Bab 6
"Aku tau jika mencintaimu akan ada resiko yang harus aku terima. Tapi, aku belajar dari resiko itu. Untuk melepaskanmu dan mengubur perasaan ini."
------------------------------------------
"Aku... Apapun itu yang menurutmu terbaik, lakukanlah. Aku sebagai sahabatmu hanya bisa mendukung dan memberi semangat." Ucapku kepadanya. Senyum. Dia tersenyum dengan ucapanku. Bahagiakah dia.
Tak apa jika aku harus menghancurkan hatiku demi melihat senyum itu. Senyum yang indah. Senyum yang aku harap tidak akan hilang dari hidupnya.
Setelah membersihkan diri, aku melangkahkan kakiku menuju balkon. Menatap langit yang mendung, seperti hatiku. Setelah mengantarku tadi, Alex tidak bicara sedikit pun. Dia hanya tersenyum, dan melajukan mobilnya ke arah rumahnya.
Setelah cukup lama aku berdiam diri di balkon, aku pun masuk dan menutup pintu balkon. Melangkahkan kakiku menuju kasur. Tapi, saat aku melangkahkan kakiku. Aku menendang sesuatu, kotak yang lumayan besar berwarna putih dengan pita hitam.
Aku mengambilnya, dan membawanya ke kasur. Aku membukanya, dan aku terdiam.
Kotak ini...
Kotak kenangan. Berisi berbagai macam foto, barang, dan tulisan.
Foto ini. Foto papa, mama, dan Bella. Foto pertama keluarga tanpa aku, anaknya. Foto ini saat aku dan Bella, berumur 5 tahun. Aku ingat, sangat ingat.
-flashback-
Papa dan mama sedang bersiap-siap. Oma bilang papa dan mama akan pergi ke Canada untuk membuka cabang perusahaan Watson disana. Dalam waktu yang tidak ditentukan.
Aku dan Bella duduk di sofa ruang tamu. Aku menatap Bella yang sedang memainkan boneka barbienya, kado pemberian papa saat ulang tahunku dan Bella.
Papa memberikan Bella boneka barbie. Sedangkan aku, papa memberikan kalung berbandul pita. Sangat cantik. Terlihat manis dan simpel.
Tak lama, papa dan mama turun. Dengan membawa kopernya. Papa dan mama berpamitan dengan oma, setelahnya papa dan mama berjalan ke arah dimana aku dan Bella duduk. Mama hanya menatapku sekilas dan memalingkan mukanya ke arah Bella.
Aku hanya terdiam, menunggu mama yang memberi nasihat ke Bella. Untuk tidak nakal dan menurut pada oma. Setelahnya, aku melihat papa yang juga memberi bella nasihat. Setelah memberi satu dua patah kata, papa dan mama membawa kopernya ke luar rumah.
Meninggalkan aku yang terdiam, berharap mama dan papa kembali. Lalu memelukku, dan memberi nasihat. Tapi, hanya harapan. Papa dan mama memasuki mobilnya dan pergi. Meninggalkan aku yang berharap, dipeluk oleh kedua orangtua-nya.
3 bulan berlalu, aku dan Bella ditinggal oleh papa dan mama. Kerinduan yang menumpuk di hatiku, belum terbayarkan. Sekarang aku sedang duduk di pinggir kolam renang. Berdiam. Tak lama, oma datang dan memberi tahu jika papa dan mama akan datang besok.
Keesokkan harinya, papa dan mama datang, aku dan Bella berlari ke pelukkan papa dan mama. Namun, apa dayaku yang memiliki badan kecil dan Bella yang berlari kencang langsung ditangkap oleh papa.
Aku yang melihatnya langsung berhenti dari lariku. Terdiam, menatap papa dan mama yang sedang memeluk Bella. Lalu, masuk kerumah tanpa menatapku.
Meninggalkan kepedihan yang mendalam, untuk seorang anak kecil yang berumur 5 tahun.
-flashback off-
Setelah melihat foto yang menyakitkan, aku melihat kembali ke dalam kotak.
Kalung...
Kalung ini, kalung pemberian papa. Saat ulang tahunku yang ke-4. Saat itu, papa memberi Bella boneka barbie dan papa memberi aku kalung. Kalung yang manis, simpel, dan juga elegan.
Tapi, aku tidak memakainya lagi. Karena, setiap aku melihat kalung itu. Aku selalu teringat perkataan mama yang sangat menyakitkan.
Yang sangat tidak pantas untuk di dengar oleh anak yang berumur 7 tahun.
