Chapter 1

Terlalu bodoh aku yang tak mengingat ada pahlawan lain dihidupku,Selama ini aku hanya terpaut pada filosofi, 'Surga ada di bawah telapak kaki Ibu'. Apakah kalian tahu jika ada Pahlawan lain selain Ibu?ya,itu adalah Ayah ! Jika kalian berkata tidak tahu, maka tidak tahu dirilah kalian. Tapi aku membuat kesalah yang besar. Aku tidak menyadari lebih awal jika ada Pahlawan lain dalam hidupku.


Ibu, Ibu, Ibu, Ayah. Aku melupakan orang keempat ini. Pahlawan yang tidak kuhargai Dan ketika aku mengingatnya, penyesalanlah yang mendatangiku. Aku merasa terhimpit  dengan rasa sesaknya. Bahkan aku terlalu masa bodoh dengan beban berat yang dipanggulnya. Dan tanpa tahu malu akulah yang membuatnya. Ayah, bahkan tak pernah mengeluh. Saat itu, aku terlalu muda dan naif untuk berpikir. Penyesalan ini dimulai saat itu.

============================ FATHER =============================

" Aku tidak ingin ini ayah ! "  Gadis berumur empat belas tahun itu sedikit memekik. Menatap Ayahnya yang mengulurkan sebuah boneka kecil.

" Kenapa? Ini suah bagus."

" Ini kecil Ayah! Aku ingin yang besar. Ayah sudah berjanji! "  Diambilnya boneka kecil yang ayahnya ulurkan, dan membantingnya keras dilantai. Lelaki yang menjadi kepala keluarga di keluarga Shin itu menghela nafas. Dipungutnya kembali boneka kelinci itu dan membersihkannya dari debu yang menempel. Direngkuhnya kedua pundak putrinya, Tuan Shin menyamakan tinggi badannya, menatap sayang sang putri.  " Iya, Ayah mengerti nak. Tapi tunggulah Ayah mendapatkan uang yang banyak heum ? "  Jelas Tuan Shin. Diacaknya pelan rambut putrinya, mengecup keningnya sayang sebelum meninggalkan kamar kecil itu.


Shin Hyeah masih menatap lurus punggung tegap Ayahnya yang menghilang dibalik pintu kamarnya. Hyeah menghela nafas pelan sebelum membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Hyeah menatap langit-langit ruangan itu dalam diam. Terlalu mulukkah keinginanku ? aku hanya ingin itu untuk dijadikan hadiah ulang tahun.  Memang, ini adalah hari ulang tahunnya yang ke Empat belas. Selama ini ulang tahun Hyeah tak mungkin bisa dirayakan. karena Keadaan Ekonominyalah yang membuat keadaannya sulit. Dan di ulang tahunnya kali ini, ia  benar-benar menginginkan sesuatu yang special untuk hari bahagianya. Tapi mau bagaimana lagi ? keadaan tidak memungkinkan.


" Tidur saja lah. Besok aku tidak mau terlambat."

Hyeah memejamkan matanya. Semilir angin malam yang masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka membuat Hyeah dengan cepat tenggelam dalam kegelapan, menyalami alam mimpi.
.
.
.
Pukul 06.15,  Hyeah sudah berdiri menatap bangunan megah di depannya.Seoul Junior School, tulisan berwarna Gold terpasang gagah di tengah  gerbangnya, menambah kesan seberapa elit sekolah di depannya ini. Hyeah melangkah memasuki gerbang, hari masih terlalu pagi untuk para murid datang. Hanya murid Beasiswa sepertinya yang rela bersusah payah hanya untuk menimba ilmu. Tidak mungkin dengan gaji ayahnya yang sebagai buruh bangunan dan ibunya yang seorang pelayan Restoran mampu untuk membiayai uang sekolahnya yang fantastis jika Hyeah tidak mendapatkan Beasiswa bukan ?

