𝔹𝕖𝕗𝕠𝕣𝕖 𝕥𝕙𝕖 𝕕𝕒𝕨𝕟

Charles August Milverton x Fuyumi Soma
PungudEvent💜
Made by mayandreals

»»----- ✼ -----««

Disclaimer:
- Charles August Milverton belongs to Sir Arthur Conan Doyle and Hikaru Miyoshi-Sensei.
- Fuyumi Soma belongs to the author.
- This is a Modern au.
- Not a canon
- Created to celebrate Father's Day.
- Yandere themes ahead. (Stalking, delusional, forced relationship, obsessive demeanor, harsh treatment, rape.)
Readers, please be wise in processing this story.

enjoy fellas!

»»----- ✼ -----««

Apa yang membuatmu tidak nyaman? - adalah pertanyaan yang sering di dapat oleh seorang Fuyumi Soma.

Sebagai Istri seorang Charles August Milverton - Miliarder muda. Dia tentu menjadi pusat perhatian semua orang. Media massa, Masyarakat, bahkan teman dan keluarga. Lonjakan kehidupan terasa begitu tiba-tiba.

Tidak pernah ada yang suka dengan perubahan tiba-tiba. Begitu juga Fuyumi. Ketika semua perhatian terarah kepadanya, dia hanya ingin menghilang saat itu juga. Dia hanya ingin membalut dirinya menjadi kepompong dibalik selimut sembari mendengarkan playlist youtube kesukaannya _falling in love with your comfort character_, bukannya menjawab pertanyaan wawancara sebanyak tumpukan pekerjaannya.

Apa yang membuatmu tidak nyaman? - banyak sekali kalau Fuyumi boleh jujur. Kalian, pertanyaan kalian, suara kalian, kamera kalian, keingin tahuan kalian, dan Charles August Milverton sendiri - adalah ketidaknyamanan mutlak bagi Fuyumi.

Tapi Fuyumi tidak bodoh. Tentunya Jika dia menjawab jujur, pukulan menanti sesaat dirinya menjejalkan kaki di Griya Tawang miliknya dan Charles. Hubungan beracun antara dirinya dan Charles bukan sesuatu yang patut dikejutkan. Semenjak keduanya kenal di Organisasi Perkuliahan, Fuyumi tahu Charles bukan orang 'normal' dengan tanda kutip.

Ketidak'normal'an Charles juga yang menyeret dirinya ke situasi ini. Empat tahun dikuntit, dua tahun diteror dengan bebragai surat dengan isi menjijikan, dan dua bulan. Dua bulan dirinya harus tetap bangun sebelum fajar karena Fuyumi tahu, disaat itu Charles akan mendobrak masuk ke Apartemen kecilnya. Menidurinya di ranjang tanpa sepengetahuannya. Dia harus tetap bangun, bersembunyi ketika Charles mencarinya ke seluruh penjuru Apartemen.

Ironis sekali. Rumah adalah tempat aman. Tidak berlaku baginya. Kegilaan lelaki yang awalnya ia kira sebagai teman mulai diketahuinya sejak salah satu teman lamanya-Watson, berkata bahwa dirinya seperti kurang sehat. Ketika ditanya jadwal tidur, Watson bilang ada kemungkinan dirinya dibius.

Mengerikan? Tentu. Fuyumi tidak pernah bisa tidur tenang setelahnya. Selalu menjaga dirinya terbangun sebelum fajar. Sampai dirinya melihat sosok jangkung Charles masuk ke Apartemen kecilnya. Mimpi buruk.

»»----- ✼ -----««

"Sayang?"

Lamunannya buyar. Manik Hijau bergulir, bertemu dengan emas. Suara riuh jalanan kembali terdengar. Fuyumi kembali berbaur dengan realita. Tangan bertimpah tangan. Si gadis menarik nafas dalam-dalam.

"Bukan apa-apa" ucapnya ringan.

Suara kekehan di jok belakang kembali mengejutkannya. Benar. Fuyumi hampir melupakan eksistensinya. Saliva ia teguk susah payah. Kepala ia tolehkan ke belakang, bertemu netra berwarna serupa dengan sang Suami sedang berbentuk sabit karena tertawa.

"Mama tidur dengan mata terbuka!" Serunya

Fuyumi mengulum senyum. Gemuruh di dada masih terasa. Dia hampir lupa hubungan nya dengan Milverton membuahkan seorang putra. Iris seemas ayah, rambut secoklat Mama. Dia adalah Kaz August Milverton. Putra hasil hubungan paksa dirinya dan Milverton dua tahun silam.

