Bab 29
"Sakiti aku, jika itu membuatmu bahagia atau lebih baik. Tetapi, setelahnya biarkan aku yang menyakitimu.
Ini bukan dendam, hanya sedikit pembalasan agar kau belajar untuk tidak menyakiti perempuan."
------------------------------------------------------------------
Setelah 2 hari libur, Xenia dengan segala persiapannya masuk sekolah. Hari ini, sekolahnya mengadakan PM (Pedalaman Materi) khusus kelas 12. Karena sebentar lagi, UN akan dilakukan dan ia harus lulus dengan nilai yang memuaskan dan dapat membanggakan omanya. Tidak terasa, waktu untuk ia berada di jakarta tidak lama lagi. Setelah ia lulus, omanya akan membawanya ke New York.
Meninggalkan kenangan pahit yang ia punya disini, dan membuka lembaran baru. Tanpa ada kata Mama, Papa, Bella, dan Alex. Hanya ada ia dan kehidupan barunya. Berjalan ke arah dapur, mengambil roti yang sudah ia buat dan berjalan ke arah pintu apartemen untuk berangkat.
Memulai kembali kehidupannya yang perlahan membunuhnya.
Memarkirkan mobilnya, dan berjalan ke arah kelasnya dengan tatapan dingin dan datarnya. Berbeda dengan wajah satu tahun yang lalu. Saat semuanya masih dalam jalan dan alurnya. Menaiki tangga sekolah, dan berbelok ke arah kanan dan masuk ke dalam kelasnya. Kelas 12 IPA 2.
Menaruh tasnya dan berjalan ke arah keluar menuju perpustakaan dengan membawa binder, alat tulis, dan handphonenya. Upacara akan dimulai 10 menit lagi, namun Xenia sepertinya tidak sedang mengalami mood yang baik untuk mengikuti upacara, sehingga ia memutuskan untuk menyembunyikan diri di perpustakaan dengan tumpukan buku.
3 jam sudah ia menghabiskan waktunya dengan tumpukan buku yang ada di hadapannya. Mengistirahatkan dirinya dengan menyenderkan kepalanya dan menutup matanya. Membuka matanya lagi, dan menghembuskan napasnya dengan kasar dan kembali lagi berkutat dengan buku yang berada di hadapannya.
Berjalan keluar setelah hampir 4 jam ia membuat otaknya panas dengan berbagai macam buku, untuk materi tambahannya saat ia UN nanti. Melangkahkan kakinya ke arah kelas untuk mengambil tasnya, dan pulang. Menjelang UN memang dibuat bebas, apalagi yang sudah di namakan PM, kelas 10 dan kelas 11 akan merasa bebas dari guru yang membosankan dan menyedihkan karena semua guru mementingkan kelas 12 lebih dari apapun.
Saat berjalan ke arah parkiran, seseorang memanggilnya yang membuat Xenia dengan cepat melangkahkan kakinya agar cepat sampai di mobilnya.
"XENIA" Teriak orang tersebut, yang membuat Xenia dengan cepat melangkahkan kakinya.
Saat sudah sedikit lagi mencapai mobilnya, ia merasa tubuhnya ditarik kedalam pelukan yang menyesakkan dan menyedihkan.
"Xenia. Maaf. Aku minta maaf. Jangan lari. Aku minta maaf, sekali lagi maaf" Ucap orang tersebut dengan suara parau dan ngos-ngosan, karena mungkin lari tadi saat mengejar Xenia.
"Lepaskan" Ucap Xenia dengan singkat dan datar. Membuat orang yang memeluk Xenia dengan perlahan melepaskan pelukannya.
"Maaf Xenia. Aku minta maaf. Aku tau apa yang aku lakukan itu salah. Aku minta maaf" Ucap orang tersebut dengan memohon.
"Jangan muncul di hadapan gw lagi. Karena gw muak liat muka lo. Jangan muncul dimanapun saat disitu ada gw. Inget. Inget itu Alex" Ucap Xenia dengan suara yang tertahan, dan kemudian meninggalkan Alex yang terpaku dengan apa yang baru saja Xenia ucapkan.
'Lihatlah apa yang kau perbuat bodoh. Kau membuat perempuan yang kau sayang membencimu. Kau memang brengsek lex. Sangat brengsek' Batin Alex sambil menyugar rambut coklat indahnya dengan mata yang masih menatap mobil Xenia yang keluar dari gerbang sekolah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 03 : 00 dini hari. Namun, Xenia masih betah berada di dalam sebuah Club ternama yang berada di Jakarta. Suara dentuman musik, bau alkohol dan asap rokok yang menyeruak masuk ke dalam indera penciuman Xenia, sama sekali tidak menganggunya. Malahan, membuat Xenia merasa tenang dan nyaman.
Entah sampai kapan, semua hal yang dibenci Xenia saat itu, menjadi hal yang mampu membuay Xenia tenang. Dentuman musik, bau alkohol dan asap rokok, minuman yang biadab, dan orang-orang yang saling bercumbu di lantai dansa ataupun toilet.
Xenia hanya menikmatinya tanpa ada kata risih ataupun menjijikkan. Berdiri dari tempat duduk yang ia tempati tadi selama hampir 5 jam. Mengeluarkan uang beratus-ratus ribu dan menaruhnya di bawah gelas yang tadi ia minum. Dan pergi meninggalkan tempat tersebut dengan keadaan yang mabuk.
Beruntunglah ia jika sampai apartemennya dengan selamat, namun jika tidak, berarti nasihnya sedang buruk.
Sinar matahari yang menyengat terasa menyilaukan saat Xenia dengan perlahan membuka matanya, dan terkejut saat melihat kedua sahabatnya berdiri di hadapannya dengan tangan yang bersedekap di dada.
"Bangun"
"Bangun"
Ucap Cara dan Kris yang berbarengan, membuat Xenia dengan sigap menutup kedua telinganya.
"Lo ngapain pagi-pagi gini ada disini?" Tanya Xenia dengan tampang polosnya. Yang membuat Cara dan Kris geram dengan apa yang dilakukan Xenia pagi ini.
"Pagi. Pagi mbah lo. Liat tuh jam. Udah siang ini kebo" Ucap Cara dengan kesalnya.
Xenia dengan perlahan memutar kepalanya mencari jam di dinding, dan benar saja kata Cara. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 : 00 siang. Yang kemungkinan besar ia bolos hari ini.
"Trus bukannya kalian semua sekolah ya?" Tanya Xenia.
"Sekolah udah pulang dari tadi jam 10 : 00. Makanya kalau tidur jangan kebo" Ucap Kris dengan kesal yang kemudian keluar dari kamar Xenia.
"Gw tau lo abis dari klub, dan jangan tanya gw tau darimana. Karena bau lo udah ketara banget" Ucap Cara yang kemudian pergi meninggalkannya.
"Ahhhhhhh" Teriak Xenia yang tertahan oleh bantal. Kemudian bangun dan beranjak ke arah kamar mandi. Untuk membersihkan dirinya.
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top