Bagian 1

Anak remaja itu berdiri di belakang garis polisi. Di sebuah sekolah yang menjadi tempat kejadian perkara kasus kematian seorang siswa kelas satu.

Suasana di pagi hari itu mendadak ramai di tengah udara dingin yang berhembus pasca hujan yang mengguyur kota ini semalaman. Para murid berkerumun di sepanjang koridor, untuk melihat secara jelas korban yang tengah terbujur kaku di antara deretan kursi baris ke tiga.

Beberapa siswi menutup mulut dan tidak menyangka akan terjadi hal yang mengerikan ini di sekolah mereka. Sedangkan guru-guru sibuk untuk membubarkan para siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi.

Salah satunya Elang Ganendra. Salah satu siswa laki-laki yang merupakan teman dari korban. Pria itu menatap nyalang mayat itu. Hatinya begitu terluka mengingat mereka adalah teman yang cukup dekat. Dan setahu Elang, Diko memang memiliki riwayat penyakit yang sewaktu-waktu dapat membunuhnya.

Korban merupakan anak kelas X yang mengikuti ekstrakulikuler sepak bola. Dugaan sementara dari pihak kepolisian ialah korban meninggal akibat sesak nafas.

Dari riwayat kesehatannya, Diko---siswa yang meregang nyawa---memang memiliki penyakit asma dari semenjak kecil. Tapi ia tidak pernah memanjakan penyakitnya itu dan selalu aktif dalam kegiatan yang dilakoninya bersama Elang.

Sebagai teman dekat, Elang tahu itu. Tapi dia merasakan ada yang janggal. Setahunya, kemarin Diko pulang awal karena ada panggilan darurat dari rumahnya yang mengharuskan remaja malang itu pulang cepat. Tidak mungkin bila Diko meninggal karena sesak napas saat pulang sekolah.

Sayangnya Diko merupakan anak pendiam di kelas, jadi orang-orang tidak ada yang tahu jika ia pulang lebih cepat. Seisi kelas mengiyakan saat polisi bertanya mengenai kedatangannya ke sekolah. Dan ketika akan menulusuri absensi kelas, guru dipelajaran terakhir tidak masuk yang secara otomatis tidak ada bukti ketidak hadiran Diko.

Kini Elang merenung seorang diri. Di balkon kamarnya yang mengarah ke jalanan gelap dengan pepohonan rindang di halaman rumahnya. Begitu tenang dengan suara gesekan daun yang bergerak karena angin malam. Melambai-lambai di bawah terangnya sinar rembulan.

Elang sempat menduga kalau temannya itu merupakan korban pembunuhan. Tapi, siapa yang tega membunuh remaja pendiam itu? Rasa-rasanya, pembunuhan itu tidak wajar jika ditujukan kepada Diko. Berbagai macam spekulasi Elang buat hanya untuk mencari titik terang alasan tersangka membunuh Diko. Namun sampai saat ini, spekulasi itu tidak menemukan tertuju pada hal yang logis.

Kejahatan yang dilakukan tersangka cukup rapi. Ramaja beralis tebal itu menelusuri cctv yang terpasang di warnet depan rumah Diko, namun sayangnya seharian kemarin cctv itu seakan ada yang meretas. Sama halnya dengan cctv yang persis mengarah ke gerbang sekolah. Tidak ada tanda-tanda kepulangan Diko. Seakan Diko memang berada di sekolah selama semalaman.

Elang menghela napas berat. Merasa pikirannya buntu, ia merogoh ponsel layar datarnya yang berada di dalam saku celananya. Ia membuka-buka akun sosial media untuk mencari tahu apakah ada jejak yang tertinggal di akun sosial media milik Diko.

Waktu bergulir terasa lambat. Beberapa aplikasi Elang buka satu persatu, namun usahanya tidak membuahkan hasil. Jeritan putus asa keluar dari bibir hitam pria itu.

Sedetik kemudian, ia terdiam, me-rewind semua rekaman yang melekat dalam ingatannya selama membuka-buka akun media sosial. Ada yang terlewat olehnya. Ia begitu terpaku dengan akun milik Diko. Dan pikirannya menangkap satu foto yang begitu menarik perhatiannya.

Elang membuka kunci ponselnya, lalu mencari akun tujuan yang menyentil pikirannya. Matanya kemudian berbinar melihat satu foto yang akan menjadi bukti bahwa kematian temannya itu, bukan karena penyakit.

"Tidak ada kejahatan yang sempurna," ucap Elang dengan senyum tercetak di wajahnya seraya segera bergegas menuju keadilan.

-To be continued-

______________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa vote dan komentar ya! Aku tunggu kedatangan kalian, dan nantikan bagian selanjutnya!!!

See you babay 😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top