Bab 4
"They say that time's supposed to heal ya
But I ain't done much healing
Hello, can you hear me?
I'm in California dreaming about who we used to be"
----------------------------------------------------------------
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Dan aku masih setia memandangi pandangan yang ada di depanku. Taman sekolah. Dengan udara yang masih cukup bersih dan danau yang tenang membuatku melupakan sedikit masalah.
Sebenarnya, Cara dan Kris sudah mengajakku untuk pulang. Hanya saja aku sedang malas berada di rumah.
Mendengar curhatan Bella, yang akan selalu di dengar oleh mama. Dan aku yang datang akan selalu diacuhkan. Seperti biasa.
Walaupun terkadang aku membutuhkan sandaran, untuk setiap hari yang kualami. Tapi, dengan masih adanya sahabatku aku tidak akan mengeluh. Walaupun itu sakit.
Aku belum melihat Alex, semenjak dari aku melihatnya di taman dengan Bella. Aku belum bertemu dengannya.
Dan Stefan, setelah dia menarikku saat di taman. Dia pun juga menghilang. Entah kemana. Aku pun juga tidak terlalu memusingkan, dia hanya bisa mengangguku saja.
"Princesss...." Panggil seseorang dari arah belakangku. Yap, dia Alex. Baru saja aku memikirkannya dia sudah datang.
Aku pun menoleh ke arahnya, melihatnya berjalan semangat ke arahku dengan senyum yang tidak hilang dari wajahnya. Membuatku ikut tersenyum.
Ya Tuhan, bagaimana caranya hambamu dapat menghilangkan perasaan ini. Jika dia selalu tersenyum dengan indahnya. Bahkan aku pun tau, senyumnya itu dapat membuat para hawa berteriak histeris termasuk aku.
"Ada apa kau kemari dan memanggilku. Dan apa itu, kenapa kau tersenyum seperti orang bodoh?" Tanyaku saat dia sudah berada di hadapanku.
Perkataanku barusan yang mengatainya bodoh sangat salah. Seratus persen salah. Senyumnya tidak bodoh, melainkan mempesona. Alex yang mendengar aku mengatainya bodoh pun langsung membuang mukanya ke samping sambil menahan senyumnya.
"Maaf, aku hanya bercanda. Maafkan princess ya. Prince mau kan maafin princess" Ucapku kepadanya. Ya, memang terlihat alay dan lebay dengan mempunyai nama panggilan prince dan princess. Tapi walaupun seperti itu, aku sangat senang mendengarnya. Walaupun terlihat kekanakkan sekali bukan.
Alex langsung melihat ke arahku, sambil tertawa. Tawa yang sangat merdu untuk didengar. Tawa yang mampu membuatku jatuh ke dalam pesonanya, dan dapat membuat hatiku semakin hancur. Sehancur-hancurnya. Tapi, aku tidak akan pernah kapok. Walaupun hatiku yang menjadi taruhannya. Karena, kalian tau. Dia sudah memegang hatiku secara tidak sadar, dengan sangat kencang sampai dia tidak tau jika pegangannya pada hatiku dapat membuat hatiku hancur.
"Bagaimana, jika besok kita jalan-jalan. Kau ajak Cara dan Kris. Dan aku akan ajak Joe dan Hafif" Ucap Alex kepadaku.
Aku yang mendengarnya hanya mengangguk berfikir. Ya, memang kita sudah jarang keluar bersama. Karena, kesibukkannya dengan kakakku. Dan aku yang belajar menjauh darinya.
"Oke... Aku akan memberi tahu Cara dan Kris" Jawabku ke Alex.
Setelahnya, dia hanya berbicara hari-harinya, berbagai macam ekspresi ia keluarkan. Mulai dari tertawa, marah, ekspresi bodoh pun ia keluarkan juga. Dan itu membuatku selalu tersenyum dengan lebarnya. Tapi, senyumku ini tidak bertahan lama. Hanya sekejap saja, orang yang membuatku tersenyum adalah orang yang membuat senyumku hilang.
"Dan kau tau, setelah aku menjahili Joe. Aku keluar kelas, dan hampir menabrak Bella. Astaga, sepertinya dewi fortuna berpihak padaku. Dengan mempertemukanku dengan bidadariku..." Ucap Alex.
Aku tidak tau lagi ceritanya yang bertemu dengan Bella, yang aku tau hatiku sudah hancur. Dan aku pun tak tau cara mengembalikkan hatiku ke bentuk yang semula. Yang aku tau, aku tidak ingin mendengar ceritanya lagi.
Setelah aku mendengar, cerita Alex tadi. Yang langsung aku potong ceritanya. Karena sudah tidak sanggup lagi mendengar ceritanya. Aku pun berpamitan pulang. Dengan alasan pr-ku menumpuk.
Ya, dan Alex pun mengizinkannya. Aku dan Alex, tidak satu kelas. Aku kelas mipa dan alex kelas ips sama dengan Bella. Awalnya aku tanya kenapa masuk kelas ips, dia hanya menjawab. Karena, pujaan hatiku ada di jurusan ips.
Dan kalian taulah, hatiku pun bertambah hancur. Setelah berpamitan tadi, aku melajukan mobilku ke arah rumah, pulang. Dalam perjalanan pulang, aku mencoba menata hatiku. Dengan menyalakan lagu-lagu kesukaanku.
Namun, sepertinya gagal saat lagu yang aku suka dan aku benci pun keluar.
Gnash ft olivia o'brian
I hate you, i love you
All alone I watch you watch her
Like she's the only girl you've ever seen
You don't care you never did
You don't give a damn about me
Yeah, all alone I watch you watch her
She is the only thing you ever see
How is it you never notice
That you are slowly killing me?
Dan dengan begitu saja air mataku sudah mengalir. Kapan...kapan..dan kapan dia melihatku. Melihat betapa besarnya cintaku kepadanya.
"Gak... Dia gak pernah liat dan gak akan pernah Xia, yang dia lihat cuma Bella dan bukan lo" Batinku berteriak.
Tuhan, kapan aku bisa mengubur perasaanku dan membekukan hatiku. Kapan aku dapat bahagia. Kapan.. Tuhan... Kapan. Aku selalu bertanya kapan aku dapat bahagia, mama dan papa tidak pernah perduli dengan ku, oma perduli tapi dia jauh dari ku, Alex perduli tapi sekarang prioritasnya bukanlah aku lagi.
Sahabat-sahabatku pun punya kehidupan masing-masing. Dan aku, tidak mungkin membebankan hidupku ke sahabat-sahabatku. Dan yang sekarang aku lakukan hanya memendam masalah dan perasaanku, sampai aku lelah. Untuk memendamnya.
Ingin sekali aku berteriak, meminta mereka untuk menganggapku ada. Tapi apa daya... Mereka hanya akan menganggapku sebagai butiran debu, yang tak berarti, tak dibutuhkan, tak dianggap
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top