Ch 18

Sesuai janji kemarin, aku pengin update, jadi update. Kalian yang masih suka siders, tinggal pilih, mau baca di pdf dan bayar, atau baca gratis di sini tapi doyan vote dan komen? Keputusan ada di tangan kalian yaaa!

Masih ingat dengan jalan ceritanya, kan? Kalau lupa, bisa buka chapter sebelumnya. Sori kalau ada typo(s). Gak diedit soalnya.

.

.

.

"Apa Papa seorang alien?"

Yibo yang sedang membaca laporan hasil rapat tadi pagi langsung menaikkan sebelah alisnya, setelah mendengar ucapan sang anak.

Ayah mudah itu langsung mengalihkan wajahnya dari layar laptop untuk menatap sang putra yang kini sedang berdiri menatap dengan kedua mata kelabu polosnya.

"Kalau Papa alien, berarti kau anak alien."

"Benarkah?" bukannya merasa sedih, anak itu langsung bersorak kegirangan. "Akhirnya aku bisa keluar angkasa dan bertemu Captain Marvel."

Lalu Harry langsung berlari menuju dapur dan mengatakan bahwa dirinya alien pada bibi pengasuhnya. Sementara Yibo hanya menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka jika anaknya begitu imajinatif yang umurnya hampir menginjak 11 tahun.

"Pantas saja Papa jelek sekali. Syukurlah meski aku anak alien, ada Mama yang begitu cantik hingga aku bisa tampan."

Harry kembali lagi berdiri di sebelah Yibo dan tertawa sangat keras seperti mengejek sang ayah. Yibo yang merasa kesal karena anaknya tidak pernah memujinya, langsung menerkamnya.

"Alien akan memakan anaknya sebelum umur 11 tahun. Maka, akan aku makan anakku sekarang –RAWRRR!"

Anak berpipi merah itu tidak bisa kabur karena gerakan Yibo cepat dan tangannya yang begitu lebar pada tubuh Harry yang mungil. Jadi, pria kecil itu hanya meronta sementara Yibo menggelitiki perut sang anak dengan mulutnya, seakan-akan sedang menyantap tubuh itu.

"MAMA ZHAN, TOLONG! HARRY DIMAKAN PAPA ALIEN!"

Tepat saat itu, pria manis yang sekarang sudah 30 tahun itu pulang. Ia baru saja meninggalkan cafenya dan menyerahkan sisanya pada Yubin.

Sekarang sudah pukul 8 malam. Harry akan merajuk jika dirinya belum pulang karena harus menemaninya tidur pada pukul 10 nanti.

"Ada apa ini ribut sekali?" Xiao Zhan melihat ruang tengah yang cukup berantakan dengan bantal sofa berserakan di karpet, serta kertas laporan kantor Yibo berserakan di meja kaca tersebut.

Belum lagi Harry yang kini sedang tidur terlentang pada pengkuan Yibo sambil meronta-ronta.

"Mama, Papa ternyata seorang alien, lhoh!"

"Benarkah?" Tanyanya sambil tersenyum. Ia tidak tahu lagi, Harry selalu saja menuduh ayahnya yang tidak-tidak.

3 hari yang lalu juga Harry menuduh Yibo sebagai Carlos, teman Scott Lang di film Ant Mant yang usahanya bangkrut.

Yibo langsung berteriak karena disamakan dengan Carlos yang bodoh itu. Hah, Xiao Zhan harus mencoba mengurangi waktu menonton film anaknya itu. Harry terlalu sering menonton film dari Marvel dan terus berulang.

Akibatnya, setiap hari ada saja yang diimajinasikan dan Yibo adalah korbannya. Kemarin satu vas bunga pecah karena Yibo dan Harry bermain pedang Star Wars tanpa henti. Kini, dirinya sudah benar-benar mengurus 2 orang anak.

"Mama harus hati-hati saat tidur dengannya. Nanti Papa bisa memasukkan cairan hijau pada tubuh Mama."

"Oh. Tentu saja. Setiap hari Papa masuk pada tubuh Mama –"

"YIBO!"

Sialan memang Yibo, tahu sendiri jika anaknya itu rasa penasarannya tinggi, malah berkata-kata ambigu seperti itu. Ia sangat kesal saat Yibo tidak pernah menyaring perkataannya. Padahal sudah jadi ayah, anaknya hampir tumbuh remaja. Tapi polahnya masih seperti anak-anak!

