03
4 Oktober
Saban hari telah dilewati oleh lulusan sarjana neuroscience dengan baik, menemani salah satu idol sekaligus aktor bekerja, mengatur jadwal hariannya begitu terampil padahal baru beberapa hari setelah pulangnya dari Inggris dan langsung terjun ke dalam profesi manajer. Tetapi begitulah ia, gadis sempurna sebagai julukannya telah melakukannya dengan baik.
Meski di hari pertama mengalami kesulitan, tetapi dirinya tidak menyerah. Ia mempelajari lagi, tak jarang bertanya ke orang yang paham akan profesi yang ditekuninya sampai bisa terampil tiga hari berikutnya, benar-benar hebat!
Seperti hari ini, gadis berambut silver yang diikat biasa tengah melihat akting dari aktor muda berbakat, orang yang selalu ia temani. Netra senada dengan rambutnya menatap tajam, memperhatikan tiap detail pergerakan mereka, mendengar begitu cermat apa yang mereka lontarkan, sesekali melontarkan pujian di dalam hati.
Ia menanti mereka selesai acting dengan berdiri agak menjauh dari staff dan sutradara bersangkutan, buku berisi jadwal selanjutnya berada di dalam dekapannya seakan menjaganya agar tidak kehilangan.
"Cut!"
Sutradara berkata melalui megafon, menghentikan lakonan yang dilakukan aktor dan aktris.
"Kita sudahi saja melakonnya, otsukaresama, minna!"
"Otsukaresama!"
Para staff maupun pelakon mengucapkan hal sama, senyuman tipis masih terpatri dengan tangan kembali mengenakan mantel musim gugur. Kemudian, manajer pribadi salah satu dari mereka menghampiri aktornya, Natsume Minami. Tangan kanan menggenggam handuk kecil lalu diserahkan ke pemiliknya dan diterima baik. Pemilik handuk itu yang tak lain adalah Minami mulai mengesatkan keringatnya, sedangkan manajer pribadinya mengecek setiap barang di tasnya. Seusai itu, manajernya mengambil alih handuk tersebut, membantu mengesatkan keringat lalu merapikan kembali rambut cream halus dengan jemari lentiknya. Minami tersenyum tipis, sedikit menundukkan kepala guna memudahkan gadis di depannya melakukan tugas.
"Otsukaresama, Nami." Manajer pribadinya mengatakan hal demikian seusai merapikan rambut Minami.
"Kau juga, otsukaresama, Delle." Aktor berbakat kembali membalas kalimat sama di hadapan manajer pribadi sekaligus teman masa kanaknya begitu lembut. "Kau telah melakukan tugas begitu baik, bahkan sangat baik untuk seukuran manajer."
"Kau berlebihan, aku melakukannya sesuai apa yang harus dilakukan seorang manajer," balas Nathalia menggeleng pelan. Ia melipat handuk kecil dengan rapi lalu memasukkan ke dalam tas dibawanya, melihat kembali jadwal selanjutnya di buku catatan.
"Hari ini kau tidak mendapatkan jadwal apapun lagi," ucapnya dengan atensi masih berpusat pada buku. "Tentu yang kumaksud jadwal setelah kau syuting, Nami."
Minami mengangguk mengerti, tatapannya mengikuti arah fokus gadis di depannya. "Kapan aku ada jadwal lagi?"
"Kira-kira antara esok atau lusa," jawab Nathalia sembari menutup buku dan menyimpan di dalam tas. "Kau ingin langsung pulang, ke perusahaan atau ke tempat lain?" tanyanya seraya menatap lawan bicaranya.
"Aku ingin ke dorm IDOLiSH7," jawab Minami lugas. "Mereka sedang berkumpul di sana, seperti biasa dilakukan jika ada waktu luang."
"Ah, maksudmu pesta kecil-kecilan?"
"Bisa iya, bisa juga tidak. Kami berkumpul hanya mempererat hubungan saja."