Hyeah menyusuri koridor sendirian, memang ia tak memiliki teman seorang pun. Di Seoul Junior School menerapkan perbedaan tingkat sosial. Yang  miskin tak dianggap. Bahkan Hyeah adalah korban bully disini.. miris bukan?  

Hyeah menduduki bangku paling pojok di belakang, dan tentu saja kelas masih kosong, Hyeah membuka ransel usangnya, mengambil buku Sejarah Korea dan membacanya dalam diam. Hari ini hari pertama ujian kenaikan kelas dan di jam pertama Sejarah Korealah yang  akan diujikan.

Sudah setengah jam ia membaca, para siswa dan siswi pun sudah berdatangan, Sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi.


BRAAAKK


Gebrakan meja di depan Hyeah mengejutkan seluruh murid. Hyeah menatap tiga siswi di depannya, mereka melipat tangannya angkuh di depan dada. 


" Ada apa ? "  Tanya Hyeah.

Gadis yang berdiri paling depan berdecak kesal, matanya menatap tajam.

" Masih tidak tahu malu, cih ! orang miskin sepertimu masih saja tidak tahu diri. Segeralah pindah dari sekolah ini! Kau mengotori kami." Sembur gadis bername tag Kim Hejin.  

" Aku tidak mengganggumu. Jadi diamlah. " Jawab Hyeah dingin,  jawaban yang berani itu membuat seluruh teman sekelasnya menatap semakin minat dengan apa yang akan terjadi.

" Kalian, lakukan sekarang ! "  Ucap Hejin dengan menahan amarah yang akan meledak. 


Dengan segera kedua siswi di belakangnya mengeluarkan kantung plastik hitam dalam ransel. Hejin mundur perlahan membiarkan ke dua anteknya memberikan eksekusi. Tidak ada yang akan menolong Hyeah, semua takut dengan Hejin yang notabenya putri dari pemilik Yayasan. Memang, bukan hanya Hyeah saja, seluruh murid Beasiswapun diperlakukan serupa.

Hyeah menutup matanya dengan erat, dia tidak bisa melakukan apapun. Jikapun bisa, hidupnya akan sengsara disekolah ini. Lagi pula sebentar lagi ini akan berakhir. Setelah Ujian Nasional ini terlaksana, otomatis kelas Sembilan akan bebas bukan ? dan Hyeah akan memanfaatkan waktu itu untuk tidak terlalu seri datang ke Sekolah.


Puk....Puk...Puk...


Telur busuk mengenai wajahnya, Hyeah masih setia menutup matanya. Sedangkan Hejin tertawa puas dengan apa yang dilihatnya. Berbagai tatapan kasihan di tujukan untuk Hyeah. 


" Sentuhan Terakhir."  Hejin menjentikan jarinya, dari arah pintu seorang Siswa membawa satu ember air dan membawanya ke bangku Hyeah.


BYUURRR


Air pun ditumpahkan di badan Hyeah. Untung bukan air bekas pel. Batin Hyeah.  " Cukup untuk hari ini miskin. Ayo ! "   Ucap Hejin dan meninggalkan kelas Hyeah beserta teman-temannya. Tepat Hejin meninggalkan kelas, Bel masuk berbunyi. Dengan tergesa-gesa semua murid kembali ke bangku masing -  masing. Hyeah masih berdiam diri, ia mencoba menahan laju air matanya. 

Ceklek, 

Pintu kelas terbuka, Pak Song memasuki ruangan, Menghela nafas ketika melihat keadaan Hyeah. " Nona Shin, bersihkan dirimu.!"  Hyeah beranjak dari kursinya dan meninggalkan kelas.