"Tuh! Benar, kan? Papa pasti masukin sesuatu ke Mama!"

"Iya benar Harry...benar sekali." Yibo menjawab dengan lantang, lalu disusul dengan suara ketawa keras sambil melirik Xiao Zhan yang sudah mendelik tajam padanya.

Pria manis itupun akhirnya menarik Harry dan menunduk untuk menanyakan sesuatu, "Harry sudah makan?"

"Sudah. Tadi bibi yang buat makan malam."

"Pintar. Sekarang, sikat gigi dan buat PRmu. Besok Senin, sudah harus sekolah lagi."

Anak itu menjawabnya dengan gerutuan tidak jelas, membuat Xiao Zhan tersenyum karena bocah tersebut telah membalikkan tubuhnya menuju ke kamar mandi, melaksanakan perintah sang 'Mama'.

"Belum selesai kerjaannya?" Ia menoleh pada sang kekasih yang masih menatap layar laptop meskipun sudah memakai baju santai rumahan.

"Hanya membaca hasil rapat tadi pagi."

"Aneh sekali, hari Minggu saja masih terus bekerja."

Yibo menarik tangan Xiao Zhan hingga pria itu ikut duduk di karpet bersebelahan dengan Yibo.

Pria bertangan besar itu mengusap pipi lembutnya dan tersenyum, "ini aku lakukan untukmu dan juga Harry."

"Ck." Xiao Zhan langsung menyingkirkan tangan Yibo dari pipinya dengan pelan, ia langsung memasang wajah cemberut. "Tapi tidak ada waktu istirahat. Cobalah jangan menunda rapat atau kerjaan lagi. sehingga waktu libur bisa digunakan untuk bersantai."

"Iya...Iya...sayang."

"Oh, iya." Tiba-tiba Xiao Zhan ingat akan suatu hal yang membuatnya cukup khawatir beberapa hari belakangan, "ibunya Harry, jadi ke sini besok?"

Senyum di wajah pria beranak satu itu langsung memudar, digantikan dengan helaan napas berat setelah mendengar ucapan kekasihnya itu.

"Ya. Mungkin akan sampai besok tengah malam."

"Harry sudah tahu?"

Yibo menggeleng, "belum. Lagi pula Carol juga sudah aku larang untuk menemuinya lagi. jadi, kemungkinan besar Harry belum tahu."

"Beritahu sekarang."

"Baiklah."

Kini, Xiao Zhan yang menyentuh pipi Yibo dan membelainya, melihat kekasihnya yang sedih karena merasa takut Harry akan dibawa mantan isterinya, membuat dirinya juga dirundung rasa sedih dan juga takut.

"Kau tenang saja, Elizabeth mungkin saja hanya ingin menemui Harry, tidak bermaksud membawanya."

"Aku tahu otak liciknya, Zhan. Dia tidak mungkin terbang ke sini tanpa alasan."

Wanita itu tidak pernah memberi tahu alasan aslinya mau berkunjung ke negara ini. membuat Yibo setiap harinya harus menebak-nebak apa rencana mantan istrinya tersebut. Sungguh semua ini membuat dirinya lelah.

"Ah, iya, Zhan."

"Apa?" Xiao Zhan menaikkan sebelah alisnya dengan memandang Yibo heran karena menatapnya begitu serius. "Ada apa?"

"Elizabeth ingin aku yang menjemputnya di bandara. Apa kau...keberatan?"

Dengan senyum tenang, pria manis itu menggenggam tangan besar Yibo, "tidak apa. Dia hanya mengenalmu di sini. Jadi wajar saja kalau dia menginginkanmu untuk menjemputnya."

"Padahal ada Carol juga. Kenapa tidak menyuruh adiknya itu?"

"Carol baru 1 bulan di Beijing. Mana hapal dia dengan jalan-jalanan di sini."

Yibo mencoba menatap sang kekasih sekali lagi untuk meyakinkan, "kau yakin? Tidak keberatan sama sekali?"

Ia menggeleng,"tidak. Aku juga tidak keberatan kalau ibunya Harry ingin bertemu denganku. Pasti dia sudah mendengar tentangku, bukan?"