Kaz. Nama itu berasal dari tempatnya lahir, Jepang dan memiliki arti Peacemaker. Fuyumi sengaja menamai anaknya itu karena dua hal; pertama, ia rindu tempatnya lahir dan tumbuh besar. Kedua, karena Fuyumi ingin berdamai. Berdamai dengan semuanya. Dengan dirinya, dengan keadaannya dengan takdir nya.

Lagi-lagi Fuyumi menarik nafas. Timpahan tangan ia genggam sembari mengulum senyum ke arah Putra semata wayangnya di jok belakang mobil.

"Pasang sabuk pengamanmu Kaz, apa yang Mama katakan soal perjalanan?" Tanya Fuyumi.

Kaz merengut "Tidak boleh berisik, tidak boleh ganggu Ayah, pakai sabuk pengaman, harus bilang kalau mau buang air." Sebutnya sembari menunjuk jari kecilnya di setiap hal yang disebutkan.

"Anak pintar," puji Fuyumi, tangannya meronggoh saku cardigan berwarna krim, "Ini permen untukmu. Satu sebelum makan siang." lanjutnya.

Kaz memekik pelan. Tangan kecilnya mengambil permen berbungkus kertas biru dari tangan Mamanya. Charles di sebelah Fuyumi terkekeh pelan. Matanya masih terpaku pada jalan, namun dari spion Kaz dapat melihat netra emas Ayahnya menyipit karena tertawa.

"Apa warna kertas permenmu Kaz?" Tanya Charles

"Ungg.... Biru! Ao!" Seru Kaz semangat

Charles melirik sang Istri, dibalas dengan senyum kikuk. Lupa dengan fakta bahwa Charles berusaha mati-matian agar membuat Fuyumi menyukai dirinya. Hal itu termasuk mengajari anak semata wayang mereka Bahasa Jepang. Padahal harusnya Charles tahu, tidak ada yang bisa membuat Fuyumi memandangnya lebih baik setelah semua perbuatan diluar batas moralnya.

Tapi disini peran Fuyumi sebagai seorang Ibu dan Istri yang baik. Dia tidak bisa diam begitu saja. Apalgi setelah Charles memberinya kode keras.

Fuyumi kembali tersenyum ke arah putranya, "Pintar. Kaz makin hari makin pandai ya?" Pujinya sekali lagi.

Kaz tersenyum. Antusias mengangguk semangat mendengar pujian dari Mama. Jarang-jarang Mamanya memberi pujian jika ada Ayah. Biasanya Mama berlagak seperti Boneka di dekat Ayah. Diam, tidak banyak bicara. Karena itu Kaz senang mendengar pujian tulus Mamanya. Kakinya bergerak senang di baby car seat berwarna biru pemberian Ayah.

Pemandangan tidak familiar bergulir di netra emasnya. Kaz menempel pada kaca mobil, penasaran. Dia tidak pernah melihat jalan ini sebelumnya. Biasanya Ayah, Mama dan dirinya akan pergi ke tempat dengan banyak gedung tinggi menjulang. Tapi sekarang hanya ada pepohonan dan bunga di sekitarnya. Antusiasme kembali mengumpul, Kaz pun mengeluarkan suara ingin tahunya.

"Kita mau kemana?"

Charles tersenyum. Menoleh ke arah Istrinya yang justru bersikap gelisah. Tangan Charles beralih mengenggam tangan Fuyumi. Ujung matanya menatap sosok yang lebih pendek darinya penuh kasih sayang.

"Kaz, tahu hari ini hari apa?" Tanya Charles

Kaz terlihat berpikir. Netra emasnya fokus menghadap ke atas, tangannya bertopang di dagu. Meniru salah satu detektif terkenal kenalan Mama. Tidak lama kemudian Kaz berseru, "Hari Ayah!" sambil bertepuk tangan senang.

Charles mengangguk. Senang akan ketanggapan Putranya. Jemarinya beralih mengelus paha sang Istri. Memberi kode agar Fuyumi melanjutkan ucapannya.

Fuyumi, di sisi lain, menggigit pipinya. Sungguh, dia tidak ingin memberi tahu anaknya. Tidak ingin memberi tahu kemana mereka akan pergi.

Fuyumi tentu hafal jalan ini. Dia ingat dibawa oleh Milverton dan antek-anteknya. Tepat _sebelum fajar_ tiba. Dirinya yang dikira menerima pernyataan cinta Milverton dipaksa untuk mengucapkan janji suci.

"Fuyumi,"

Si empunya nama menahan nafas. Cardigan krim ia remas kuat-kuat sembari merapalkan mantra agar dirinya tenang. Fuyumi membuka mulutnya, "Kita.... Ingin ke tempat dimana Ayah dan Mama, menikah" jawabnya dengan rasa pahit di ujung lidah.