 

============================= FATHER ===========================


Hyeah mengelap pelan wajahnya yang masih terdapat cairan telur busuk yang menutupi kulit putih bersihnya, air mata pun tak dapat lagi di bendung. Hyeah terisak – isak menangisi apa yang terjadi. " Kenapa—kenapa kau begini padaku Tuhan , apa salahku ? "  Cengkramannya menguat di pinggiran washtafel, menatap tajam pantulan wajahnya yang sekarang sudah lebih baik dari pada pertama ia memasuki toilet. Rahang mungilnya mengeram  menahan marah. 

" Hhmm..."
.
.
.
" Angkat itu ke sana, hati-hati ! Akh...Aigoo, aku sudah mengatakannya kan ? hati-hati bodoh! Aishh."

" Maaf—maaf Tuan."  Lelaki itu membungkukkan badannya berkali-kali, 

" Aku tidak mau tahu, bereskan ini! " setelah mengatakan itu sang Tuan pergi tanpa lupa memukul kepala si lelaki. Hyeah yang melihatnya tersenyum miris. Ya, lelaki itu ayahnya. " Miskin ya ? haha...benar aku orang miskin."  Hyeah berjalan pelan menjauhi tempat kerja Tuan Shin.
.
.
" Aku pulang! Ibu, Ibu ? kau sudah pulang ? " Hyeah berteriak mencoba mencari hawa kehidupan di dalam rumah kecilnya dan Hyeah menghela nafas setelah mengetahui bahwa sang ibu belum pulang.hyeah pergi Memasuki kamarnya dan segera mengganti seragamnya dengan pakaian rumah, Hyeah bergegas melakukan tugas kesehariannya, membersihkan rumah. Mencuci baju, menyapu lantai, mengepel adalah pekerjaan sehariannya. Memasak? Jangan tanya! Dia tak bisa memasak. 

" Ibu pulang ! " 

" oh Ibu ! "  Hyeah segera mengambil mantel kerja sang Ibu dan menggantungnya di tempat gantung pakaian di samping kanan pintu masuk.

" Bagaimana hari ini bu ? "

Nyonya Shin menghela nafasnya terlihat lelah. " Seperti biasa, banyak pekerjaan yang harus Ibu selesaikan."  Kata Nyonya Shin. Hyeah menatap sayang sang Ibu. " Bagaimana jika aku membantu ? " Tanya Hyeah pelan.


" Tidak !  fokuslah pada sekolahmu. Memang apa yang diharapkan dari gadis kecil sepertimu?"  Ucap Nyonya Shin. 

" Tapi setidaknya aku bisa membantu Ibu! "  Bujuk hyeah. Nyonya Shin meninggalkan Hyeah dan menuju ke arah dapur, membuka kulkas dan hanya menemukan satu ikat bayam dan beberapa telur.

" Besok berbelanjalah ke minimarket." 

" Kita tidak punya uang bu."

" Masih ada simpanan di laci samping kanan kulkas." Ucap Nyonya Shin seraya menunjuk tempat yang di maksudnya . Hyeah mengangguk mengeti. Gadis berusia Empat belas tahun itu pun melanjutkan kembali apa yang menjadi kegiatannya.

" Makan malam nanti, hanya ada ini. " 

" Aku tidak masalah, apa pun itu Ibu."


===========================  FATHER  ============================


Makan malam kali ini berbeda, sunyi dan senyap. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang mengisi suasana. Tuan Shin sesekali melirik ke arah putri dan istrinya, merasa heran, Karena memang biasanya Istri dan Putrinya itu akan berbicara entah itu bercerita tentang kesehariannya atau apa pun. Tapi kali ini hanya kediaman yang di lihatnya.


" Ada apa dengan kalian ? " Tanya Tuan Shin. Hyeah menghela nafasnya. 

" Aku di bully seperti biasa." Jawab Hyeah. Nyonya Shin menatap sedih putri satu-satunya itu, "Biarkan saja. Nanti Tuhan yang akan membalasnya." 

" Yah. Kita miskin dan tak mungkin untuk melawan. " Ucap Hyeah dan menatap Tuan Shin yang terdiam dengan pandangan menerawang.

