Ch 19

Masih ingat gak cerita ini? gak inget ya udah baca ulang lagi sana, gih.

Setelah baca wajib vote dan komen. Keduanya wajib, gak boleh salah satu.

.

.

.

"Tinggalkan Yibo dan anakku sekarang juga."

Xiao Zhan memundurkan tubuhnya setelah mendengar bisikan dari wanita berambut pirang itu. dia tidak terkejut, sama sekali tidak. Dari kesan pertama mendengar suara wanita itu di telepon, pasti sudah menduga ketika bertemu, ada kesan tidak baik.

Tapi, tunggu. Bukankah tadi Elizabeth bisa menggunakan bahasa Mandarin? Bagaimana bisa? Selama ini saat berkomunikasi dengan Yibo saja selalu memakai Inggris, tapi kenapa dia begitu lancar menggunakan bahasanya ini?

"Mom?"

Baik Xiao Zhan dan Elizabeth tersentak kaget dan langsung sadar bahwa di sana juga tidak hanya mereka berdua, tapi juga ada anak kecil yang tidak boleh mendengar mereka berdebat.

"Harry, my love...."

"Mom, You can Speak Chinese?" Harry kembali bertanya karena masih juga tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

Sebelum menunduk, wanita itu memandang sinis pada pria yang berdiri menatapnya itu, kemudian Elizabeth menyeringai padanya.

"Tentu saja, Nak."

"Woaahhh! Harry kira Mom tidak ingin belajar bahasa Mandarin."

"Bagaimana tidak? Bukankah ayahmu orang sini?" Ia lalu memeluk Harry dengan kencang dan hampir mengangkat tubuh kecil bocah 10 tahun itu.

"Mom kangen sekali sama Harry."

"Harry juga." Balas Harry sambil terus memeluk ibu kandungnya. Tapi seperti tersadar akan sesuatu, anak itu pun melepaskan pelukan tersebut dan memandang Xiao Zhan yang sejak tadi berdiri kaku sambil menatap mereka berdua.

Anak itu langsung merasa bersalah. Tentu saja, Harry kini sudah mulai tahu kalau posisi Xiao Zhan sekarang sangat canggung. Pria itu selama ini telah menggantikan peran seorang ibu baginya. Sekarang ibu kandungnya datang, bagaimana dengan Mama Zhan-nya itu?

"Mama..."

Xiao Zhan kaget saat tangan kecil Harry mulai menggenggam tangannya. Ia segera menundukkan kepalanya untuk melihat wajah anak dari kekasihnya itu. sangat jelas terlihat bila anak itu merasa khawatir padanya.

Dengan terpaksa, pria manis itu akhirnya tersenyum kaku dan menghela napas untuk melegakan dadanya yang sedari tadi merasa sesak.

"Ah, benar. Entah apa yang kau gunakan untuk membuat anakku merasa dekat denganmu. Tapi –"

"Mom, jangan kasar dengannya. Dia Mama Harry juga, kekasih Papa. Jangan marahi dia."

Xiao Zhan kembali kaget saat anak itu langsung memeluk pinggangnya dengan kencang. Ia juga tidak bisa menolak meski masih ada rasa canggung karena sedari tadi Elizabeth menatap tidak suka atas perlakukan sang putra terhadapnya.

"Astaga...sungguh menggelikan." Gumamnya lirih, tapi Xiao Zhan dapat mendengar itu. berharap saja jika Harry tidak mendengar gumaman ibunya itu.

"Yibo mana?" Tanyanya pada Xiao Zhan. Tidak ada kesan ramah dari nada bicaranya, membuat pria manis itu harus menahan emosinya.

"Masih tidur. Semalam...dia mabuk."

"Apa dia gila? Bagaimana mabuk saat di rumahnya ada anaknya sendiri?"

Pria manis itu hendak menahan wanita tersebut, tapi terlanjut sekarang Elizabeth telah berjalan cepat ke arah kamar mantan suaminya itu dengan sebelumnya melempar tas dan barang bawaan lainnya ke sofa ruang tengah.

"Ma, apa Mom mau marahin Papa?"

Pria 30 tahun itu langsung melihat ke arah Harry dan tersenyum sambil membelai rambutnya. "Tidak."

Tapi dirinya juga penasaran, apa yang akan wanita itu lakukan pada kekasihnya? Sudah jadi mantan isteri, tentu dia tidak memiliki hak untuk memarahi Yibo, bukan?

Didorong rasa penasaran, Xiao Zhan berniat untuk menyusul wanita itu, "Harry mau lihat ke kamar Papa?"