-flashback-
Hari ini sangatlah panas, Pak Mot, supirku seharusnya menjemputku dan Bella. Ya, aku sudah sekolah, SD lebih tepatnya. Satu sekolah dengan Bella. Tapi, aku tidak melihat Pak Mot ataupun Bella.
Lebih baik, aku menunggu di halte saja.
5 menit....
10 menit...
25 menit...
45 menit...
60 menit...
90 menit...
Sudah 1 jam setengah aku menunggu, dan hari semakin siang. Tapi, Pak Mot tak juga kunjung datang.
Tak lama, ada mobil mercedes hitam berhenti di depanku. Kaca belakang diturunkan. Alex..
"Xia... Kamu ngapain disitu. Ayo pulang bareng aku aja." Ucap Alex kecil.
Aku hanya mengangguk dan masuk. Di dalam mobil, aku dan Alex bercanda ria. Alex adalah sahabatku dan rumahnya hanya bersebrangan denganku.
Tak lama, sudah sampai di depan rumahku.
"Makasih ya Lex, udah nganterin aku pulang" Ucapku ke Alex. Alex hanya membalasnya dengan tersenyum lebar dan mengangguk. Aku pun keluar, setelahnya masuk kedalam rumah. Di dalam rumah Bik Asih, pembantu di rumahku. Menanyakan aku kenapa pulang terlambat.
"Non, loh kok baru pulang. Kemana aja?" Tanya Bik Asih kepadaku.
"Tadi, aku udah nunggu Pak Mot buat jemput aku dan Bella. Tapi, Pak Mot gak dateng-dateng. Trus, Bella juga gak ada." Jawabku ke Bik Asih.
"Tapi, non. Non Bella ama Pak Mot, udah balik dari setengah jam yang lalu. Non Bella bilang, non mau main katanya." ucap Bik Asih.
Aku yang mendengarnya menggeleng dan membantah jika aku mau main, namun jawabanku membuat mama murka. Mama menuduhku jika aku menuduh Bella berbohong. Dan kata-kata itupun keluar. Kata-kata yang aku benci.
"Kamu nuduh Bella bohong, iya? Dasar anak gak tau di untung.
Coba aja dulu saya gugurin kamu atau tinggalin kamu di rumah sakit. Sekarang pasti keluarga kami sejahtera, tanpa ada parasit kaya kamu.
Itu juga kalung, seharusnya kamu berterima kasih sama Bella, seharusnya itukan kalung Bella.
Bukan kalung kamu.
Masih untung Bella mau berbagi hadiah, coba kalau gak.
Gak akan punya kamu barang-barang mewah keluarga Watson." Ucap mama marah dan sinis, setelahnya mama menarik kalung dari leherku sampai putus. Dan melemparnya entah kemana.
Aku pun hanya menangis dan meratapi nasibku. Nasib baik yang tidak pernah datang padaku, hanya kesialan.
Dan sejak saat itu, aku hanya menyimpannya. Tidak pernah memakainya.
-flashback off-
Setelah melihat kalung ini, aku pun memasukkanya kembali ke dalam kotak.
Aku menutup kotak ini, dan menaruhnya di bawah tempat tidur. Lalu, menarik selimut aku mencoba masuk kedalam mimpi.
Berharap, mimpi yang aku alami akan indah.
Pagi ini aku terbangun, karena Jackson. Managerku, menelfon jika ada photoshoot yang harus aku hadiri.
Padahal, aku berharap. Di minggu yang indah ini aku dapat beristirahat walaupun hanya sebentar. Aku pun hanya mengiyakan perintah Jackson, dan bangun dari tempat paling indah, kasur.
Bersiap-siap, aku pun memilih baju berlengan pendek dan celana jeans panjang dengan kacamata yang kutaruh di ujung hidungku.
Dan penampilanku sudah terlihat perfect.
Setelah siap aku pun mengambil dompet, kunci mobil dan handphone.
Lalu, aku pun turun dan langsung keluar rumah. Namun, saat aku melangkah keluar rumah. Nyonya Watson atau mama memanggilku salah berteriak kepadaku.
"Dasar, anak gak tau diri. Bangun udah siang, sekarang main pergi aja. Mana sopan santunnya. Hah" Ucap mama sinis kepadaku.
Aku pun berbalik, dan menatap mama, papa, dan bella dengan raut wajah datar. Sedatar-datarnya papan tulis.
"Permisi, tuan, nyonya, dan nona Watson" Ucapku, lalu pergi meninggalkan mama, papa, dan bella dengan raut wajah terkejut.
Aku pun tidak perduli. Masa bodoh lah namanya.
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top