" Kau tidak apa yah ? " Tanya Hyeah yang menyadarkan Tuan Shin dalam diamnya. " ya, Ayah baik-baik saja. Cepat selesaikan makan kalian dan segeralah beristirahat. Istriku, kau tidurlah. Dan kau nak, belajar. Kau harus mendapat nilai terbaik." 

" Ya Ayah."
.
.
Seminggu telah berlalu, Ujian pun sudah berakhir tinggal menunggu hasilnya. Hyeah duduk sendiri di taman belakang sekolahnya. Dengan Novel di pangkuannya dan cuaca yang mendukung membuat Hyeah merasakan perasaan  nyaman  menghampiri dirinya yang begitu jarang ia merasakan perasaan itu. Di taman ini lah  ia sering menghabiskan waktu, merenung atau apa pun itu. Taman belakang memang tidak ada yang mengunjungi, entah karena apa, padahal taman belakang ini tidak kalah indahnya dengan taman utama. Hyeah sering duduk mau pun tertidur di bawah pohon mapel. Terlihat seperti saat ini Hyeah merasakan kelopak matanya mulai tertutup secara perlahan, dan akhirnya Hyeah pun menyelam ke dalam dunia mimpinya, bahkan bel masuk pun tidak mengganggu tidurnya.
.
.
Sinar Matahari menerpa wajah gadis cantik yang masih terlelap damai di atas ranjang kecilnya. Kicau burung yang terdengar pun tidak berpengaruh apapun. Hingga ketukan pintu kamarnya yang terdengar kencang mulai mengganggunya. Keningnya berkerut samar, bibir kecilnya bergumam tidak jelas.
.
.

" Nak ! kau tidak bangun ? hei ! anak gadis tidak baik bangun siang-siang."  Ucap Nyonya Shin tanpa menghentikan ketukan pintu. 

" Ibu masuk jika kau tidak segera bangun! " Nyonya Shin membuka pintunya dan mendapati Hyeah yang masih bergulung dengan selimut.  " Aigoo... gadis ini. Nyonya Shin menyibak selimut yang membungkus tubuh putrinya dan berdecak kesal melihat putrinya yang berubah malas jika di akhir pekan.

" Gadis ini. Bangun, Hyeah ! "

" Eumm" Hyeah bergumam pelan.

" Bangun atau ibu menyirammu dengan air ! "  Ancam Nyonya Shin dan itu berhasil membuat Hyeah terjaga. " Aku bangun, Aku bangun ibu!."  

" Bagus." Dan akhirnya Nyonya Shin berlalu meninggalkan kamar putrinya.
.
.
" Hoamm "  Sudah ketiga kalinya Hyeah menguap sejak lima menit ia duduk di kursi makannya. Nyonya Shin hanya menggelengkan kepala. " Apa yang kau lakukan memang semalam ? " Tanya Tuan Shin. " Belajar. Membuat masa depan yang lebih baik." Jawab Hyeah santai . Tuan Shin dan Nyonya Shin menatap sedih Putrinya, seharusnya putrinya itu hidup dengan bahagia, bukan seperti ini Dan Tuan Shin sangat menyayangkan itu.

" Aku sudah selesai." Hyeah membawa piring kotornya ke washtafel dan mencucinya bersih, mengelapnya dan menaruh kembali ke tempat semula.  " Aku akan melanjutkan tidurku."


============================ FATHER ============================


Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Hyeah sejak tiga tahun yang lalu. Ya, ini hari kelulusannya dari Seoul Junior School. Hyeah pagi-pagi sekali sudah terlihat rapi dengan seragamnya. 


" Sarapan siap " ucap Nyonya Shin riang. Hyeah dan Tuan Shin menunggu Nyonya Shin  menyiapkan piring.

" Ibu dan Ayah minta maaf tidak bisa datang nanti."  Ucap Nyonya Shin.

" Tidak masalah bu."  Jawab Hyeah.