Nathalia mengangguk paham, "Baiklah, mari kita ke sana."
❥•
Matahari mulai beranjak, tenggelam di kaki langit bersamaan bulan muncul, menggantikan tugasnya. Tak lupa gemerlapnya gemintang di cakrawala, menghiasi langit biru tua indah. Lampu-lampu sepanjang jalan mengeluarkan cahaya lembut, membantu siapapun untuk melihat di kegelapan.
"Konbanwa."
"Hello, all."
Sapaan dari dua suara berbeda terdengar di salah satu bangunan kokoh, sapaan itu sebagai pertanda ada tamu baru saja singgah.
"Konbanwa mo."
"Hora~! Kupikir kau tidak ikut, Natha-san."
Balasan dan reaksi dari mereka terkejut, pasalnya mereka tidak menaruh harapan sama sekali jikalau gadis dari Inggris datang ke sini. Diam-diam bernapas lega tatkala merasa bahwa kejutan untuk dia akan berjalan mulus seperti diharapkan.
Nathalia tersenyum simpul sebagai balasan reaksi mereka, kedua tangan memegang ranjang berisi aneka buah bersamaan mata dipedarkan seperti mencari sesuatu. Setelah ia menemukan apa yang dicari, Nathalia mendekatinya lalu berhenti tepat di sebelahnya, manajer IDOLiSH7.
"Sumimasen," ucapnya mengalihkan atensi Tsumugi. "Kami membawakan sekeranjang buah untuk kalian, IDOLiSH7." Nathalia melanjutkan perkataannya sembari menyodorkan keranjang buah.
"Arigatou gozaimasu!" ujar Tsumugi seraya menerima pemberiannya. "Seharusnya kalian tidak perlu repot-repot membawakan ini."
"It's okay, kami membawakannya juga ada alasan." Gadis berambut silver tersenyum tipis menanggapinya.
"Begitu, ya." Gumaman kecil keluar dari manajer IDOLiSH7, mata ruby nya menatap keranjang buah sebagai bingkisan dari pihak Natsume Minami, senyuman kecil diulasnya. Kemudian menatap Nathalia tepat di netra indahnya. "Apa kau manajer pribadi Natsume-san?"
Nathalia mengangguk kecil, senyuman tipis masih singgah di sana. "Watashi wa Nathalia Adelle, Natsume Minami pasonaru maneja desu, yoroshiku onegaishimasu."
"Hai', yoroshiku onegaishimasu!"
Setelahnya mereka saling berbincang, terkadang tawa kecil dan senyum geli terpatri di masing-masing paras ayu mereka. Berbincang santai tanpa mengindahkan tatapan dari idol berprestasi menatap mereka.
"Apa kau pernah menjadi seorang manajer, Natha-chan?" tanya Tsumugi menatap antusias terhadap dirinya.
"Belum, bahkan ini pertama kalinya aku menjadi manajer." Nathalia menggeleng pelan, jawabannya membuat manajer IDOLiSH7 tidak percaya.
"Hontou?!"
Gadis lulusan neuroscience mengangguk samar, tangannya meraih secangkir teh lalu meminumnya.
"T-tapi kau seperti sudah berpengalaman menjadi manajer!" seru gadis bermata ruby tidak percaya. "Meskipun aku baru bertemu denganmu saat menemani Mitsuki-san dan Yamato-san di stasiun televisi beberapa hari lalu, aku merasa kau berpengalaman sekali!"
"Terima kasih atas penilaianmu, Tsumugi. Aku merasa tersanjung," ujar Nathalia berterima kasih. "Aku merasa itu sebagai dasar kerja seorang manajer, lagipula aku melakukannya seperti apa yang biasa dilakukan seorang manajer."
"Kau juga sama, begitu hebat dan terlihat berpengalaman." Ia memberikan pujian terhadap lawan bicara.