Yibo adalah lelaki beruntung karena bisa mendapatkan Xiao Zhan yang begitu dewasa dan pengertian. Ia sempat ragu mau meminta ijinnya untuk menjemput sang mantan isteri. Tapi, ternyata tanggapannya sangat positif dari pria manis itu.

"Aku berjanji, Zhan, setelah mengantarkannya ke apartemen Carol, aku langsung pulang."

"Iya...iya...aku mengerti."

*****

Harry turun dari taksi setelah Xiao Zhan, anak itu terlihat ceria sejak bangun tidur karena hari ini adalah kedatangan ibu kandungnya ke China untuk pertama kalinya. Sudah 10 bulan ia tidak berhubungan dengan ibunya, tentu sangat senang.

Xiao Zhan pun ikut tersenyum mengetahui anaknya begitu cerah pada pagi hari ini. bahkan tadi sarapannya habis tidak bersisa –tidak seperti biasanya. Apapun yang menjadi alasan Harry senang, dirinya juga ikut senang, batin pria 30 tahun itu. Meski tahu, kedatangan Elizabeth juga masih dipertanyakan.

"Berarti nanti Mommy sampai ke sini nanti malam?"

"Karena Mommy nya Harry mengambil penerbangan Minggu siang, kemungkinan nanti malam atau subuh besok."

Pria kecil itu tersenyum lebar, membuat pipi bulat kemerahannya bertambah merah karena senyumannya itu.

"Aku tidak sabar ketemu Mommy."

Tidak bisa menanggapi apapun kecuali dengan senyuman, Xiao Zhan mengusap kepala Harry dengan penuh sayang. Dalam hati ia berdoa agar ibu dari anak itu tidak membawanya ke Negeri Paman Sam.

Tidak hanya Yibo saja yang mungkin bersedih jika Harry pergi, dirinya juga. 3 bulan ini, ia telah terbiasa dengan kesehariannya mengelola cafe dan merawat Harry yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Masuk lah. Nanti yang jemput bibi, ya? Maafkan Mama, karena akan ada pelanggan yang merayakan ulang tahun di cafe. Jadi Mama harus stay di sana."

"Tidak apa, Ma. Nanti Harry pulang sama bibi. Jadi aman."

"Baiklah."

Sebelum pergi, pria manis itu menunduk dan mencium kedua pipi bulat bocah 10 tahun itu. Setelahnya, Harry langsung berlari menuju ke dalam sekolah sambil sesekali melambaikan tangan ke arahnya.

Ya, dirinya harus siap mulai saat ini. Harus lebih dewasa dan berharap agar mantan isteri kekasihnya itu tidak berbuat macam-macam kepada Harry ataupun Yibo. Dia menyayangi mereka berdua. Bagaimana bisa ia melihat keduanya tersakiti meski wanita tersebut ada ikatan darah dengan Harry dan pernah menikah dengan Yibo.

Ia segera merogoh saku mantelnya dan mengambil ponselnya untuk menelpon sang kekasih, ia sungguh penasaran, apakah Elizabeth akan datang nanti malam?

"Ya, Zhan?"

"Ibunya Harry datang kapan?"

"Dia bilang pukul 11 malam kemungkinan pulangnya."

Xiao Zhan tidak langsung menjawab, ia sebenarnya masih tidak rela bila wanita itu sebentar lagi akan menapak di negeri ini.

"Aku tidak pulang malam ini, Zhan. Lebih baik aku menunggunya di kantor."

Hati Xiao Zhan mencelos mendengar hal ini. "Kenapa?"

"Aku....aku takut nanti kita bertengkar dan dia memaksaku langsung menemui Harry. Aku juga tidak ingin Harry nanti ikut menjemputnya."

Yibo ini sudah tahu watak mantan isterinya. 10 tahun berumah tangga dengannya, tentu kekasihnya itu cukup mengenal bagaimana perangai Elizabeth. Xiao Zhan harus berpikir positif bahwa semua tindakan Yibo itu, adalah sikap preventif agar tidak menjalar pada masalah lebih besar lagi.

"Aku mengerti."

"Jaga Harry di rumah. Kalau bisa, suruh dia tidur dan jangan beritahu kalau aku menjemput ibunya dia."

"Ya."

"I love you, Zhan."

"Love you, too."

