Bab 19
"Things look different in the morning
That's when we find out who we are
Would you still hold me?
Without no makeup on my face
Without alcohol in your vase"
------------------------------------------------------
Perlombaan di Cariden High School, sangat meriah. Teriakan antar kelas yang menyoraki si pemenang dan si kalah. Tidak ada aksi berantem, hanya saling menyoraki dan musik yang menyala mengikuti setiap langkah perlombaan.
Tidak hanya perlombaan mengadu ketangkasan yang diadukan, namun kepintaran dalam sesuatu juga diadukan. Seperti saat ini kepintaran dalam melukis dan menyanyi diadu. Siapa yang menang, akan mendapatkan penghargaan.
"Capek ya?" Tanya seorang gadis, yang sedang duduk di pinggir lapangan.
"Gak juga, tapi terbayar dengan energi gw. Yang dapat mengalahkannya" Ucap seorang laki-laki dengan bangga yang berada disebelahnya.
"Gw baru tau kalau lo jago basket, Fan" Ucap teman seorang gadis yang berada di pinggir lapangan.
"He-eh" Ucap teman satunya lagi sambil mengangguk.
"Biasa aja, ah Car, Kris" Ucap seseorang yang dipanggil Fan.
Ya, keempat orang tersebut adalah Stefan, Cara, Kristina, dan Xenia. Mereka sedang duduk di pinggir lapangan melihat kelas lain yang sedang berlomba memenangi permainan basket tersebut, yang pemenangnya akan melawan kelas Stefan dan juga Xenia.
Kelas Stefan adalah pemenang dalam lomba basket melawan kelas Alex. Belum ada yang dapat mengalahkan Alex, entah karena Stefan yang jago atau karena Xenia yang menyemangatinya. Mungkin pilihan kedua yang lebih tepat.
"Kantin yuk, Joe ama Hafif ada di kantin" Ucap Kris kepada Cara, Xenia, dan Stefan. Mereka bertiga mengangguk mengiyakan ajakan Kristina.
Berdiri, dan melangkahkan kaki ke kantin. Di sepanjang lorong menuju kantin semua mata yang tadinya menatap lapangan berpindah menatap mereka ber-empat. Tatapan menganggumi, tatapan iri, tatapan menyombongkan, dan bermacam tatapan di berikan. Namun, mereka berempat hanya mengacuhkan tatapan tersebut.
Sesampainya di kantin, mereka mencari Joe dan Hafif. Joe dan Hafif melambaikan tangannya. Cara, Kris, Xenia, dan juga Stefan melangkahkan kakinya menuju meja yang ditempati Joe dan Hafif.
"Hai" Ucap Joe.
"Hai juga" Ucap Cara.
Xenia, Stefan, dan Cara hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu, mereka memesan makanan dan minuman.
"Gila Stef, lo keren banget mainnya tadi. Gw baru tau kalau Alex bisa dikalahin. Gw aja yang temennya sesama jago basket gak pernah bisa ngalahin tuh bocah. Lo jago bener" Ucap Joe. Entah itu pujian atau meremehkan tidak ada yang tau.
Stefan hanya membalas ucapan Joe dengan senyum yang sebenarnya terlihat datar.
"Oh iya, gw mau ngomong nih" Ucap Cara. Semua orang yang ada di meja menatap Cara, dengan tatapan penasaran.
"Apaan?" Tanya Hafif.
"Kan abis ngambil raport gw, Xenia, dan Kris mau ke Paris. Soalnya, kan kita naik kelas 12 pastinya sibuk ama yang namanya UN dan segala macam tetek bengeknya. Jadi, sebelum frustasi gimana kalau kita liburan ke Paris" Ucap Cara dengan semangat.
"Gw mah ayo aja. Siapa tau dapet bule sana." Ucap Joe dengan tertawa geli.
"Bodo Joe, bodo. Bodo amat" Ucap Cara dengan kesal.
"Oke aja gw mah" Ucap Hafif.