Anak itu mengangguk dan setelah itu segera pria manis itu menggandeng tangan Harry dan berjalan bersama untuk menyusul Elizabeth yang sekarang terdengar sedang memarahi Yibo.

"Oh my God, Yibo! Bagaimana bisa kau mabuk di saat anakmu berada di rumah? Kau melanggar janji!"

Xiao Zhan ingin berlari dan menarik wanita itu saat dengan kerasnya memukul punggung Yibo dan menarik selimutnya dengan kasar. Ia semakin marah, saat Elizabeth mulai menarik tangan Yibo yang masih terpejam.

Ia pun melepaskan tangan Harry dan berlari masuk ke kamar untuk menghentikan tindakan kasar wanita tersebut.

"Hentikan. Yibo masih hang over. Bagaimana bisa kau bertindak seperti itu?"

Pria itu menatap sang kekasih yang masih terlihat lemas dan pucat. Entah berapa botol baiju yang ia tenggak, Xiao Zhan ingin memperingatkan nanti setelah kekasihnya itu sadar agar jangan minum terlalu banyak alkohol lagi.

"Diam kau! Aku yang sudah hidup selama 10 tahun dengannya sangat kesal karena dia selalu melanggar janjinya untuk tidak minum hingga terlihat Harry. Tapi kali ini...dasar pria brengsek."

Elizabeth kembali memukul punggung Yibo dan kembali menarik tangan pria itu, tapi Xiao Zhan langsung menghentikannya karena ikut marah dengan apa yang tadi diucapkan janda beranak satu itu.

"Itu bukan berarti kau memukulnya. Dia bukan lagi suamimu. Dia sekarang kekasihku."

"What?!" Elizabeth langsung tertawa mendengar itu dan melepaskan tangannya pada tubuh mantan suaminya itu.

Dia biarkan saja Xiao Zhan memapah Yibo keluar dari kamar dan Harry langsung berlari untuk ikut memapah ayahnya meski itu sebenarnya tidak memberi pengaruh apapun. Lalu mereka mendudukkan Yibo di atas kursi makan yang sekarang sudah terhidang sup penghilang mabuk.

"Kau menyediakan sop touge untuknya?"

Ternyata wanita itu telah ada di ruang makan sambil berkacak pinggang. Sementara sekarang Yibo masih lemas dengan meletakkan kepalanya pada meja. Mungkin kepalanya masih berat.

"Ya. Sup touge bisa meringankan rasa mabuk."

"...dan teh hijau?" wanita yang seumuran dengan Xiao Zhan itu mendengkus dan malah mencari sesuatu di lemari dapur. Ternyata ia mencari teh biasa.

"Ada madu?" Tanyanya pada Xiao Zhan, pria itu mengangguk dan mengambil setoples madu dari lemari dapur bagian atas.

Xiao Zhan heran saat madu itu dimasukkan ke gelas yang berisi teh oleh Elizabeth. Apa itu untuk dirinya sendiri?

Setelah beberapa menit, Elizabrth kembali ke ruang makan dan memandangnya serta Harry. Anak itu sedari tadi diam karena tidak tahu harus berbuat apa saat ibu kandung yang sudah tidak ia temui 10 bulan, kini datang dan mulai keributan pada pagi hari.

"Singkirkan teh hijau itu. Yibo akan langsung sadar saat meminum teh madu ini."

"Benarkah?"

Elizabeth tidak menjawab, ia mendekat ke arah Yibo dan langsung menegakkan tubuhnya. Sebentar, Yibo mulai menolak dan mungkin sudah sadar akan keberadaan mantan isterinya itu meski kedua matanya masih tertutup.

Tangan mantan istrinya beberapa kali ditampik, tapi karena tenaganya yang masih lemah, membuat Elizabeth berhasil menguasainya pria itu dan mendongakkan wajahnya untuk bisa ia beri teh yang dibuatnya.

"Minum, Yibo. Kau tidak malu mabuk berat seperti ini di depan anakmu? Mau kau ajari sifat buruk pada Harry?"

Yibo hanya menggeram dan terpaksan meminum teh tersebut dengan sesekali mengaduh karena air panas tersebut mengenai bibirnya.

Xiao Zhan melihat itu semua, ia lalu memandang gelas yang berisi teh hijau yang tadi ia buat dengan gamang.

Ya, benar. Elizabeth tinggal lebih lama dengan Yibo dari pada dirinya. Tentu saja tahu apa-apa saja kebiasaan pria itu. meski sudah pisah pun, Elizabrth tidak mungkin langsung melupakan kebiasaan sang mantan suami begitu saja.