Setelah itu, sambungan telepon itu putus. Mungkin sekarang kekasihnya itu sedang banyak pikiran. Masih berusaha mencari tahu juga maksud kedatangan Elizabeth ke sini. Percuma saja menanyakannya ke Carol.

Wanita 22 tahun itu, kata Yibo sangat bungkam dan bertindak tidak sopan hingga berujung pertengkaran dengan pria itu.

Yibo yang memang pria pendiam dan malas berdebat, memilih langsung menjauh dari mantan adik iparnya itu dan sekarang pasrah sambil menunggu Elizabeth datang.

"Semoga semuanya baik-baik saja."

****

Ini bukan mimpi, sekarang Yibo telah melihat wanita yang sudah 10 bulan ini tidak ia temui, sekarang sedang berjalan bak model menuju ke arahnya.

Selama itu ia tidak melihat Elizabeth, terlihat sehat-sehat saja dia. Tidak ada beban apapun padahal sudah berpisah lama dengan putera kandungnya.

Dari barang bawaannya yang terdiri dari 2 koper besar dan 1 tas jinjing, Yibo yakin bahwa wanita itu tidak berniat meninggalkan Beijing dalam waktu dekat. Ia langsung mengeluh karena setiap harinya akan terganggu atas kehadiran wanita itu.

"Hi! Thanks for coming."

Yibo hanya menatapnya bosan, merasa melihat kemunafikan pada senyum di wajah wanita berambut pirang itu.

"Kau tidak ingin memelukku?" Tanyanya. "10 bulan tidak bertemu, tidakkah kau rindu denganku ini? kukira kau dulu tergila-gila padaku."

Dari pada menjawab ucapan Elizabeth, Yibo lebih memilih mendorong troli yang berisi tas dan kopernya. Ia tidak terima dengan ucapan wanita itu yang membuatnya seperti orang bodoh.

Tergila-gila?

Ya, dulu. Yibo berusaha mencintainya karena harus menjadi ayah dari jabang bayi yang dikandungnya. Setelah memberikan sepenuh hati untuknya, malah dikhianati sebegitu rupa. Mengingat itu, dirinya sangat ingin menghajar Elizabeth dan pacarnya itu.

"Hei, aku tinggal di apartemenmu, ya?"

"Tidak. Aku antar kau ke apartemen Carol."

"Aku ingin bertemu Harry."

"Besok saja. Sekarang anak itu sedang tidur."

"Dengan kekasih Gaymu itu?"

Yibo langsung menghentikan laju trolinya secara tiba-tiba hingga Elizabeth yang sedari tadi berlarian kecil, mengaduh karena dahinya menabrak bahu pria itu.

"Kau tidak perlu tahu tentangnya. Dia lebih baik dalam merawat Harry dari pada kau."

Kini, mereka sudah ada di depan parkiran Bandara. Dengan bantuan para kurir, semua barang-barang wanita itu sudah langsung masuk ke bagasi mobil Yibo.

Pria itu juga masuk ke mobilnya tanpa mempersilakan Elizabeth untuk masuk. Ia tahu kalau wanita itu sangat peka dan dirinya tidak akan memperlakukannya dengan manis. Jadi, ibu muda itu langsung masuk dengan wajah cemberut.

"Aku heran, kenapa sejak kita bercerai, kau lebih memilih lelaki? Kau kira mudah, apa membesarkan anak dengan lingkungan homomu bersama pria itu?"

"Setidaknya dia mampu menempatkan diri dengan mudah bersama Harry."

" −dan menggantikanku menjadi ibunya? Jangan konyol, Yibo. Kau sungguh gila."

Yibo memijat pelipisnya dan bernapas berat, jelas sekali bila dirinya sedang menahan amarah atas semua ucapan yang dilontarkan oleh mantan isterinya itu. Ternyata, memiliki otak cerdas seperti Elizabeth, tanpa dibarengi etika, akan mewujudkan manusia mengesalkan sepertinya.

"Bisa diam? Aku sedang menyetir. Jangan memulai pertengkaran ini."

"Memang kenapa?" Lalu wanita 30 tahu itu, mendengkus mengejek, "berhentilah main rumah-rumahan dengan pacar gaymu itu. Harry bukan sebuah boneka, Yibo."

Tepat saat itu, ada mobil yang menghalanginya hingga Yibo langsung melampiaskan amarahnya dengan memukul klakson begitu keras dan Elizabeth sempat mengumpat karena kaget.

