Bab 20
"So real, sometimes it was fictional, yeah
So good, sometimes it was criminal
So happy without me, or are you just acting?
Either way is right"
----------------------------------------------
Pembagian raport kenaikan kelas sudah selesai. Seperti perjanjian, Xenia dan kawannya akan berlibur ke Paris. Mengingat terakhir kali Xenia kesana adalah 3 tahun yang lalu, itu pun karena photoshoot. Jadi, sekarang Xenia cukup senang karena dapat pergi lagi ke Paris.
Menyiapkan pakaiannya untuk dimasukkan dalam koper. 2 minggu mereka akan berada di Paris. Menikmati waktu liburan, sebelum memenatkan otak dengan kertas yang berisi soal-soal ujian dan segala macam tetek bengek lainnya.
Mulai dari pakaian, tas, alat make up, bahkan boneka pun Xenia bawa. Koper yang tadinya kosong menjadi susah untuk ditutup. Setelah selesai mempacking barang yang akan Xenia bawa ke Paris, ia beristirahat dan menatap apartemennya yang bersih. Meninggalkan apartemen ini untuk 2 minggu sangat berat.
Apartemen yang memberikan sejuta kenangan yang ia simpan. Mulai dari kenangan kebahagiaan maupun kenangan kesakitan. Mulai dari bentuk foto, barang, dan tulisan. Berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, 4 jam lagi adalah keberangkatannya ke bandara.
Setelah selesai bersiap, Xenia menatap jam dinding. 04 : 30 pagi, tersisa 3 jam setengah untuknya. Untuk sarapan, dan mengecek segala macam perabotan. Berjalan ke dapur, dan membuka kulkas. Namun, langkahnya terhenti saat mendengat bel apartemennya berbunyi.
Ting tong...
Ting tong...
Mengkerutkan dahi, dan melangkahkan kakinya ke pintu depan.
'sepertinya aku tidak menyuruh mereka untuk menjemputku...' pikir Xenia.
Membuka pintu apartemennya dan membeku. Berdiri seperti patung, sangatlah bukan Xenia. Namun, itulah yang Xenia lakukan. Mematung di depan pintu apartemennya.
Akward, itulah suasana yang mereka alami sekarang. Setelah menyuruh orang yang membuat Xenia mematung, suasana yang mereka alami sekarang akward. Sangat, sangat akward.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya tamu tersebut.
"Baik" Balas Xenia dengan singkat.
"Kau mau pergi?" Tanya tamu tersebut. Xenia hanya mengangguk.
"Kemana?" Tanyanya lagi.
"Menjenguk oma" Jawab Xenia. Berbohong bukanlah sifatnya, namun entah kenapa ia berbohong.
Tamu tersebut mengangguk, lalu beralih lagi menatap Xenia.
"Berapa lama?" Tanya tamu tersebut, lagi.
"2 minggu" Jawab Xenia, lalu beranjak menuju dapur.
"Kau berubah" Gumam tamu tersebut.
"Ini makanlah, aku membuatkannya. Maaf hanya ada itu di kulkasku" Ucap Xenia, sambil memberikan roti bakar dan susu coklat.
"Makasih, princess" Ucap tamu tersebut.
"Sure, Lex" Jawab Xenia dengan santai.
Ya, tamu tersebut adalah Alex. Alex menatap Xenia dengan tatapan sendu. Mengingat ini pertama kalinya mereka bertemu, setelah insiden Alex yang menembak Bella. Dan itu sekitar 5 bulan yang lalu.
Setiap ada celah untuk mereka bertemu, selalu saja ada yang menghindar ataupun sibuk dengan apa saja yang mereka lakukan. Dan, sekarang semuanya berubah.
Dari Xenia yang tidak memanggilnya dengan sebutan Prince, dari Alex yang lupa akan kegiatan mereka berdua setiap hari sabtu yaitu bermain basket bersama, dan akan mereka berdua yang tidak sadar bahwa mereka merindukan satu sama lain. Atau mungkin, hanya Xenia yang merindukan.
Hening, suasana sarapan mereka kali ini. Biasanya, canda tawa selalu terdengar di antara mereka berdua. Namun, mungkin keheninganlah yang sekarang mereka butuhkan.
"Apa yang kau lakukan di sini? Dan bagaimana kau tau alamat apartemenku?" Tanya Xenia. Kalimat terpanjang yang diberikan Xenia kali ini. Dan Alex, sangat bersyukur dapat mendengar kembali kalimat terpanjang dari Xenia.