"A-ah ... a-arigatou gozaimasu."
Baik Nathalia maupun Tsumugi saling terdiam, bersitatap masih dilakukan dan melemparkan senyuman.
"Aku harap kau bersedia mengajariku mengenai tugas seorang manajer, Tsumugi." Nathalia membuka suara, melemparkan keinginannya ke Tsumugi.
"Hum!"
Nathalia mengulurkan tangan kanannya ke Tsumugi, bermaksud untuk berjabat tangan dengannya. "Boleh kita berjabat tangan, Manajer?"
Tsumugi menatap uluran tangan dari lawan bicara berbinar, merasa senang bisa bertemu dan berbincang dengan orang baru tanpa adanya rasa canggung. Ia membalas uluran tangannya, melakukan jabat tangan.
"Mohon bantuannya, Manajer."
"Mohon bantuannya juga!"
Dan berakhir mereka saling tertawa pelan.
Ting!
Dentingan notifikasi menyadarkan Nathalia, buru-buru melepaskan jabat tangan lalu mengambil ponsel. Ia membuka layar kunci dan mendapatkan pesan dari orang dikenalnya.
Kujo Tenn
Temui aku di taman sekarang.
mengirimkan lokasi
'Taman?' batinnya kala melihat pesan tersebut. Jemarinya menekan lokasi yang dikirim oleh Tenn guna mengetahui lokasinya.
'Dekat dari sini!' Nathalia kembali mengatakan dalam hati, atensinya teralihkan ke ruangan dorm IDOLiSH7 sejenak.
Gadis itu kembali menatap layar ponsel, jemarinya bergerak untuk mengirimkan balasan pesan.
Kujo Tenn
Aku akan ke sana.
Nathalia bangkit dari duduknya, menatap tiap orang seperti biasa.
"All, aku keluar dulu sebentar."
"Douzo, Nathalia-san."
"Hati-hati, lady~!"
Nathalia mengangguk pelan, dengan cepat keluar dari dorm dan pergi menuju lokasi yang telah dikirim. Sepeninggalnya ia, ke-15 idol saling bersitatap, menampilkan senyuman dengan berbagai arti.
"Ikou, kita pergi dan lihat mereka~!"
❅
Drap! Drap!
Suara berlari menggema di sepanjang jalan, pelakunya tentu seorang gadis bernetra perak. Lariannya begitu cepat dan lincah, menghindari setiap orang yang dilaluinya. Rambut panjang yang diikatnya bergerak, bahkan mantelnya pun ikut juga.
Tap!
Larian terhenti kala sudah sampai di lokasi tujuan, gadis itu sedikit membungkuk, mengatur napas sembari melihat keadaan taman. Terdapat lampu-lampu kecil terpasang di tiap dahan pohon, membentuk untaian dari satu pohon ke pohon lain. Daun berguguran khas musim gugur, langit malam tampak cerah di sana menambah keindahan taman ini.
Ting!
Dentingan notifikasi kembali datang, Nathalia mengambil ponsel, melihat pesan dari orang yang sama.
Kujo Tenn
Kau sudah sampai?
Sudah, di mana kau?
Aku sudah menduganya.
Kau lihat lampu-lampu kecil saling melingkar dari dahan satu ke dahan lain?
Nathalia kembali melihat ke depan, lampu-lampu tersebut memang berada di sana. Seusai itu, membalas pesannya.
Kujo Tenn
Aku melihatnya, apa kau ingin aku mengikuti ke mana lampu-lampu kecil itu berakhir?
Ya, ikuti saja dan kau akan menemukan sesuatu di sana.
Bingung yang didapati oleh gadis tersebut, menemukan sesuatu di sana?