"Turun. Carol ada di lantai 8 nomor 806. Aku tidak akan mengantarmu sampai atas."

"Terus barang-barangku?" Wanita itu melihat keluar, jalanan begitu sepi karena sudah hampir jam 1 pagi dini hari. Hanya beberapa mobil yang lewat dan itu juga sangat berjarak. Kenapa adiknya harus memilih apartemen pinggir kota, bukan berada di tengah kota saja?

"Kau bisa meminta bantuan penjaga di depan apartemen ini." Yibo keluar dari mobilnya dan langsung membuka bagasi untuk mengeluarkan semua barang bawaan mantan isterinya itu.

"Kau tahu, Yibo? Kau jahat sekali meninggalkan wanita yang adalah mantan isterimu, sendirian di depan apartemen yang sepi." Teriaknya dari dalam mobil dengan keadaan pintu yang sudah terbuka.

"Jika aku jahat, kau biadab, Lizbeth karena berani berselingkuh di depan anakmu sendiri."

"Bajingan –"

"Diam mulutmu itu atau aku tidak akan pernah mengizinkanmu bertemu dengan Harry."

Elizabeth langsung membanting pintu mobil mantan suaminya itu dan setelahnya langsung mobil itu melaju kencang tanpa peduli lagi dengan teriakan Elizabeth.

*****

"Yibo, kau tidak akan berangkat kerja?"

Pukul 3 pagi buta, Yibo pulang dengan keadaan mulutnya yang bau alkohol. Untungnya Yibo sadar bahwa menyetir dalam keadaan mabuk berbahaya, jadi mobilnya ia taruh di kantor dan pulang dengan taksi.

Xiao Zhan yang melihat kekasihnya terlihat kacau itu, langsung menebak bahwa pertemuannya dengan Elizabeth tidak berlangsung baik.

Ia tidak berani bertanya dulu. Jadi, setelah pulang, ia hanya menggantikan baju Yibo dan sedikit membasuh wajahnya dengan air hangat. Tidak lupa pula, dirinya menyuruh Yibo untuk minum air hangat banyak-banyak agar hangover nya cepat pulih.

"Aku masih pusing." Jawabnya dengan suara teredam bantal.

"Setidaknya sarapan dulu. Aku sudah membuatkanmu sup dan teh hijau untuk mengurangi rasa mabukmu." Sahut pria manis itu dari depan pintu kamar Yibo.

"Nanti saja."

Baiklah. Biarkan saja Yibo tidur lagi. mungkin memang semalam bukan hal bagus yang ia temui hingga terlihat sangat frustasi.

"Papa, kenapa, Ma?" Xiao Zhan tersentak kaget saat ada suara kecil di belakang tubuhnya. Saat berbalik, Harry sudah ada di belakangnya, telah berpakaian rapi tapi rambut masih belum tersisir.

"Semalam dia mabuk."

"Kebiasaan." Harry menghela napas keras dan berjalan menuju ruang makan, tidak heran lagi dengan tingkah ayahnya itu.

"Harry sarapan, dulu, ya. Papa katanya tidak berangkat ke kantor."

"Dia itu sudah sering seperti itu, Ma. Bahkan bir di kulkas stoknya lebih banyak dari jus untukku. Dasar pria tua itu."

"Ssst...tidak sopan mengatakan hal itu pada ayahmu, Harry. Papa mungkin sedang ada masalah."

Harry tidak menjawabnya dan lebih memilih memakan sup yang telah disediakan di mejanya. Ia sudah terbiasa melihat Papanya mabuk seperti itu. Sebelum ada Xiao Zhan, Harry selalu dititipkan ke apartemen Paman Haikuan kalau ayahnya itu sudah mabuk berat.

Entah ada masalah atau tidak, ayahnya itu memang suka minum-minum. Menyebalkan sekali. Harry ingin kalau sudah dewasa, tidak mau seperti ayahnya yang suka minum meski sedang stres sekalipun.

Saat mereka berdua sedang menikmati sarapan dengan tenang, bel apartemen berbunyi, dan pria itu segera berdiri setelah minum.

"Itu pasti bibi. Kau teruskan saja sarapannya."

"Uhm."