Memikirkan itu, dirinya mulai gelisah dan takut. Dirinya seperti orang asing sekarang di rumah ini.

Ternyata, minuman itu berhasil menyadarkan Yibo. Pria itu sudah membuka mata dan sedikit kaget saat yang ia lihat pertama kali adalah Elizabeth sedang memegangi lehernya.

"Sadar juga kau..."

"Lizbeth?"

"Pagi mantan suami. Hebat ya, mabuk berat di depan Harry." Ucapnya sambil menyeringai.

"Sial." Yibo mengucapkannya lirih, dan ia merasa lebih sial lagi saat melihat Xiao Zhan, yang sekarang sudah menjadi kekasihnya menatap nanar dengan masih memegang cangkir berwarna putih.

Bagaimana tidak merasa sial, sekarang Yibo melihat kedua mata Xiao Zhan terlihat sendu dan sedikit berkaca-kaca. Apa yang Elizabeth lakukan pada pria yang dicintainya itu?

******

"Bi, tolong bawa Harry jalan-jalan dulu, ya setelah nanti pulang sekolah."

Wanita paruh baya itu menerima kotak bekal dan tremos minum milik Harry dari Xiao Zhan. Ia memandang heran pada majikannya yang satu ini. Padahal biasanya juga Harry dijemput oleh pria itu. Tapi kenapa sekarang berkata demikian?

"Ada apa, Tuan."

"Ehmm...kondisi Papanya sedang tidak sehat. Mungkin, Harry harus menjauh dulu. Bibi mengerti, kan?"

Ia tidak tahu apa yang terjadi sebelum ia berangkat karena suasana keluarga ini tidak seperti biasanya.

Tuan besarnya itu terlihat kurang sehat memang, pantas tidak bekerja. Tapi entah kenapa Harry juga ikutan lesu. Sementara Xiao Zhan itu enggan menjelaskan apapun.

"Baik. Saya usahakan."

"Ini saya tiripkan uang bila Harry ingin makan di luar atau pergi ke tempat lain. Gunakan taksi saja, jangan bus. Mengerti, kan, Bi?"

Bibi Zhou hanya mengangguk dan menerima uang yang disodorkannya. Ia segera berbalik untuk mengajak Harry berangkat sekolah. Anak itu sedari tadi diam di atas sofa sambil menonton kartun. Tapi pandangannya jelas sekali kosong.

Ketika tangannya ditarik oleh sang bibi pengasuh untuk berjalan keluar, anak itu hanya diam dan menurut. Tidak ada kata yang terucap lagi hingga mereka berdua benar-benar keluar dari apartemen.

Xiao Zhan menghela napas. Harry terlihat sekali trauma setelah tadi mendengar ayah dan ibunya yang baru bertemu, bertengkar tepat di hadapannya.

Ia ingin mengutuk Yibo dan mantan isterinya itu karena tidak bisa mengendalikan emosinya dan berakhir bertengkar hebat.

Ia juga sempat menyesal karena tidak berinisiarif membawa Harry pergi dari rumah saat kejadian itu dimulai. Dasar mereka, orang dewasa yang sama sekali tidak dewasa karena kembali menyulut emosi seorang anak kecil yang tumbuh di tengah-tengah perceraian orang tuanya.

Sekarang, Yibo sedang berdiam diri di kamar, mungkin menyesali tindakannya tadi pagi. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, Harry sudah menyaksikan seluruh pertengkaran kedua orang tuanya hingga pengusiran Yibo terhadap Elizabeth.

Sempat Harry ketakutan dan menangis, tapi Xiao Zhan berhasil menenangkannya dan mencoba mendistraksi fokusnya dengan membawanya ke kamar dan mengganti pakaian untuk siap-siap ke sekolah.

"Yibo..."

"Zhan, maafkan aku. Elizabeth pasti mengancammu, kan?"

"Itu bukan masalah." Xiao Zhan masuk ke dalam kamar. Kini, kekasihnya itu sedang menghadap ke layar laptop, tapi ia yakin jika Yibo tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang dia kerjakan.

"Aku tidak menyangka kalau Elizabeth kembali membahas hak asuh Harry."

"Dia terlihat bingung tadi. Harry juga sempat bertanya padaku, jika ia akan dibawa ke Amerika oleh ibunya atau tidak."

Mendengar itu, Yibo mendorong anakan rambutnya ke belakang dan menghela napas frustasi. Kini, ketakutan selama ini atas kedatangan sang mantan isteri benar-benar terjadi. Wanita itu sedang mencari celah kesalahannya dan ingin merebut hal asuh Harry secara hukum.

