Valentine Edition : That Wish

Ini fic one shot spesial (Ai x Reader). Rasanya sayang dilewatin kalau tidak dibuat one shot momen beginian /lah.

Masih di setting tempat yang sama tetapi tidak ada kaitan dengan konflik utama FTS. Happy reading.

Sepertinya kota Asvagarde tidak mengenal hari Valentine. Walaupun aku menghuni di dalam menara yang menjulang tinggi, aku tetap membekali diriku dengan tumpukan buku. Hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Tidak ada yang menjual cokelat sama sekali, menyedihkan.

"Arggh, kenapa tidak ada sih,"gerutuku mengelilingi pasar hampir tiga kali dan hasilnya nihil.

Tomoya menepuk bahuku. "Memangnya harus cokelat? Tidak ada yang tahu juga soal hari itu. Lagipula biaya impor cokelat agak mahal, jadi tidak ada pedagang yang berani membeli."

Aku merosotkan bahuku dengan kecewa. Tapi kalau dipikir-pikir, Ai mungkin juga tidak suka makanan manis.

Hanya saja aku berminat membuatnya, kali pertama aku berhasil keluar dari zona tragedi yang membelenggu nyawa hampir seumur hidupku.

Akhirnya, aku pun meninggalkan pasar dengan kecewa.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Lapangan yang kugunakan untuk berlatih juga sangatlah ramai dipergunakan pasukan yang dipimpin oleh Syo. Akhirnya, aku memilih duduk di lorong yang menyediakan bangku panjang.

Kudengar langkah yang memenuhi indra pendengaranmu melalui decitan pantofel hitam itu -- Mikaze Ai.

"Kenapa kau hanya diam termenung begitu?"

Aku memeluk lututku dalam diam. Besok aku tidak bisa memberikannya apa-apa. Aku selalu menerima banyak hal darinya. Melihatnya saja sudah membuatku merasa sedih.

"Bukan apa-apa!"aku beranjak dari kursi meninggalkannya.

Aku bertekad untuk mencari jalan yang bisa kulakukan. Mulai dari dapur istana.

Dan nyatanya ...

"Maaf, nona tidak bisa masuk ke dalam,"ujar seorang chef yang menenteng sendok sayur menghalangi pintu dapur.

Aku memberenggut kesal. "Hanya sekali saja. Masa tidak boleh?"

Chef itu menggeleng. "Tidak bisa, nona. Nasib dapur adalah urusan kami. Kalau ingin dimasakkan sesuatu, beritahu Mikaze-sama lebih dulu."

Kalau memberitahunya sama saja bohong!

Aku akhirnya berbalik badan dengan lunglai. Tidak ada yang bisa kulakukan.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Malam hari tidak membuatku ingin berada dalam posisi tidak terjaga. Aku memilih berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu. Berdasar sinar rembulan yang terpantul, aku menemukan eksistensi Ai.

"Ai?"panggilku menghampirinya yang duduk di bangku lorong menghadap langit.

Langit malam memang sangat cantik bertaburkan bintang yang tidak terhitung jumlahnya. Aku memilih duduk di sampingnya.

"Apa kau percaya bintang jatuh?"tanya Ai masih berkutat memandang langit.

Aku mengangguk. "Aku percaya sebab menemui bintang jatuh mengabulkan permintaanku."

Ia menolehku. "Apa yang dia kabulkan?"

Walaupun dia banyak bertanya, aku tidak keberatan untuk menjawab. Menghabiskan malam valentine untuk berbicara dengannya adalah sesuatu di luar dugaanku.

Aku menempelkan jemariku yang kini saling bertemu. "Menemuimu adalah sebuah jawaban dari bintang jatuh,"

Walaupun aku juga yakin Tuhan ikut campur di dalamnya.

Ia menyahut jawabanku, "Tapi bukankah kau keluar dengan kedua kakimu sendiri?"

Aku mengangguk sebab argumen miliknya tidaklah salah. "Memang, tapi aku berharap dan aku bisa keluar karena kesempatan."

Ai tidak lagi menolehku kemudian berdiri. "Kau ingin melihat bintang jatuh sekali lagi?"

Kesempatan langka itu tentu saja tidak ingin kulewatkan. Mataku berbinar-binar karena ajakannya. "Tentu! Aku mau!"

"Kalau begitu ikutlah aku," Ai berjalan lebih dulu.

Aku menyusul di belakangnya. Menyusuri hamparan rumput hijau yang sunyi. Walaupun sebenarnya menara yang kuhuni di bulan seperti ini sedang didera musim dingin yang menusuk, situasinya kini berbeda. Kota ini hangat dengan iklim tropis yang hanya memiliki musim kemarau dan penghujan.

Kami menelusuri jalan yang semakin banyak bebatuan. Entah ke mana arah yang Ai tunjukkan, aku ikut saja. Ai lebih dulu menuruni puncak bebatuan kemudian menolehku.

"Berpeganglah."

Aku menatap jemarinya yang terulur menyambutku. Aku jadi sedikit khawatir soal berat badanku yang meningkat.

