bab 1 : mission
FAVOMPIRE.
gedung fakultas teknik sudah tampak terlihat dari kaca jendela. jonathan menghentikan mobilnya di tepi jalan karena tak diperbolehkan masuk ke dalam gerbang. misi hari pertama, menjadi anak kuliah entah sudah ke berapa kalinya, hari ini jonathan dan theo yang mengantar juan dan jaydan ke kampus.
"juan, mukanya jangan lecek." theo menegur adiknya yang sejak tadi diam. ia sangat sadar bahwa adiknya yang satu itu sangat bosan menjadi mahasiswa berkali-kali.
jonathan yang duduk di kursi pengemudi tertawa, lantas menyahut, "hahahaha, belom disetrika, yo. makanya masih lecek."
jaydan tertawa kecil dengan sangat elegan. "udah ayo, lo telat ngeri dihukum." mengajak juan untuk turun dan segera masuk ke dalam kampus.
"HAHAHAHAHA." jonathan tertawa dengan sangat puas. mengingat bahwa hari ini ospek hari pertama. jelas saja wajah juan sangat tidak bersemangat. "jadi anak baik-baik, ye. jangan sampe kena hukuman lo."
"hadeh males banget," ujar juan kemudian turun dari mobil. jaydan pun menyusul dari sisi satunya dan menghampiri juan.
setelah theo memberi sedikit wejangan lagi, mobil hitam itu melesat pergi. juan dan jaydan jalan beriringan memasuki gerbang fakultas teknik yang nantinya akan sering dikunjungi untuk menjalani misi.
dengan postur yang tinggi dan tegap, serta outfit yang keren—kalau kata anak jaman sekarang kayak oppa-oppa, banyak mata yang tertuju kepada keduanya. poin utamanya terletak pada wajah menawan juan dan jaydan yang langsung mengikat pandangan semua orang. bahkan security saja sampai terkejut kagum melihat keduanya. asing dan baru. kemudian desas-desus bahwa ada mahasiswa baru yang tampannya tidak tertandingi langsung menyebar seantero kampus, bukan hanya dalam fakultas teknik saja.
juan sendiri memakai kemeja oversize dikarenakan mahasiswa baru diminta untuk memakai kemeja untuk ospek universitas hari pertama. sapaan-sapaan centil dari beberapa mahasiswi membuat juan mau tak mau membalas ramah. perlahan senyumnya muncul, banyak yang cantik, gak jadi kesel kuliah lagi, kata juan dalam hati.
sementara jaydan karena mulai pada semester tiga, ia tak perlu memakai pakaian formal seperti juan. jadi dengan kaos hitam serta cardy sederhana, jaydan sudah tampak menawan dan sempurna.
"lo ke aula, kan?" tanya jaydan, juan mengangguk. "semangat cari ceweknya."
"NGELEDEK YA LO???" teriak juan spontan. beberapa orang menatapnya terkejut, juan membungkuk mengucapkan kata maaf sambil tersenyum canggung. kembali menatap jaydan, juan berkata, "masih maba anjir, masa langsung cari pacar?"
jaydan kembali memasang raut datar, matanya menatap juan malas seakan menyiratkan; terserah lah males nanggepin.
"inget misi, juan." kemudian jaydan menepuk beberapa kali bahu kanan juan dan pergi menuju gedung kelasnya berada.
🧛🧛🧛
acara masa pengenalan lingkungan kampus hampir selesai, tapi juan tak kunjung menemukan gadis yang diyakini ayah si pemilik darah suci itu. sebelum ponselnya benar-benar dimasukkan ke dalam tas—karena tidak diperbolehkan menggunakan ponsel selama acara kampus berlangsung, juan sudah menghapal berkali-kali wajah gadis itu. namun tetap saja, sejak tadi penglihatannya belum menangkap wajah itu.
"yang pakai kemeja krem, kenapa dari tadi celingak celinguk?"
aduh, mampus.
juan dengan sigap langsung duduk tegak dan memastikan lagi bahwa benar dirinya yang dimaksud karena tidak ada lagi yang memakai kemeja krem sedang celingak-celinguk ke semua sudut ruangan.
"saya, kak?"
"ya, iya. emang siapa lagi?"
galak bener bos. gua gigit mati lu.
"ngapain liatin saya?"
"jangan galak-galak dong ganteng." juan tersenyum genit menatap manja kakak tingkat dengan kulit tan yang manis. hampir semua mahasiswa baru yang mendengar dan memerhatikan keduanya langsung tertawa dan bisik-bisik tetangga mulai terjadi.
alkais, namanya. kakak tingkat yang menjabat sebagai komisi disiplin itu semakin memasang wajah geram seperti sudah di puncak emosi.
mampus lo gue kerjain. dalam hati juan tertawa merasa puas dengan tindakannya.
"maaf, ya, kak. saya bercanda doang. jangan dibawa perasaan, saya masih normal."