"Tapi kita gak ngajak, Alex?" Tanya Joe dengan pelan.
Cara menggeleng. Yang lainnya terdiam.
"Bukannya gak mau ngajak, tapi kalau kita ngajak Alex. Yang pertama Bella ikut, dan yang kedua kapan Xia move onnya." Ucap Kris dengan santai.
Semua orang tau.... Gak.... gak semua orang. Hanya Stefan, Cara, Kris, Joe, dan Hafif.Hanya mereka yang tau dibalik senyum indah seorang Xenia Deli, menyimpan begitu banyak sebuah kesakitan, sebuah rasa, dan sebuah pertanyaan yang hanya Xenia Deli yang tahu.
Mereka semua bertanya, kenapa hanya dipendam. Mereka tidak tau rasanya menjadi seorang Xenia Deli. Seorang yang tidak pernah bahkan tidak akan merasakan kasih sayang orang tua. Mereka tidak tau, atau mungkin mereka tidak mau tau.
Mereka hanya tau, Xenia Deli Watson seseorang yang memiliki segalanya. Hidup indah, kekayaan yang berlimpah, orang tua yang terlihat menyanyangi anaknya, dan kakak yang terlihat baik. Tidak ada yang tau, apa yang terjadi di keluarga Watson. Sebuah kesalah pahaman, yang sampai sekarang tidaj ada yang berniat untuk menyelesaikannya.
Stefan, yang melihat Xenia terdiam. Mencoba memegang tangan Xenia. Xenia yang melihat Stefan mencoba menggapai tangannya terdiam, Stefan berdiri sambil mengenggam tangan Xenia.
"Gw duluan ya, mau cari angin" Ucap Stefan sambil mengajak Xenia keluar.
Tanpa mereka sadari, seseorang menatap mereka. Lebih tepatnya, genggaman tangan diantara mereka berdua.
Keheningan yang menyeruak membuat mereka berdua merasa tenang. Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan. Hanya keheningan yang dibutuhkan.
"Jadi, lo mau ke Paris?" Tanya Stefan ke Xenia yang berada di sampingnya. Xenia yang mengangguk, mengiyakan pertanyaan Stefan.
"Tanpa Alex?" Lanjut Stefan lagi. Xenia mengangguk lagi.
"Kenapa" Ucap Stefan membuat Xenia menatapnya.
"Karena gw gak kenal dia." Ucap Xenia lalu mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Stefan terkejut mendengar ucapan Xenia.
"Maksud lo?" Tanya Stefan tidak mengerti.
"Lo pernah bilang ke gw, untuk jadi Xenia yang baru, yang tidak memiliki beban hidup, yang tidak memiliki dendam, yang tidak memiliki seorang kakak, dan yang tidak memiliki seseorang yang dia suka. Lo pernah bilang ke gw. Inget?" Ucap Xenia dengan suara seraknya.
"Gak.... Gw gak inget.... Yang gw inget, gw bilang ke lo buat jadi Xenia yang baru, lupakan segala sesuatu yang membuat lo gak hidup. Itu yang gw inget" Ucap Stefan dengan menatap Xenia.
"Ini gw, Xenia yang baru. Yang gak punya beban hidup" Ucap Xenia.
"Bukan... Ini buk-" Ucapan Stefan terpotong karena ucapan Xenia.
"Sehabis pengambilan raport lo ikut ke Paris, gw mau ketemu Diane." Ucap Xenia, yang lalu berlalu pergi. Meninggalkan Stefan dan kata-katanya.
'bukan... Ini bukan lo... Lo gak pernah menyakiti orang. Karena, gw tau lo selalu mau orang lain bahagia.'
Tanpa disadari mereka berdua. Pembicaraan mereka terdengar oleh seseorang. Seseorang yang akhirnya menyesal. Yang menyesal dengan apa yang telah dia perbuat. Dan dia tak tau, apa yang harus ia lakukan. Sekarang.
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top