Tapi Ai tidak melontarkan keluhan apapun, ucapan sinis, dan lain halnya yang biasanya sudah kebal menancap di hati.


Akhirnya kami tiba di sebuah stepa -- rerumputan dengan sedikit pepohonan yang terhampar luas. Begitu luas terlihat bintang berseri-seri menyambut kami. Di dalam istana terlihat minim yang terlihat berkedip-kedip.

Aku memilih berbaring yang ternyata dilakukan oleh Ai juga. Belum ada tanda-tanda bintang akan jatuh. Jika tidak ada, aku juga tidak menyesal. Menikmati malam yang menenangkan. Bunyi jangkrik yang mengiringi malam hadir di antara kami.

Muncul setitik bintang yang mendarat entah ke mana, aku pun langsung terbangun mengatupkan jemariku.

Aku tahu Ai menatapku di saat aku memejamkan sepasang manik milikku. Dia tidak berucap sepatah kata pun. Dia mungkin tidak percaya tapi masih berminat membawaku ke sini.

Setelah aku selesai meminta permohonan, Ai ternyata telah memejamkan mata juga, melakukan hal yang sama denganku.

Aku penasaran akan permohonannya.

Sepasang manik biru toska miliknya mulai terlihat dan terfokus menatapku. "Tadi, kau memohon apa?"

Kurasa wajahku memanas ketika dia bertanya seperti itu. "Ra-rahasia!"

Mana mungkin aku berani memberitahu kalau aku memohon untuk bisa selalu di sisinya, mengharapkan semua yang terjadi kepadanya akan berjalan dengan baik.

Kami sering berada dalam zona-diam-sunyi-senyap. Aku mulai terbiasa. Aku mulai menikmati suasana yang akhirnya mulai tertanam ketika kami hanya berdua, sampai akhirnya aku merasakan tindihan berat.

Ai yang kini memejamkan mata berbaring di pangkuanku. Panik, aku memegang kedua pipiku yang memanas.

"Biarkan aku tertidur untuk sementara."

Ucapan miliknya selalu titah. Aku menatapnya bingung. Pangkuanku tidak seempuk bantal king size miliknya. Aku berharap dia nyaman bersamaku.

Malam itu, aku mengucap harapan di tempat berbeda sejak terakhir kali di dalam menara. Kalau ke depannya aku akan bisa melihat bintang jatuh sekali lagi, aku ingin melihat lagi dengannya. Saat itu aku akan mengutarakan permohonanku.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Hari valentine pun tiba.

Ternyata memang benar kata Tomochika, hari ini tidak ada efek sama sekali bagi kalangan remaja. Apa boleh buat, aku menerima saja.

Aku kembali berlatih di tengah matahari yang terik bersama Syo.

"Sudah mulai bagus, celah yang kau tunjukkan mulai menyempit,"ungkap Syo menodongkan rapier yang kutepis dengan double sword milikku.

Aku senang karena pertahananku semakin membaik.

Akhirnya kami sama-sama kelelahan dan memilih berteduh di lorong istana. Dengan nafas terengah-engah, aku mengambil botol air mineral. Syo mengambil sapu tangan, mengelap peluh keringatnya.

Ai memang sering berjalan-jalan di sekitar lorong. Aku akan selalu menangkap eksistensinya, yang selalu kunantikan.

Tapi kini dia sedikit berbeda dengan membawa sebuah kotak menghampiriku.

"Bagaimana latihannya, Syo?"

Syo memasang bentuk penghormatan -- berdiri tegap kemudian membungkukkan badan, "Dia sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, Mikaze-sama. Kau bisa selalu mengandalkanku!"

Ai mengangguk yakin kemudian membuka kotak putih yang sedari tadi membuatku penasaran. Beberapa buah stroberi tergeletak di dalamnya. Diambilnya satu dan tercomot di bibirku.


"Untuk yang semalam, terima kasih,"

Aku terpaku sambil melahap stroberi dengan susah payah. Bukan karena dia memberiku secara spontan, tetapi karena mengatakan semalam membuat wajahku memanas.

"Apaan yang semalam?"Syo menganga.

"E-eto..,"ungkapku sedikit gugup. Bukan apa-apa, aku hanya meminjamkan pangkuanku dan melihat bintang bersama tetapi mengutarakannya tidak semudah mengucap di dalam hati.

"Rahasia."ucapnya berbalik badan meninggalkan lorong.

Syo mulai merengek meminta jawaban rahasia yang Ai maksudkan, tetapi tatapanku terfokus ke arah pria bersurai biru toska itu. Sebuah rahasia yang hanya kami ketahui.

Mungkin aku bisa meyakini bahwa ucapannya maju selangkah dari permohonanku semalam.

The end •

A/N : Maaf kalau ini kurang ngefeels yah :")
Mumpung sudah bisa memasukkan gambar ke dalam teks, aku ingin menggunakannya untuk menekankan suasana /plak.

Untuk gambar yang kutampilkan, tetap fan art based credits (c) to its owner.

Sampai jumpa di part 6 lalalala~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top