Tuan Shin menatap putrinya sayang, matanya memancarkan kebahagiaan yang nyata. Di ambilnya sesuatu dari saku celananya. di tunjukkannya sebuah kalung yang terbuat dari perak sederhana dengan bandul bunga mawar yang sedang merekah. Terlihat cantik di pandang. Tuan Shin memberikannya pada putri satu-satunya yang ia cintai. Hyeah ternganga melihatnya. Ini adalah benda terbaik yang di berikan oleh Ayahnya. Nyonya Shin tersenyum melihatnya. 


" Untukmu nak, maaf jika Ayah baru bisa memberikan nya."
Mata Hyeah berkaca-kaca. Diambilnya kalung itu dan menatapnya penuh bahagia. " Terima Kasih Ayah."  Tuan Shin tersenyum dan mengecup lembut pipi Hyeah yang sedang duduk di sampingnya dengan sayang.
.
.
Hyeah berdiri menatap bangunan di depannya. Jika biasanya dia menatap bangunan di depannya ini dengan wajah datar maka kali ini senyum tersemat manis di bibirnya, Menambah kesan cantik di dirinya.
Hyeah menyusuri koridor sendirian, dan memang ia selalu sendirian. Dari arah berlawanan seorang lelaki berjalan dengan terburu-buru.


Brukk—


Tabrakan pun tak terelakan, " Auuhh "  pekik Hyeah ketika merasakan pantatnya mencium lantai. Hal sama pun terjadi pada lelaki itu. Lelaki yang terlihat tampan dengan seragam Senior High Schoolnya itu mengumpat pelan. 

" Kau tidak punya mata ya ! " Pekik lelaki itu tanpa menatap Hyeah yang masih terduduk di lantai. Dan beruntung koridor itu sepi, hanya beberapa orang saja yang melewatinya. 

" Maaf! " Hyeah berdiri dari duduknya dan membungkuk kan badannya. Lelaki itu masih tetap membersihkan seragamnya yang ia takutkan akan kotor atau pun kusut. 

" Aish... Sialan ! Matamu itu di ma—na." Ucap lelaki itu memelan ketika ia menatap Hyeah yang berdiri takut di depannya. Cantik sekali. Batin lelaki itu.

 " Ekemm. Kau gadis kecil, ka- kalau berjalan itu pakai mata! "  Hyeah mendongak menatap  lelaki di depannya. 


Mata iris abunya bertatapan dengan manik mata tajam di depannya. Hyeah terpaku terpesona menatap wajah rupawan lelaki itu. Begitupun dengan sang lelaki. Tiba-tiba rasa gugup merambat di diri Hyeah, rasa panas pun menjalar secara perlahan di wajahnya. 


" Tidak ada berjalan pakai mata Tuan, yang ada pakai kaki. " Jawab Hyeah berani. Dan diam-diam ia melirik Name Tag yang yang terpampang jelas pada seragam lelaki itu. Cho Kyuhyun. Nama yang bagus.

" Aish.... sudah lah." Putus lelaki itu dan meninggalkan Hyeah.
.
.
Aula besar ini sudah penuh sesak terisi murid-murid maupun Wali murid itu sendiri. Hyeah duduk di bangku terakhir aula. Ada dua pintu, pintu utama dan cadangan. Dan Hyeah duduk tepat  di samping pintu cadangan. Hanya beberapa orang saja yang duduk di barisan itu. Samar-samar Hyeah mendengar suara yang dikenalnya. 

"Maaf nak, tahu di mana Aula tempat kelulusan? "         

" Anda OB baru ya ? "

" Hah ? ti—"  

" Sudah lah. Lurus saja pak "  Hyeah terkejut ketika menyadari suara yang didengarnya itu milik Ayahnya. Dan benar saja Hyeah melihat tuan Shin berdiri di depan pintu cadangan masih dengan pakaian kerja yang lusuh. Dengan spontan Hyeah berdiri dari duduknya dan diam-diam meninggalkan aula.  