Tak ingin berlama-lama serta sangat penasaran, ia mengikuti lampu-lampu tersebut. Sesekali menyentuh pohon ditemuinya, dia terus mengikuti hingga lampu-lampu itu berakhir di pohon besar, destinasi terakhir. Hal pertama yang dilihatnya adalah pohon besar diperkirakan berusia ratusan tahun dengan berbagai kelopak bunga serta daun keoranyean berada di atas rerumputan, membentuk jalan setapak.
Nathalia menatap sekeliling, ornamen-ornamen terpasang rapi seperti sudah disiapkan sedaritadi. Perasaan bingung semakin hadir, untuk apa Tenn menyuruh dirinya ke sini? Taman yang disinggahinya sudah didekor seperti melamar tambatan hati, hal yang pernah dilihatnya beberapa tahun lalu.
Gadis itu mengambil ponselnya, membuka layar kunci dan pergi ke rabbitchat. Menggerakkan jemari begitu cepat untuk mengirimkan sebuah pesan.
Kujo Tenn
Aku sudah tiba di sini.
Di mana kau?
Dua buah pesan telah dikirim, tinggal menunggu balasan dari penerima pesan. Nathalia kembali menatap ke depan, pohon besar berdiri kokoh dengan lampu-lampu kecil melilit dahan sebagai obyek penglihatannya. Sepucuk surat tergantung di antara dahan pohon turut masuk ke dalam obyek penglihatannya, Nathalia mendekati dan melihat lebih saksama. Disebabkan surat tersebut sedikit tinggi dari jarak pandang, ia sedikit berjinjit dan melihat sebuah tulisan tangan yang sangat dikenali.
'Untuk Nathalia Adelle'
Nathalia sedikit memiringkan kepala, tangannya bergerak meraih surat tersebut dan menariknya hingga terlepas dari tali yang menjerat. Seusai itu, ia membuka surat dan membacanya dalam hati.
⊱⋅ Ada sebuah hadiah kecil untukmu, ambillah hadiah itu. Hadiah itu tepat di depan penglihatanmu. ⋅⊰
Lagi-lagi gadis berambut perak memiringkan kepala, merasa tidak mengerti dengan isi pesan tersebut. Sejenak sebuah pemikiran terlintas, pemikiran untuk meragukan isi surat tersebut.
'Apa dia sedang mempermainkanku?' batinnya tertanya.
Tetapi ... di satu sisi masih memercayai bahwa orang yang telah menuliskan surat ini sedang tidak mempermainkannya.
"Aku yakin Kujo Tenn tidak akan mempermainkanku," cicit Nathalia sembari melihat ke pohon besar. "Jika dia melakukannya ... mungkin aku akan mendiaminya selama beberapa minggu."
Nathalia semakin mendekati pohon besar tersebut, menyentuh kayu kasar dan kokoh dengan jemari lentik. Ia mengitari pohon tersebut sekali, sedikit menunduk guna mencari sekiranya gundukan tanah sebagai jawaban dari clue di surat.
"Tidak ada ...."
Nathalia menggumam sembari mengalihkan atensinya ke arah surat di genggaman, kembali membaca untuk memahami maksud dari clue tersebut.
"Berada tepat di depan mata ...," lirihnya.
Lagi-lagi gadis itu kembali melihat pohon di depannya, menatap dengan jeli sampai melihat lubang berukuran sedang di sana. Tangannya digerakkan, merogoh apa yang ada di dalam lubang tersebut. Sebuah benda menyapa indra peraba, salah satu alis terangkat, mengambil benda tersebut dan membawanya keluar.
Sebuah kotak kecil berada di genggamannya, kotak dengan pita putih tersampir di sana.
"Sebuah kotak ... sebagai hadiahku?" ucapnya bingung.
Di sebuah tempat tak jauh dari Nathalia berdiri, ke-16 orang bersembunyi di balik pohon serta semak-semak, menilik bagaimana perkembangan dari rencana mereka.
"Sugoii ... dia berhasil menemukannya!"
Seseorang memuji dengan tatapan kagum.