"Aku kemarin ke rumah, dan bertanya ke Bella dimana kau. Lalu, Bella menjawab kalau kau di apartemen dan dia memberikan alamatnya." Ucap Alex sambil tersenyum.
"Kenapa Bella bisa tau alamat apartemenku?" Tanya Xenia.
"Entahlah" Ucap Alex, lalu mereka sama-sama melanjutkan sarapan.
"Aku merindukanmu" Ucap Alex. Entah karena merindu atau spontanitas karena perubahan Xenia.
Xenia terdiam, lalu mengalihkan pandangannya ke jam dinding.
"Aku harus pergi, pesawatku take off 2 jam lagi" Ucap Xenia tanpa menatap Alex sama sekali.
Nyeri, itu yang dirasakan Alex sekarang. Dan berpikir positif, jika nyeri itu karena Alex merindukan Xenia sebagai seorang sahabat. Namun, tidak ada yang tahu. Apa yang sebenarnya Alex rasakan. Merindu sebagai seorang sahabat, atau merindu sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang tau.
"Aku antar ok, princess?" Ucap Alex lalu mengambil alih koper Xenia.
Xenia langsung mengambil alih lagi kopernya. Dan berjalan keluar apartemennya, yang kemudian diikuti Alex.
"Tidak perlu, aku tidak ingin merepotkanmu. Lebih baik, kau pulang. Ini masih terlalu pagi" Ucap Xenia lalu mengunci pintu apartemennya.
"Tapi,aku ingin mengantarmu princess" Ucap Alex, dengan masih dibelakang Xenia.
Xenia mengabaikan Alex, lalu melangkah ke arah lift memencet tombolnya lalu menunggu. Pintu lift terbuka Xenia masuk ke dalam lift. Meninggalkan Alex, di depan pintu apartemennya.
Sebelum pintu lift tertutup, Xenia membalikkan badannya dan menatap Alex yang terdiam di depan pintu lift. Lalu, lift pun tertutup. Meninggalkan kata-kata yang sudah dirangkai belum terucap. Satu kata pun.
Bandara Soekarno - Hatta Jakarta.
Xenia melangkahkan kakinya menuju penerbangan ke luar negeri. Sesampainya, di gerbang penerbangannya. Xenia menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencari teman-temannya.
Terlihat Cara, Joe, Hafif, dan Stefan di ruang tunggu, memainkan handphonenya masing-masing. Xenia melangkahkan kakinya ke ruang tunggu tersebut dan menepuk bahu Stefan.
"Hai" Sapa Xenia dengan tersenyum. Senyum yang sangat lebar.
"Hai, lo terlambat" Ucap Stefan dengan membalas ucapan Xenia. Menarik tangan Xenia untuk duduk disampingnya.
"Gak, gw gak terlambat tau. Masih ada Kris, yang terlambatnya melebihi gw. Lagian, masih ada sisa waktu 1 jam lagi, bukan?" Ucap Xenia sambil menatap jam di handphonenya.
"Baiklah, gw kalah kalau debat ama cewe. Gak lo, gak Diane sama aja. Gw selalu kalah" Ucap Stefan, yang membuat Xenia tertawa terbahak. Tidak hanya Xenia. Joe, Hafif, dan Cara pun ikut tertawa geli.
"Cowo emang selalu salah" Ucap Joe dan Hafif berbarengan. Lalu, mereka tertawa geli bersamaan.
"Hai, guys. Sorry gw telat. Biasa macet" Ucap Kris dengan ngos-ngosan.
"Nyelow. Masih ada waktu 56 menit" Ucap Hafif.
"Teliti amat bang" Ucap Cara. Yang lainnya pun tertawa lagi. Orang-orang disekitar yang melihat ke-6 anak muda tersebut ikut tersenyum bahkan tertawa.
'semangat muda yang membara'
'anak muda'
'dasar anak muda' Pikir orang-orang sekitar.
"Penerbangan Garuda Indonesia dengan tujuan Paris, France silahkan masuk melalui pintu gerbang 4. Sekali lagi, Penerbangan Garuda Indonesia dengan tujuan Paris, France silahkan masuk melalui pintu gerbang 4. Terima kasih" ucap operator.
"Eh, penerbangan kita tuh. Ayo ke sana" Ucap Kris, yang kemudian diikuti Xenia, Cara, Joe, Hafif, dan Stefan.
Tanpa mereka sadari, seseorang menatap kepergian mereka dengan tatapan sendu.
'kamu bohong, kenapa?'
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top