"Aku terlalu bodoh. Memang, aku berjanji untuk tidak mabuk di hadapan Harry. Tapi bukan berarti wanita itu terlihat lebih baik." Yibo mencoba menahan amarahnya, matanya juga memerah dan berulang kali mendorong rambutnya ke belakang.

"Dia bahkan terang-terangan berselingkuh dengan pria lain di depan Harry. Dengan bangganya mengenalkan pria itu pada Harry sebagai pacarnya."

Xiao Zhan membelai punggung sang kekasih, mencoba memberikan ketenangan untuk pria itu karena sekarang Yibo seperti gunung berapi yang siap menyemburkan laharnya kapan saja.

"Kau telah berusaha menjadi ayah yang baik. Aku tahu, Yibo."

"Meski begitu, Elizabeth masih terus mencari kesalahanku agar bisa melaporkannya pada departemen anak di sana dan mendapat hak asuh."

Ia sudah tidak tahan lagi. melihat kekasihnya terlihat sangat terpuruk, membuatnya ingin merengkuhnya. Xiao Zhan pun naik ke ranjang dan segera memeluk kekasihnya itu dengan erat sambil terus menepuk-nepuk punggungnya pelan, berharap dengan perlakuan ini, Yibo bisa tenang.

"Zhan."

"Hm?"

"Jangan dengarkan apa yang dikatakan wanita itu. Perusahaanku tidak ada kaitannya dengan keluarga Lizbeth. Semua hutangku pada mereka telah dibayar."

"Sudah lah." Ia melepaskan pelukannya itu dan memandang wajah Yibo. Senyuman manis, ia tunjukkan pada kekasihnya itu. Yibo sangat berantakan sekarang, ia tidak ingin dirinya ikut sedih hingga menambah pikirannya lagi.

"Semua akan baik-baik saja. Harry akan terus bersama kita. Tidak ada yang bisa menghancurkan kebahagianmu dan Harry, meski orang itu adalah Elizabeth."

Tiba-tiba, Xiao Zhan kaget saat Yibo mencium pipinya dengan lembut. Ia lalu menoleh dan pria 29 tahun itu tersenyum lebar.

"Kau tahu, Zhan? Saat situasi seperti ini yang kusyukuri adalah dirimu yang ada disampingku."

Mendengar ucapan klise tersebut, refleks membuat Xiao Zhan mendengkus tapi menunduk malu dengan wajahnya yang tiba-tiba memanas.

"Dasar rayuan murahan."

"Tapi itu memang benar, Zhan. Terimakasih karena kau sudah sangat mengerti diriku dan menerimaku serta Harry."

Xiao Zhan tidak tahu harus membalas apa perkataan Yibo itu. Jadi, dia hanya tersenyum dan kembali memeluk Yibo lebih erat. Dia juga tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya ini. begitu pun dengan Harry.

Mereka berdua sudah merupakan bagian darinya yang jika dipisahkan, mungkin Xiao Zhan langsung merasa hidup jauh lebih hampa.

"Tetaplah di sini...bersamaku, bersama Harry."

"Hm. Aku berjanji."

*****

Dua hari sejak insiden pengusirannya oleh Yibo, sebenarnya Elizabeth begitu kesal hingga ingin menerobos lagi ke rumah mantan suaminya itu dan membawa Harry pergi dari sana.

Tapi itu sungguh tindakan konyol, karena dia akan lebih mudah membawa Harry jika menunggunya di gerbang sekolah saat jam pulang.

Bodohnya dua orang pria yang di mabuk asmara itu, sudah tahu kemungkinan besar dirinya akan membawa lari anak itu, baik Xiao Zhan atau Yibo tidak menjemput Harry dan malah mempercayakannya pada wanita tua yang dibayar sebagai pengasuh.

Tentu wanita itu tidak berdaya ketika melawannya. Karena sekarang bibi itu berlari pulang, sementara dirinya sedang tersenyum senang sambil menunggu Harry keluar dari kelasnya. Dan itulah anaknya sedang berjalan lesu menuju pintu gerbang utama.

"Siang, Harry."

"Mom?"

Beberapa siswa di sana menatapnya karena mungkin baru melihat wanita tinggi berambut pirang berdiri di depan sekolahnya. Tidak terkecuali dengan beberapa orang tua yang menjemput anaknya tak luput menatapnya aneh.

Anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang seharusnya menjemputnya.

"Mencari bibi pengasuhmu?"

Harry mengangguk.