"Sou desu yo, dia seperti sudah biasa melakukannya." Salah seorang dari mereka menimpali dengan volume suara kecil, berbisik.
"Ja, apa itu artinya berjalan dengan mulus?"
"Kuharap iya."
♡̷̷۫۫
Suasana membingungkan menyelimuti dirinya. Tatapan bingung tertuju pada kotak kecil di tangan kanan, jemari kirinya menyentuh penutup kotak tersebut sembari berusaha menebak apa di dalamnya. Kala terjebak dalam situasi membingungkan untuk Nathalia, datanglah seorang pria berambut sakura dengan setelan kasual diselimuti mantel mendekatinya. Derap langkah begitu minim, seperti sengaja agar tidak membuatnya menoleh terlebih dahulu. Sesaat setelahnya, ia berhenti melangkah, sorot mata tajam yang menyembunyikan kegugupan menatap gadis di depannya.
"Kau sudah menemukan hadiah itu, Nathalia?"
Nathalia tersentak, mendongakkan kepala sembari memutarkan badan untuk melihat siapa yang menegurnya.
"Kujo Tenn ...," bisiknya saat melihat pria tidak asing berdiri dua meter darinya.
Tenn melirik ke arah kotak kecil di genggaman Nathalia, senyuman simpul terpatri di wajahnya meski hanya sebentar. Sedangkan Nathalia menyimpan segala ekspresi kebingungan dan terkejut, diganti dengan raut datar khasnya.
"Dari mana saja?" tanyanya begitu datar.
"Mengurus sesuatu," jawab Tenn acuh tak acuh dengan kedua tangan berada di dalam saku mantel.
"Kau mengurus sesuatu tetapi menyuruhku untuk datang ke sini," balas Nathalia sembari menatap datar ke arahnya. "Dan kau baru datang, apa-apaan itu?"
"Apa itu tidak boleh, Nathalia?"
Sang pemilik nama memejamkan mata sebentar lalu kembali membukanya, "Setidaknya kau berusaha datang tepat waktu atau mengabariku, Kujo Tenn."
Tenn tersenyum samar dan berkata, "Maaf ...."
Gadis itu berdeham pelan, netra peraknya kembali menatap sekeliling, ornamen-ornamen sederhana masih menyelimuti pohon-pohon di taman, guguran daun dan semilir angin sebagai penambah keindahan. Melirik ke bawah, menemukan berbagai kelopak bunga tercampur dengan daun gugur membentuk jalan setapak.
"Apa ada sesuatu yang ingin dibincangkan, Kujo Tenn?" Nathalia mendongak, melakukan kontak mata dengan pemilik mata kucing tersebut. "Atau kau ingin menjelaskan kenapa ada lampu-lampu kecil di setiap pohon dan berakhir di sini, terlebih ada kelopak bunga?" lanjutnya
"Ada yang ingin kubincangkan denganmu dan ini bersifat serius," kata Tenn serius membuat gadis lulusan neuroscience terdiam untuk mendengarkan.
"Dengarkan baik-baik, aku hanya mengatakan sekali."
Tarikan napas dan embuskan dilakukan oleh pria berambut sakura, mengusir rasa gugup yang kian menghinggapi dirinya. Dirasa cukup tenang, Tenn mengatakan sesuatu membuat Nathalia sangat terkejut.
"Bersedia menjadi teman hidupku selamanya?"
Deg!
Degup jantung berhenti sejenak, aliran darah pun juga demikian. Nathalia mengalami rasa terkejut akibat ungkapan dari Tenn terdengar ambigu tetapi tersirat maksudnya, ia menggeleng cepat, sorot mata terkejut menemani dirinya untuk menyergah.
"Apa kau bercanda?!"
"Apa ekspresiku terlihat bercanda, Nona sempurna?"
