakal, tau. Keren, sih, tapi pasti menarik perhatian banget ‘kan?” tanya [Name].

“Wajahku yang menarik perhatian mereka, tau.”

“Um, terus dengan style fashion kamu semuanya jadi hampir makin sempurna. Kamu mengerikan.” [Name] memasang tampang ngeri.

Gojo mengangkat tangan. Menyentil kening [Name] agak keras hingga gadis itu mengeluarkan rintihan seperti kucing, membuat si surai putih terkekeh kecil hingga berubah menjadi tawa.

“Waah. Manisnya, ya.”

Sepasang kekasih itu menoleh bersamaan ke arah pintu. Menemukan pria paru baya yang masih terlihat tampan, berdiri bersandar pada pintu sembari melayangkan tatapan tajam. Ryuzaki.

[Name] menelan ludah. Sementara Gojo terlihat biasa saja, tidak terganggu sama sekali.

“Kau sudah mau membawa putriku, ya,” ucap Ryuzaki. Terdengar tertekan.

“Kau tidak buta ‘kan, Pak Tua?”

“[Name]-chan ... kuharap kamu masih menjadi gadis saat pulang ke sini.”

“Eh?”

“Yah, aku tidak yakin untuk itu, sih.” Gojo memonyongkan bibir.

“KAU ITU MEMANG BIBIT MASALAHNYA?!”

“Ne, sudah-sudah. Jangan berdebat di sini,” kata [Name]. Menatap Gojo dan ayahnya bergantian.

“Aku tidak menyangka ini akan terjadi.”

“Sabar, ya, Pak Tua.”

“Berisik kau.”

.

.

“Yaaah~ akhirnya sampai jugaaa~”

[Name] menutup kedua mata karena senyumannya. Mengikuti langkah riang Gojo dari arah belakang. Menaiki tangga.

“[Name], kau tidur di kamarku, ya?” ucap Gojo.

Si gadis membeku. Lantas berkata, “Ha? Tunggu. Itu agak—”

“Tenang saja. Aku tidak pernah menggunakannya. Daripada kamar itu terus saja kosong. Kurasa lebih baik kau mengunakannya selama menginap di sini.”

[Name] mengejab. Bibir agak terbuka. Mata menatap lurus ke arah Gojo—belakang kepala— dengan pandangan agak khawatir. Ia tahu maksud ucapan pria itu. Tidak pernah memakai kamarnya sendiri? Kalau ruang tidur itu tak pernah dipakai olehnya. Di mana pria itu istirahat selama ini?

“Ne, Satoru.”

“Hm~?”

“Kamu ... kalau istirahat biasanya di mana?”

“Ruanganku.”

“Saat tidur?”

“Kursi, sih.” Gojo membuka pintu kamarnya.

Aroma kamar menguar hingga keluar dari dalam ruangan. Mencapai penciuman sang gadis. Maskulin. Mirip dengan harum pakaian Gojo. Ia tenggelam menikmati aroma menenangkan itu selama beberapa saat, kemudian sadar saat mengingat obrolannya dengan pria ini belum selesai.

“Tubuhmu bisa sakit kalau tidur di kursi, loh, Satoru.” [Name] berjalan mengekori Gojo.

“Iya, sih, tapi aku tidak bisa istirahat terlalu lama. Kerjaanku banyak. Kau tahu itu ‘kan?”

“Ah ... benar juga.”

“Lagian ... istirahat sendirian itu tidak enak, tau.”

[Name] menggigit bibir bawah. Ia tahu maksud pria ini. Istirahat sendiri. Mungkin sama maksudnya dengan ia kesepian. Tanpa ada yang menemani. Barangkali itu juga alasan ia sering mengunjungi dan merusuh di rumah [Name], karena ... tempat yang Gojo katakan 'rumahnya' ini benar-benar sepi. Si gadis perlahan menyunggingkan senyum.

“Ne, malam ini kamu bisa luangin waktu?”

“He? Mau apa? Masak-masakan???”

[Name] tertawa. “Salah satunya,” jawabnya. Ia mengedikkan kedua bahu. “Kalau kamu benar-benar luang malam ini ... kurasa tidur di dalam kamar sesekali juga tidak masalah ‘kan?”

“[Name] ... kau mengajakku tidur?”

Si gadis mengangguk. “Semua orang butuh tidur ‘kan?” ucapnya. Agak bingung dengan respon Gojo.

“Aku tidak menyangka kau agresif juga, [Name]. Kupikir hanya aku.”

“... Emm ... kamu mengartikan tidur yang kumaksud itu ... apa, Satoru?” tanya [Name]. Saat pikirannya mulai menangkap isi otak Gojo.

Tidur. Yah, menikmati setiap inci tubuhmu?”

“Bukan itu maksudku—?!”

Kedua mata si gadis membulat. Kala merasakan mulutnya dibuat diam oleh si pria dengan benda kenyal yang lembut. Pria ini menyerang tepat pada bibirnya yang mungil. Membuatnya tebuai dalam permainan yang si surai putih kendalikan. Menggigit bibirnya hingga terasa cukup sakit, kemudian disesap layaknya permen. Lidah yang memaksa masuk ke dalam mulut, memeriksa giginya dengan benda tak bertulang itu, lalu saling berperang lidah. Membuat [Name] merinding merasakan itu. Ribuan kupu-kupu yang terasa berterbangan dalam perut.

Tubuh si gadis perlahan-lahan dibaringkan ke atas ranjang empuk milik Gojo saat dia tenggelam dalam permainan ini. Tangan kekar mengusap lengan sang gadis dengan halus, naik-turun merasakan kelembutan kulit seputih salju itu. Bibir masih beradu. Dengan Gojo yang memimpin segalanya.

Membuai mereka berdua. Tenggelam dalam kehangatan itu.


Sebelum sang gadis menjambak rambut Gojo lalu kabur.

.

.

𖤘 :: NOTE

Picture dress © Pinterest

Aku penulis teen-romance, guys. Walo ini agak gimana gitu, sih, hwhwhw. Gak ada niatan mau nulis yang kek gini dan itu. Dosa

Love Regards.
Ann White.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top