" Ayah. "  panggil Hyeah pelan, Dan Tuan Shin tersenyum melihat putrinya menghampirinya. Baru saja Tuan Shin melangkah ingin memasuki Aula, Hyeah terlebih dulu menggenggam tangan Ayahnya dan membawanya ke arah taman belakang sekolah. Senyum Tuan Shin menghilang dan ia hanya diam mengikuti langkah  putrinya.

" Apa yang Ayah laku kan di sini ? "

" Tentu saja menghadiri kelulusanmu nak. Ayah menyempatkan untuk datang."  Jawab Tuan Shin. Hyeah menghela nafas panjang. Menatap mata Tuan Shin dalam penuh permohonan.

" Pulang lah Ayah."

" Tapi Ayah ti-- "

" Ku mohon ! " Nada suara Hyeah sedikit meninggi tanpa ia sadari. Tuan Shin menatap sedih putrinya untuk beberapa saat dan mencoba mengendalikan dirinya dan sesaat kemudian tuan shin tersenyum mengangguk dan mengecup kening Hyeah penuh sayang.

" Ayah pulang." Ucap Tuan Shin. Hyeah hanya berdiam diri menatap punggung kokoh Ayahnya yang berlalu pergi. Terbesit rasa bersalah disudut hatinya. Walau pun sedikit. Hanya sedikit.


=========================== FATHER =============================


" Ayah pulang ! " 

" Ayah sudah pulang ? tidak seperti biasa kenapa terlambat? " Tanya Nyonya Shin ketika menyambut suaminya. Di ambilnya mantel kerja Tuan Shin dan menaruhnya di tempat biasanya.

" Lembur akhir tahun. Makannya kami para buruh harus segera menyelesaikan pembangunan." Nyonya Shin mengangguk mengerti.

" Chaa--- aku sudah memasak makanan kesukaanmu. Jajangmeoun." Senyum Tuan Shin merekah di sela wajah letihnya. 

" Di mana Hyeah ?" kening tuan Shin mengerut samar ketika tidak melihat putrinya yang ketika ia pulang pasti akan menemukannya di ruang keluarga sedang menonton acara favoritnya.

" Ada di kamarnya."

" Aku akan melihatnya, tolong kau siapkan makanan." Nyonya Shin tersenyum dan mengangguk, berlalu menuju ruang makan.
.
.
Ketukan pintu kamar mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca.


Tok—tok—tok


" Masuk! "


Ceklekk---


Pintu terbuka, Tuan Shin berdiri menatap Hyeah yang masih berkutat dengan bukunya di ranjang. 

" Kau tidak makan ?" Hyeah mendongak ke atas ketika mendengar suara ayahnya. 

" Nanti yah. "  Ucap hyeah pelan, rasa menyesal hadir kembali ketika ia mengingat apa yang ia lakukan tadi pagi di sekolah pada ayahnya. Diam-diam Hyeah meringis mengingatnya. Tuan Shin mengangguk.

" Baiklah. Kami tunggu di ruang makan."  Tuan Shin meraih daun pintu dan akan menutupnya ketika gerakannya terhenti mendengar suara putrinya walau hanya dengan suara yang pelan.

"Maaf. Aku, aku minta maaf atas tadi pagi ayah ! " Ucap Hyeah pelan dengan tangannya memainkan pelan ujung kaos oblong yang dikenakannya. Tuan Shin hanya tersenyum mendengar permintaan tulus putrinya. Lekas Tuan Shin meninggalkan kamar putrinya.

.
.
2 Tahun Kemudian.
Pagi ini matahari bersinar cerah secerah senyum Hyeah kali ini. Pasalnya Ayahnya berjanji akan membelikan Ponsel baru untuknya. Hyeah tersenyum sepanjang ia berjalan di koridor sekolahnya Seoul Senior High School. Tanpa menghiraukan tatapan sinis dan tatapan hina dari orang yang dilaluinya. Masih sama seperti dulu, Hyeah yang tertindas, Hyeah si korban Bully. 

