bab 4 : meet and meat

FAVOMPIRE.

"kalian masih ospek?"

bian mengalihkan pandangannya dari televisi yang sedang ia tonton. seorang perempuan menjulang tinggi dengan celana pendek yang menampakkan kaki jenjangnya datang dengan sepiring cookies dan segelas susu.

"yang lain udah, tinggal masa bimbingan jurusan. gak tau kapan mulainya."

edelwish atau yang biasa dipanggil dengan kak wisha mengangguk dan duduk di sebelah jihan yang sedang sibuk dengan laptopnya. "tapi besok udah mulai pembelajarannya?"

"udah," jawab bian. "takut banget gue, kak."

wisha tertawa dengan segigit cookies yang masih terkunyah. "santai aja, awal-awal yang penting bisa dikenal dosen dulu aja biar seterusnya gampang."

tidak lama aruna dan  joyya menyapa dari arah pintu masuk. setelah melepas sepatu dan menaruh ke rak, keduanya bergabung bersama para gadis yang sedang duduk santai di sofa tidak jauh dari televisi. mereka adalah para gadis yang juga tinggal di kos khusus putri milik wisha. kos ini hanya bisa menampung enam orang termasuk wisha. tiap kamar ditempati satu orang saja.

"kok tumben baru pulang?" tanya wisha kepada aruna dan joyya yang baru hadir. "tau ah, dosen gak jelasss." joyya melempar totebagnya sembarangan, wajahnya mengerut. "masa kasih tugas dadakan dan harus dikumpul jam lima, kak. mana ga dateng dan baru dateng pas waktunya batas kumpulin tugasnya."

"capek banget hari ini," sambung aruna. gadis itu menyandar pada sofa. "kalian gimana kuliahnya? udah ngerasa capek?"

"capek ospek doang, kak." jihan menjawab, matanya tetap setia pada layar laptop. kemudian ketika teringat sesuatu, jihan langsung mengabaikan laptopnya. "bian udah ada yang deketin masa, kak. enak ya jadi orang cantik."

"eeeeh dideketin siapa?!"

"inget bangun, rin?" tanya wisha dengan sedikit sarkas kepada gadis yang baru saja bergabung. valerin atau pendeknya dipanggil erin hanya cengengesan dan duduk di lantai setelah menyomot cookies yang tersisa satu. "lo juga cakep, jihan. jangan insecure gitu, ah. nanti ada suatu saatnya pangeran lo hadir. tenang aja."

kalimat erin seakan tak terdengar. jihan fokus menghadapi tangan jahil bian beserta pelototan dari gadis itu. "udah gue bilang jangan cerita," ujar bian tanpa suara. jihan tertawa kecil sambil menahan tangan bian untuk berhenti menggelitikinya. "maaf, bi, ahahahaha."

"dideketin siapa?" pertanyaan wisha secara inti mampu menghentikan tangan bian yang masih jahil. "temen sekelompok waktu ospek fakultas, kak," jawab bian.

"tapi asli deh, belum tau bener atau engga. takut kepedean doang." bian melanjutkan dengan cepat, matanya masih menatap jihan seakan mengatakan, "elo sih. kan belum valid juga."

"namanya siapa? lo udah followan instagram belum?" tanya joyya. 

bian mengatakan sudah sehingga keempat gadis yang lebih tua langsung menyerbunya, meminta menunjukkan wajah dari sosok yang diduga mendekati bian. komentar ganteng ya, gebet balik aja, seakan hanya menjadi angin bagi bian. ia bukan tipe yang memikirkan percintaan dalam hidupnya.

"bian, inget kata kak wisha, ya. jangan sembarangan nerima ajakan cowok."

"iyaaa, kak wishaa."

"jangan mau diajak ke rumahnya."

"iyaaa."

"jangan sampai terperangkap."

final wisha sebelum pada akhirnya pamit ke dapur untuk menaruh piring dan gelas kotor. erin, aruna, dan joyya saling tatap-tatapan. mengerti apa arti 'terperangkap' yang wisha maksud. sementara bian dan jihan menganggap bahwa anggota kos tertua itu hanya memberi petuah biasa pada umumnya.













