BAB 1
“It Hurts, Because it Mattered”
--------------------
"Pagi princess..." Ucap seseorang saat seorang perempuan membuka pintu depan rumahnya.
"Pagi Al" ucap perempuan itu untuk membalas sapaannya sambil tersenyum. "Kok, pagi-pagi udah disini. Mau ngapain?" Lanjut perempuan itu.
"Hehehe, iya nih. Mau jemput kamu, sama cuci mata sekalian. Kakak kamu mana?" Jawab laki-laki yang berada di depannya.
"Ada kok, mau aku panggilin?" Balas perempuan itu.
"Ehhh... Ehh.. Gak usah, tapi titip salam aja ya." Jawab laki-laki itu dengan cepat, perempuan yang didepannya hanya mengangguk.
"Yaudah ayo, keburu siang. Takutnya gerbang sekolah ditutup lagi.'' Ucap laki-laki tadi. Perempuan yang didepannya hanya mengangguk.
Hai, namaku Xenia Deli Watson. Tapi, kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan Xia. Aku anak ke-2, dari 2 bersaudara. Kakakku bernama Annabelle Deli Watson. Aku dan kakakku hanya beda 10 menit. Walaupun beda 10 menit, pebedaan waktu itu yang membuat aku, terkadang berharap aku duluan yang lahir. Walaupun aku tau, aku gak bisa ngubah takdir.
Umurku 16 tahun, tapi aku sudah kelas 2 SMA. Aku bersekolah di Cariden High School, Jakarta. Ehmm, aku punya sahabat namanya Cara Angelica dan Kristina Penelope. Mereka sahabatku dari SMP. Kalau yang tadi jemput aku, dia Alex Thompson sahabat ku dari kecil. Rumah kita berdua hanya bersebrangan.
Aku dan Alex udah kaya perangko ama kertas. Gak bisa dipisahin. Aku sama dia cuma beda beberapa bulan aja, tapi dia lebih tua dari aku. Dan kalian tau, disetiap persahabatan antara cewek dan cowok. Gak mungkin kan murni persahabatan, pastinya ada diantara kita yang suka ataupun cinta.
Dan itu adalah aku. Ya, aku mencintai alex. Awalnya aku kira, aku hanya suka dengannya. Karena dia tampan, baik, pinter. Pokoknya disemua kriteria cowok idaman, dia ada semua. Tapi, dia gak tau dan gak akan pernah tau. Alex cinta sama Bella atau kalian kenal dengan Annabelle Deli Watson. Ya, dia kakakku. Awalnya, aku pikir dia cuma bercanda. Tapi, aku tau saat dia mengatakan itu. Dia serius dan gak main-main.
Well, aku hanya berharap. Kalau aku dapat mengubur perasaan ini. 5 tahun aku memendam perasaan ini, dan aku mecoba untuk menguburnya. Tapi, aku tau dan tak akan pernah bisa aku menguburnya.
"Ngelamun aja, ngelamunin apa sih?" Tanya lelaki yang ada di sampingku.
"Gak...gak ngelamunin apa-apa kok." Jawabku.
"Bener... Kok dari tadi aku ajak ngobrol, gak nyaut. Gak usah bohong deh?'' Tanya laki-laki yang ada disampingku ini.
''Bener... Al. Ngapain coba aku bohong. Gak ada gunanya juga.'' Jawabku. Ya, laki-laki yang ada disampingku ini sekarang adalah Alex.
''Ya udah iya, percaya deh ama princess'' Jawab Alex.
Princess adalah panggilan dia untukku, walaupun hanya panggilan. Tapi, bisa buat aku bahagia. Sangat bahagia malah.
''Udah nyampe. Ya udah yuk turun.'' Ajak Alex. Aku hanya mengangguk.
''XIAAAA.....'' Panggil salah satu sahabatku, disaat kaki kananku baru saja masuk kedalam kelas.
''What?" Jawabku.
"Liat pr mtk, dong?" Mintanya dengan puppy eyesnya.
“Emangnya lo belom? Ngapain aja sih dirumah emangnya. Gak ngapa-ngapainkan lo. Diem aja, santai di rumahkan?"Jawab dan tanyaku ke sahabatku ini.
"Belom... Lagian siapa bilang gw gak ngapa-ngapain. Gw tidur, makan, minum, mandi, nonton tv, ti..." Jawabnya namu sebelum dia berceramah layaknya pak ustad dan bu ustad aku potong aja ceramahannya.
“Bodo amat ah... Nih kalo mau liat. Ribet banget sih" Omelku ke dia sambil memberikan buku tulis matematika.
"Car..." Panggilku ke cara, sahabatku yang barusan malak buku tulis mtk ku.
''Hmmm'' Jawab cara.
“Kristina mana.... Kok gak keliatan'' Tanyaku ke cara.
''Tau... Mati kali..'' Jawab dia asal, kok ngeselin ya.
''Kalau ngomong dijaga, njir. Temen lo itu bego'' Jawabku sambil menoyor kepalanya.
"Lah...lagian mana aku tau. Kan dari semalam aku gak on line. Gmn sih U?" Jawabnya sambil menggerutu.
"Oohhh... Iya..." Jawabku sambil cengengesan.
Akhirnya, aku terdiam. Membiarkan Cara mengerjakan pr matemtikanya dan aku yang merenungi nasib sialku ini. Kenapa harus punya perasaan jika tidak bisa tersalurkan. Kenapa harus punya cinta jika memang tidak terbalaskan.
Apa aku harus mengutarakan rasa ini pada Alex, dan mendapatkan respon tawaan lucu darinya karena aku yang tahu jika rasa suka dan cintanya hanya untuk kakakku seorang.
Atau aku menyimpan dan menutupi rasa ini sampai entah kapan? Tapi yang pasti, ikatan persahabatan ini akan terjalin selamanya.
Aduhhh, aku jadi kenapa mellow bingung gini sih. Kenapa gak semudah seperti quotes di instagram atau kata-kata bijaksana di twitter. Kenapa gak semudah saran Cara dan Kristina yang meminta aku untuk mengungkapkan rasa terpendam ini.
AHH I HATE HAVE THIS FEELING.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top