"Ayolah, nak. Mom ke sini tidak lama. Tidakkah kau merindukanku? "

"Papa bilang, aku kalau ikut Mommy kalau dapat ijin darinya." Harry ingat, sejak ayah dan ibunya bertengkar dua hari lalu, sepulang sekolah Harry dinasehati demikian.

Ia tidak tahu kenapa. Tapi mungkin karena sang ayah takut dirinya dibawa ibu kandungnya ke Amerika tanpa sepengetahuan Yibo.

"Harry, aku ini ibu kandungmu. Orang yang melahirkanmu. Bagaimana kau tidak mempercayai ibumu sendiri?"

Harry sedikit takut saat ibunya memegang kedua bahunya dengan cukup erat. Ia merasa kali ini tidak aman dan masih berharap jika bibi Zhou datang dan menolongnya.

"Aku mau pulang ke rumah Papa..."

Elizabeth menghela napas keras. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa pada anaknya itu untuk menurut dan mengikutinya.

"Harry, Xiao Zhan itu bukan seorang 'Mama untukmu. Dia hanya pria gay yang akan mengambil Papamu. Nanti, jika mereka menikah, kau akan dibuang."

"Mama Zhan bukan orang seperti itu!" belanya. Ia tidak ingin ibu kandungnya menjelek-jelekkan Xiao Zhan yang begitu baik padanya.

"Kau masih anak-anak. Mana tahu. Sekarang dia baik karena ingin menguasai Papamu. Coba ingat-ingat, pasti Papamu pernah memarahimu gara-gara Xiao Zhan, bukan?"

Harry diam, tapi dalam otaknya menuruti perintah sang ibu untuk mengingat-ingat hal itu. ah, ya benar. Dia pernah dikurung di kamar gara-gara memergoki ayahnya berciuman dengan Mama Zhan-nya.

Tapi Harry memaafkan ayahnya. Itu bukan hal yang harus disalahkan. Papanya waktu itu sedang dalam keadaan stres, begitu kata Paman Haikuan, jadi Harry memaklumi hal itu.

"Harry...Harry...dengan Mommy." Anak itu dipaksa menghadap padanya dengan menahan kedua bahu kecil itu. Harry dengan wajah tidak suka, berkhir menatap ibu kandungnya dengan enggan.

"Mereka akan membuangmu. Pasangan sesama lelaki, tidak bisa menjaga anak dengan baik. Kau belum 18 tahun, tidak bisa berbuat semuanya sendirian. Mereka tidak akan membantumu di masa depan nanti."

"Benarkah? Tapi Mama Zhan baik. Dia lebih baik darimu dalam menjagaku."

"Kau sedang membandingkan ibu kandungmu dengan pria gay itu?" Elizabeth mendengkus. Ia sungguh tidak tahu bagaimana Xiao Zhan mampu menguasai hati putranya hingga sangat peduli dengan pria itu.

"Mom, sudahlah. Harry mau pulang dan makan. Ajak aku ketika sudah dapat izin Papa."

Tapi sepertinya Elizabeth tidak mendengarkan ucapan anaknya itu, karena setelah beberapa menit ada mobil yang berhenti di depan mereka dan keluarlah seorang pria yang sangat Harry kenali.

"Paman Wenhan?"

Tapi pria itu tidak menjawab dan malah mengangkat Harry dengan cepat ke dalam mobil. Anak itu belum sempat berteriak karena Wenhan membisikkan sesuatu entah apa sementara Elizabeth sedang berbicara dengan satpam yang melihatnya curiga.

Entah bagaimana negosiasinya, wanita itu kembali masuk ke dalam mobil dan tersenyum pada Harry. Setelahnya, mobil tersebut melaju dengan Wenhan yang jadi sopirnya.

"Kalian menculikku?"

"Mana ada orang tua yang menculikmu, Harry? Mommy hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."

Tapi Harry curiga jika malam ini ia tidak bisa kembali ke rumah ayahnya. Seketika dia menyesal karena menuruti perintah Yibo yang waktu itu menyuruhnya mengembalikan ponsel pemberian Haikuan padanya.

Tbc

Gimana sih? Kok drama banget gila! Cringe gak? Kalau cringe dan menye-menye, bilang ya sobat. Biar gak sinetron banget. Entar kayak ikatan cinta, Yibo jadi mas Aldebaran lagi, kan gak banget XD (saya gak nonton, ya. Tapi baby sitter ponakanku ben hari cerita jadi aku tahu njer jalan ceritanya T.T)

Dah lah. Minta vote dan komen banyak, kawan. Karena masih butuh dukungan, jangan siders entar saya fire kan bahaya XD

Akhir kata,

Arigatchu~ :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top