______________________________________

pukul delapan malam, bian berjalan sendirian dengan setelan tidurnya  yang dibalut dengan cardigan rajut. sama seperti anak kos pada umumnya, bian juga malas masak dan memilih untuk membeli jadi saja. nasi goreng pinggir jalan yang terletak tidak jauh hanya butuh jalan sedikit keluar gang menjadi pilihan bian. tadinya jihan ingin menemani, tapi bian mengatakan bahwa ia ingin sendiri saja seraya menikmati angin malam yang segar. 

setelah sampai dan memesan empat bungkus nasi goreng serta dua porsi mie goreng, bian mengatakan kepada abang nasi gorengnya bahwa ia ingin ke tip-top untuk membeli beberapa camilan dan susu kotak. jaraknya tidak terlalu jauh, hanya saja sedikit terasa pegal. tidak ada indomei dekat-dekat sini, maka tak ada pilihan lain selain tip-top yang cukup besar dan luas.

begitu masuk, udara dingin dari ac langsung menyambut, menerpa kulit putihnya. tanpa ragu, kakinya langsung melangkah ke rak-rak yang ia tuju. setelah mengambil beberapa camilan yang ia suka, bian segera ke lemari pendingin untuk mengambil sekotak susu dan minuman bersoda.

saat mau ke kasir, bian melihat seorang lelaki dengan topi hitam dan masker hitam yang hampir menutupi seluruh bagian wajahnya, kecuali mata. dari matanya terlihat tidak asing. ditambah lelaki itu menatap balik bian seakan ikut terkejut.

"juan?"

"bian?" balas lelaki itu dengan suara sangat pelan, nyaris tak terdengar. 

"bener juan, kan?" tanya bian sekali lagi ingin memastikan. juan tak tahan untuk berpura-pura menjadi asing. apalagi ini pertama kalinya lagi bertemu setelah masa ospek fakultas selesai seminggu yang lalu. juan menurunkan sedikit maskernya. "iya, gue juan."

"lo beli pisau? sama daging?" 

"eh?" juan kaget dengan pertanyaan gadis di hadapannya. tangannya secara refleks disembunyikan ke belakang. "ah ... itu," gugup juan.

"mau masak? keren banget masak sendiri." 

"oh, iya, bi. buat makan malem. kakak gue yang masak."

bian maju dan menaruh belanjaannya di meja kasir. menunda untuk menjawab juan karena sudah gilirannya untuk membayar. setelah selesai, bian menunggu di pinggir tak jauh dari kasir. menunggu juan selesai membayar.

"rumah lo arah mana?" tanya juan, keduanya berjalan beriringan. bian menoleh dengan sedikit mendongak. "ke kanan, masuk gang mentari. cuma gue mau ambil pesenan nasgor dulu, sih."

"yuk, gue temenin."

"hah? yakin lo?" tanya bian terkejut. "rumah lo arah mana? kejauhan gak?"

"rumah gue daerah kantor pos."

"ih ke kiri dong? gak usah, lah. lo jadi muter-muter. gue sendirian aja gapapa."

gue mah tinggal lari secepat kilat, bi. 

"gapapa," balas juan. lelaki itu rupanya sedikit keras kepala. tanpa mendengarkan tolakan bian, juan tetap jalan lebih depan dari bian.















______________________________________

"sumpah, sorry banget ngerepotin lo. makasih, ya."

"lah, kan gue yang mau. santai aja."

"ih! nyebelin ya lo! kan gue ga enakan."

juan tertawa melihat wajah marah gadis itu. mereka sudah sampai depan gerbang hitam kos yang ditempati bian. "iya, sama-sama. gue bercanda doang. jangan cemberut."

"bian, sama siapa lo?"

bukan hanya bian yang menoleh ke asal suara, tapi juan juga. suara itu dari kos sebelah khusus putra. tampak alkais di dekat tempat sampah besar, sepertinya habis buang sampah. mata juan sedikit membesar kala mengenali wajah itu. lah, itu kan kating komdis yang negur gue.

juan membalikkan badan, menaikkan maskernya agar menutupi wajahnya.

"itu siapa? pacar lo?" tanya alkais tertawa jahil. bian salah tingkah, wajahnya memanas. "bukan, kak. temen jaman ospek. tadi gak sengaja ketemu."

alkais mengangguk dengan senyuman jahil yang masih bertahan di wajah manisnya. "oooh, siapa namanya?" tanyanya. "sombong bener, ah. sapa gue dong? kan gue kating lo."

hadeh, rese bener ni kating.

"juan, kak."

anjrit, bian.

"kayak kenal," ujar alkais dengan wajah yang terlihat jelas sedang mengingat-ingat. "lah! maba yang nyari ribut sama gue gak sih?"

"namanya juan juga, kak? beda orang kali?"

"coba buka maskernya, gue mau liat." alkais melangkah mendekat setelah membuka gerbang kosnya. juan panik.

"bi, gue lupa dagingnya udah diminta buru-buru abang gue." untung juan punya alasan. "gue pamit, ya." kemudian juan langsung lari tanpa menoleh dan menunggu jawaban dari bian.

alkais menatap bingung bergantian antara bian dan adik tingkat satunya itu yang sudah lumayan jauh jaraknya.

"kak kais, sorry banget. tapi juan aslinya baik, kok." bian merasa sedikit tidak enak. "kalo gitu gue masuk duluan, ya, kak. makanannya udah ditunggu."

"ah, iya, bian. silakan masuk duluan."

kayaknya bener juan yang songong itu dah. yakin gue.





to  be continue.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top