Tidak biasanya Bibi Chou berangkat sepagi ini. Sejak yang mengantar Harry ke sekolah adalah dirinya, memang wanita akhir 40 tahunan itu lebih memilih berangkat setelah pukul 10 pagi.

"Iya sebentar."

Pintu terbuka, tapi bukannya wajah wanita paruh baya yang ia lihat, tapi seorang wanita dengan pakaian glamor berwana pastel yang dipadu dengan mantel tebal, yang ada di depan pintu ini.

Ia berambut pirang dan ketika wanita tersebut membuka kacamata hitamnya, terlihat warna mata itu tidak asing, seperti warna mata milik anaknya, Harry.

"Oh, Hi! Nihao?"

"Ni-nihao." Xiao Zhan sedikit menunduk. Dan dalam pikirannya, ia langsung tahu siapa wanita yang ada di depannya itu.

"MOMMY?!"

Xiao Zhan langsung menoleh ke belakang, mendapati Harry membulatkan kedua mata yang mirip dengan wanita pirang itu. ia berteriak keras dan langsung berlari saat sang wanita merentangkan kedua tangannya.

"HARRY! Mommy is heree, baby!"

Harry dipeluk dengan begitu erat hingga sedikit terangkat oleh wanita itu.

Melihat pertemuan reuni tersebut, Xiao Zhan merasa terasingkan, ia mundur dan tidak tahu harus berbuat apa di sana, sementara dalam hatinya ada rasa iri ketika Harry memeluk ibunya dengan sangat erat. Ia belum pernah dipeluk Harry seperti itu.

"I miss you so much..."

"Me too...me too..." Selanjutnya, Elizabeth mencium keseluruhan wajah anaknya. Meskipun Yibo berkata jika Elizabeth sudah tidak peduli lagi dengan Harry, tapi kini terlihat bahwa wanita itu benar-benar merindukan anaknya dari caranya ia mencium Harry.

Xiao Zhan tidak begitu mengerti apa yang diucapkan antara pasangan ibu dan anak itu. dirinya tidak begitu fasih berbahasa Inggris, mungkin dasarnya masih bisa, tapi tidak ketika berbicara.

"Is He Xiao Zhan?"

Mendengar namanya disebut, pria itu segera menoleh dan membungkuk sedikit untuk mengiyakan.

"You know him, mom?"

"Tentu saja."

Baik Harry dan Xiao Zhan terkejut saat Elizabeth menjawab dengan bahasa Mandarin. Setahu Harry, ibunya itu tidak berminat dengan bahasa Mandarin. Bahkan ia dulu menolak ikut les privat bahasa Mandarin bersama Harry di rumahnya dulu.

"Oh, ya, sekarang Mommy sudah bisa bahasa Mandarin Harry. Jadi, pria ini bisa berbicara dengan Mommy."

"Mom, dia...Mamaku juga."

Mendengar penuturan Harry, Elizabeth tertawa, ia mulai masuk ke dalam apartemen dan langsung menutup pintunya.

"Apa? Mama? Harry, kau sudah dibodohi oleh Papamu."

Harry tidak mengerti ucapan ibunya itu, "maksud Mommy?"

Bukannya menjawab, Elizabeth malah menatap tajam Xiao Zhan, sementara pria itu merasa tidak merasakan hawa menyenangkan, karena tahu, wanita ini akan mengatakan sesuatu yang buruk padanya.

"Kau mengincar harta Yibo, bukan? Asal kau tahu, 40% saham perusahaan Yibo, milik ayahku. Jika kami tidak menyuntik dana lagi, Yibo bisa jatuh miskin dan apartemen mahal ini tidak mungkin bisa terbeli."

"Apa...maksudmu?"

"Aku masih meminta dengan sopan." Elizabeth mulai mendekati pria bergigi kelinci itu, namun Xiao Zhan malah mundur, sedikit terganggu oleh aura intimidasi dari wanita di depannya, "tinggalkan Yibo dan anakku sekarang juga."

Tbc

A/N : syukur banget telur dinosaurusnya udah pecah. Tujuan elizabeth datang memang ingin merusak segalanya biar hidup Yibo nggak enak-enak amat. Ya, kasihan dong, ya Elizabeth, gak dapet jatah di ff ini. dia kan mau kujadiin tokoh antagonis favorit author XD

Yaudah, sekarang minta vote dan komen banyak agar bisa update cepet.

Arigatchu~ :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top