Kaz memekik senang, berkebalikan dengan Mamanya yang berubah pucat. Ujung jarinya gemetar. Fuyumi masih ingat rasa-rasanya kala itu. Dipaksa untuk mengucapkan janji suci ketika semua orang menatapnya. Dipaksa untuk bersenggama di atas ranjang. Mengingatnya cukup membuat Fuyumi ingin menelan kembali pil tidur agar dirinya bebas dari realita.

Mobil berhenti di depan kabin berwarna mahoni dengan bunga serta pohon cemara di sekitarnya. Fuyumi menggigil. Takut. Takut. Dirinya sangat takut. Memori memuakkan berputar di kepalanya seperti kaset rusak milik Moran.

"Mama! Mama! Ayo turun!"

Fuyumi mendongak, mendapati Charles tengah menggendong Kaz yang mengetuk jendelanya. Fuyumi tersenyum kering. Seatbelt ia buka dengan gerakan pelan. Sebenarnya ogah untuk kembali menginjakkan kakinya di tanah jahanam itu.

Charles memeluk lekuk pinggang sang Istri. Menariknya mendekat, "Hari yang bagus untuk Piknik. Bukan begitu sayang?" Ujar Charles.

Kaz di depan mereka mengadah dengan mata berbinar, "Kita akan piknik? Piknik!" Serunya semangat.

Fuyumi tertawa kering. Dia tidak boleh terlihat menyedihkan di depan Kaz. Anaknya kini berlari-lari di pekarangan penuh Bunga Lily Putih yang sedang mekar-mekarnya.

Beberapa orang tidak dikenalnya - mungkin orang suruhan Charles - menggelar tikar dan keranjang Piknik. Kaz langsung mendudukkan Pantatnya di tikar, menepuk dua spot kosong di sebelahnya.

Fuyumi Duduk di paling pinggir, berdekatan dengan keranjang Piknik berwarna apik. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga bahagia. Harusnya.

"Karena hari ini hari Ayah, aku putuskan untuk Cuti dan menghabiskan waktu bersama kalian semua." Ucap Charles.

Wah, romantis sekali monster ini - adalah isi pikiran Fuyumi sekarang. Meskipun begitu dia masih berlagak manis, memasang senyum sembari meremas bajunya kuat-kuat.

"Nah, sekarang ayo kita sama-sama hargai hari ini." Lanjut Charles dengan senyum lebar.

Kaz bertepuk tangan senang. Antusiasme terlihat di gelagatnya. Tidak sampai 5 menit, dia sudah berlari-lari, memungut biji Ek di sekitar kabin. Meninggalkan kedua orangtuanya di atas karpet Piknik.

"Aku senang kamu masih ingat tempat ini, Fuyumi." Ujar Charles.

Fuyumi mengerlingkan mata. "Aku ingat, untuk Kaz." Ucapnya.

Charles tertawa. Berpindah tempat untuk duduk di sebelah Fuyumi. Tangan sang Istri ia elus sembari melempar senyum manis menipu.

"Untuk anak kita" koreksinya

"Mama! Ayah!"

Kaz berlari kembali. Tiga biji Ek dengan ukuran berbeda di tangannya. Senyum sumingrah menghiasi wajahnya. Dia langsung memposisikan dirinya di antara kedua orangtuanya.

"Lihat! Lihat! Biji Ek ini berbeda ukurannya!"

Tiga biji Ek Kaz letakkan di atas karpet. "Ini Ayah, yang paling besar!" Ujarnya, menunjuk salah satu biji Ek berwarna kecoklatan paling besar. "Ini Mama, yang sedang. Dan ini Kaz! Paling kecil!" Lanjutnya antusias.

"Pintar sekali. Dimana kamu temukan ini Kaz?" Tanya Charles

"Di dekat Bunga merah!" Jawab Kaz, terlihat berpikir sebelum melanjutkan ucapannya "Kaz temukan sudah berjejer! Seperti keluarga!" Serunya.

Fuyumi menahan senyum. Charles tertawa bersama Kaz. Mengangguk seolah menyetujui ucapan Putranya.

"Benar, seperti Keluarga. Fuyumi?" Tanya Milverton

Fuyumi menarik nafas. Setidaknya, di depan Kaz. Dia harus menjadi Orangtua yang baik. Setidaknya. Sampai Fajar kembali tiba.

Fuyumi tersenyum. "Benar," ucapnya "Seperti Keluarga."

- finn

Maya rambles corner 🖋️

Hii! Happy Fathers day!

Sayangi Ayah kalian sebelum terlambat! Xixix!

See you later and have a nice day!

Sincerely,
Maya Andrea.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top