"anj—" alkais berhenti, menahan umpatannya karena acara masih berlangsung. salah satu teman panitianya, chiko, menghampiri alkais. "woi, udah, udah."
akhirnya kedua kakak tingkat itu pergi dengan raut wajah salah satunya yang merasa kesal. tatapan mahasiswa masih terpaku kepada juan, ada yang memuji ada juga yang menganggap bahwa lelaki itu sangat annoying. juan menganggap masa bodo, tidak peduli orang ingin menganggapnya seperti apa, toh, dia di dunia manusia hanya untuk menjalankan misi.
kali ini juan tak ingin mendapat masalah lagi. maka ia memfokuskan diri untuk menyimak acara dan menunda pencariannya.
🧛🧛🧛
pukul delapan malam, seperti biasa keluarga neozen berkumpul di ruang keluarga untuk membahas pembicaraan yang serius. masih tanpa ayah karena ayah masih ada urusan di luar kota.
"jadi gimana hasil hari ini?" tanya dean membuka pembicaraan.
juan menghela napas, "ga dapet hasil apa-apa, sumpah. yang ada gue malah kena tegur komdis."
harsa dan marvin tertawa lepas mendengar itu. "HAHAHA, bang, bang. lo ngapain sampe bisa kena tegur?" tanya harsa masih dengan tawa gelinya.
"ya apalagi? gue celingukan nyari tuh cewek," ujar juan setengah kesal. tapi kemudian tertawa geli mengingat kejadian tadi.
seluruh anggota kecuali juan menatap lelaki itu dengan terheran.
"anjir, ngga waras."
"tadi gue godain komdis yang negur gue. terus dia kayak emosi deh, HAHAHA. ingetnya lucu aja."
"jangan iseng, juan," tegur thala, sang kakak tertua. "nanti kalo kehidupan kampus kamu rumit, misi akan susah dijalankan dengan tenang."
juan mengangguk, "iya, sorry deh."
"ospek universitas berapa hari?" tanya jonathan. "kemungkinan ketemunya emang susah sih diantara ribuan orang."
"tiga hari aja, abis itu besoknya lanjut ospek fakultas," jawab juan setelah mengingat-inget agenda yang diberikan kampus.
"oh ya udah, santai aja carinya. jangan sampe kena tegur lagi kayak tadi," balas jonathan sambil tertawa kecil. kemudian menyerahkan selembar foto yang terdapat wajah gadis pemilik darah suci itu dengan satu perempuan yang diduga teman dekatnya. juan mengambil selembar foto yang diulurkan jonathan.
"itu bianca dan sahabatnya," ujar jonathan seakan membaca raut wajah juan yang bertanya-tanya. "namanya jihan, jurusan sastra inggris, seangkatan sama kalian."
juan mengangguk saja, tidak merespon apapun.
"siapa tau lo lebih dulu lihat jihan, jadi bisa deketin dulu temennya buat cari-cari informasi tentang bianca."
lagi-lagi juan hanya mengangguk. netranya terpaku pada wajah bianca.
🧛🧛🧛
hari ketiga berakhir.
juan masih belum menemukan keberadaan bianca maupun jihan. bahkan sampai hari ini sebagai hari pertama ospek fakultas, juan belum juga menemukan wajah itu.
wajah bianca bahkan sampai terbawa ke mimpi karena selalu melihat selembar foto itu tiap waktunya. memastikan bahwa ia benar-benar hafal dan familiar sehingga tidak terlalu sulit mencari satu wajah dari ratusan mahasiswa yang ada.
namun tetap saja. sosok bianca belum juga ditemukan.
juan tidak seperti vampir lain yang mempunyai kemampuan untuk menemukan keberadaan target hanya dengan memejamkan mata. entah kenapa, ia tidak diturunkan kemampuan seperti itu. maka dengan sedikit frustasi, juan hanya bisa mengandalkan kedua matanya untuk mencari keberadaan bianca.
"oke, temen-temen, kegiatan hari ini akan ditutup dengan pembagian kelompok untuk kegiatan besok, ya. silakan cek email masing-masing, ada file pembagian kelompok."
"siap, kak!"
setelah pembubaran dan diperbolekan pulang, juan menepi dulu duduk di salah satu bangku taman. buru-buru membuka file berisi pembagian kelompok, berharap jika ia ditakdirkan satu kelompok dengan gadis yang selama ini dicari.
"kelompok satu ... ngga ada. eh bentar, astaga, banyak banget sampe lima puluh kelompok?!"
demi apapun, bahkan sampai kelompok tiga puluhan, nama juan dan gadis itu belum juga muncul. mata juan rasanya sudah perih ingin menyerah. tidak ada fitur untuk search keyword, maka mau tak mau juan terus melanjutkan pencarian nama mereka.
"juan ... oke, nama gue ada di kelompok empat lima." lelaki itu bernapas lega setelah melihat namanya dalam kolom kelompok empat puluh lima. "bianca, bianca, ayo dong ..."
"eh?" juan memperbesar tampilan layar dengan memfokuskan pada nama bianca. sebentar, ia tidak salah lihat, kan?
"YES SEKELOMPOK!"
bianca, takdir berpihak ke gue, bukan ke lo.
to be continue.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top