Nathalia masih tidak percaya, netranya menilisik netra dark pink milik Tenn, mencari apakah jujur ataupun tidak. Tetapi, Kujo Tenn tidak main-main dengan perkataannya terbukti dengan kilatan kesungguhan saat ditelisik. Sesaat kemudian, gadis cantik asal Inggris merasa tubuhnya lemas tetapi tetap dikuatkan oleh diri sendiri dengan pikiran mendadak kosong.
"Aku benar-benar serius, Nathalia." Tenn membuka suaranya, melangkah mendekatinya. "Aku tidak bisa membohongi perasaanku kali ini, apa kau perlu bukti?"
Nathalia tidak menjawab, mulutnya terkunci. Tenn hanya tersenyum tipis, meraih tangan gadis itu lalu membawa ke dadanya. "Ini bukti nyata untukmu," sambungnya lembut.
Gadis itu merasakan debaran jantung dari salah satu idol terkenal, debaran begitu kuat dan nyata. Tangan yang tergenggam mulai bergemetar, matanya terkunci dengan tatapan dalam di hadapannya. Pikirannya semakin kosong, wajah perlahan memanas bersamaan gejolak aneh di dalam dada.
Di waktu bersamaan, Tenn meraih pinggang Nathalia dan menarik untuk mendekat. Kini mereka terkikis oleh jarak, wajah dengan wajah semakin mendekat hingga hidung saling bersentuhan. Pria dengan julukan 'malaikat modern' menatap lekat netra gadis yang selalu membuatnya rindu, senyuman tipis masih mengembang di wajahnya.
"Aku menunggu jawaban darimu, Nathalia Adelle," bisiknya begitu rendah.
Bisikan rendah itu sangat berefek untuknya, ia merasakan jantung berhenti berdetak, ditambah jarak mereka begitu tipis. Nathalia Adelle untuk ketiga kalinya merona hebat di hadapan panutannya. Tangan yang awalnya hanya menyentuh dada Tenn meskipun tertutup oleh pakaian kini meremas pelan, menyalurkan rasa malu dan berdebar yang dirasakan dirinya. Mata mulai terpejam lalu mengangguk pelan.
"Aku bersedia."
Mendengar jawaban dari Nathalia, Tenn menghela napas lega dan langsung memeluknya dengan erat. Pelukan erat, hangat dan gembira disalurkan untuk gadis sempurna, senyuman bahagia muncul di wajah tampannya.
Nathalia membiarkan Tenn memeluk dirinya begitu erat, ia menenggelamkan wajah merona hebat di bahu sang pria dengan tangan yang memegang kotak kecil sebagai hadiah gemetar.
Tenn melepaskan pelukan, kembali meraih tangan Nathalia yang memegang kotak kecil lalu membukanya. Terlihat sebuah kalung dengan bandul daun oranye menanti untuk dikenakan, ia mengambil dan mulai memakaikan di leher gadis, lebih tepat calon istrinya. Senyuman bahagia masih berada di sana, kedua tangan kembali merengkuh tubuh Nathalia, memeluknya.
"Terima kasih ...."
𖠳
"Oh astaga!"
"Manisnya ...."
Pekikan tertahan terdengar di balik semak-semak dan pohon, teman seperjuangan dan satu manajer masih melihat mereka secara sembunyi-sembunyi bahkan ada yang merekamnya! Berbagai ekspresi tertuang di wajah, seperti terkejut, merona malu dan senang ada di sana.
"Aku tidak menyangka Tenn bisa seperti ini ...."
Salah seorang dari mereka berkomentar dibalas anggukan setuju, berbagai warna mata masih fokus menatap sepasang calon suami istri. Begitupun salah satu anggota Zool, ia menatap bahagia disertai senyuman. Bibirnya bergerak, mengucapkan sebuah harapan yang tentu diamini para teman dan pembaca.
"Aku harap mereka saling menyayangi, peduli dan bahagia selamanya ...."
To Be Continued!
Aku penasaran ... chap ini aneh gak sih? 😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top