Hyeah berjalan menuju taman favoritnya. Disana sudah terlihat Seo Johyun. Orang satu-satunya yang mau berteman dengannya tanpa memandang status sosialnya. Hyeah berjalan perlahan mendekati Johyun yang tengah duduk dibangku taman yang berada di bawah pohon mapel. Berencana  mengejutkannya seperti biasa yang ia lakukan, langkah Hyeah terhenti ketika suara johyun mengintrupsinya. 

" Aku tau ! "  kedua tangan Hyeah seketika terhenti. Ia berdecak kesal dan menghampiri Johyun.

" Aku selalu tidak pernah berhasil ketika ingin mengejutkanmu! Kau punya mata di belakang kepalamu yah ? " Tuding hyeah dengan mata yang sinis menatap Seo Johyun. Johyun memukul pelan lengan Hyeah .  

" Dasar bodoh."

" Ck—jika aku bodoh maka beasiswa tidak akan menghampiriku." Sangkal Hyeah.

" sudahlah. Kau ini sebenarnya cerewet ya ? tapi kenapa dengan yang lain kau bersikap dingin seperti kulkas?" 

" Karena aku percaya padamu makannya aku bersikap berbeda." Ucap Hyeah tulus. Johyun hanya menatap dalam hyeah. Tidak tau arti dari tatapannya. 

" Kau tahu ? Kau adalah teman pertama ku,  semua teman sekolahku dulu tidak ada yang mau berteman denganku karena aku miskin. Aku tak pernah bermimpi akan berteman dengan orang tercantik dan terkaya disekolah ini. Dan aku bersyukur karena itu." Ungkap hyeah dengan menatap langit pagi yang cerah. Johyun menatap Hyeah dingin dari samping, menatap wajah cantik alami yang dimiliki Hyeah. Bibir johyun terangkat sebelah membentuk senyum sinis. 

" ya. Aku juga sama." Ucapnya lembut membuat Hyeah mengalihkan tatapannya ke wajah Johyun, dan senyum sinis tadi pun tergantikan senyum manis bak malaikatnya.

Johyun melihat jam tangan mahalnya yang melingkar manis di tangannya.
" lima menit lagi bel masuk berbunyi. Ayo kita ke kelas." Ajaknya dan hyeah mengangguk.
.
.
Bel istirahat berbunyi. seperti biasa hyeah akan menghabiskan bekal makan siangnya di taman favoritnya. Kali ini Johuun tidak ikut dengannya. Hyeah menyusuri koridor yang sudah sepi dari siswa-siswi yang berlalu lalang.  Hyeah duduk dibangku biasanya, membuka bekalnya. Kali ini sang ibu membuatkannya nasi dengan telur dadar dan beberapa wortel yang menghiasai bekalnya. Hyeah  memakannya pelan, menghayati masakan lezat sang ibu. Sepuluh menit telah berlalu dan bekalnya pun sudah tandas dalam perutnya. hyeah masih berdiam diri menikmati hembusan angin yang menentramkannya. 

Tiba-tiba suara tawa beberapa orang mengejutkannya. Dilihatnya ke sekeliling taman, terlihat beberapa lelaki tampan sedang berkumpul membicarakan sesuatu hal yang seru hingga membuat mereka terbahak. Tatapan Hyeah terpatri pada wajah tampan lelaki bermata tajam yang tengah tersenyum  di- sana. Cho Kyuhyun, lelaki itu sejak awal sudah membuat hyeah jatuh hati kepadanya. Tepatnya dua tahun yang lalu ketika mereka tak sengaja berpapasan atau mungkin lebih tepatnya bertabrakan. Sejak saat itu Hyeah sadar jika ia telah menaruh hati pada seniornya itu. Hyeah menatap dalam kyuhyun yang tengah tersenyum. Seperti saat ini, Hyeah tidak pernah dapat mengungkapkan perasaannya, hanya menatap kyuhyun dari jauh sudah  membuat hatinya bahagia. Ia tak mau bermimpi yang tinggi untuk bisa berdekatan dengan kyuhyun, ia sadar jika mereka bagaikan bumi dengan langit. Tidak sepadan. Hyeah menghembuskan nafasnya panjang dan memejamkan matanya. hingga angin yang menyejukkan itu menerpa kembali dirinya yang menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai.
.
.
" Maaf aku tidak bisa menemanimu, hari ini aku harus membersihkan rumah." ucap hyeah sambil membereskan peralatan sekolahnya dengan tergesa-gesa. 

" Tidak apa-apa, aku akan pergi sendiri jika begitu."  Sejenak Hyeah terdiam dan menatap Johyun merasa bersalah. " Jangan menatapku seperti itu! Aku baik-baik saja." Mengerti arti tatapan bersalah Hyeah, Johyun mencoba meyakinkannya. 

" Baiklah. Aku pergi dulu." Pamit Hyeah dan bergegas meninggalkan kelas tanpa mendengar jawaban dari sahabatnya. Johyun menatap sosok mungil Hyeah dalam diam.  Perlahan senyum sinis terukir di bibirnya. " Cihh--- " 

" Aku pulang ! " Hyeah meletakkan ranselnya di sofa usang ruang keluarga. Dan berjalan cepat menuju sebuah ruangan yang diketahui sebagai kamar ayah dan ibunya.


Ceklekk---


Pintu terbuka, terlihatlah sosok wanita paruh baya yang tengah terbaring lemah di ranjang. Syal hangat melingkar di leher wanita itu. 

" Ibu sudah merasa baikan? " Hyeah menggenggam tangan ibunya yang terkulai lemas, memijitnya pelan. 

" Ibu baik-baik saja jangan khawatir. Ini hanya deman biasa nak." Sudah hampir satu tahun ini nyonya Shin sakit- sakitan. Selama ini pun Nyonya Shin pun tak ingin di bawa ke dokter sehingga membuat Hyeah dan Ayahnya tak mengetahui apa pun. Jika memaksa pun itu hanya akan membuang waktu karena Nyonya Shin begitu keras kepala untuk dibujuk.

" Baiklah ibu tidur saja, aku yang akan memasak untuk makan malam." Nyonya shin tersenyum mengangguk. " Tapi aku harus membersihkan rumah dulu."
.
.
Karena hari ini begitu panas Hyeah mengganti seragamnya dengan tank top dan celana pendek yang Lima senti di atas lutut. Dengan kain lap dan cairan pembersih Hyeah memulai membersihkan rumah dimulai dari kaca jendela. Dengan diiringi musik yang mengalun dari Ponsel miliknya, bibir mungilnya mengikuti setiap lirik yang mengalun. Tanpa ia sadari seseorang memperhatikannya dari jauh. Dengan teropong ia memperhatikan pergerakan yang dilakukan Hyeah. Diturunkannya sedikit kaca mobil mewahnya, lelaki itu menatap lebih intens pergerakan Hyeah. Sesekali Kyuhyun menelan ludahnya kasar.


" Ck.... sial! " Umpat  lelaki itu pelan.

" Bahunya mulus sekali. Dadanya, dadanya juga cukup besar. Pas jika ditanganku. Hahaha "  lelaki itu melihat Hyeah yang sedang menunduk, sehingga memperlihatkan belahan dadanya. " Sial ! aku akan menang besar jika berhasil. Ketukan di kaca mobilnya membuat lelaki itu gelagapan dan dengan tergesa menyembunyikan teropongnya.

"Keluar kau penguntit! " ternyata yang mengetuknya seorang wanita paruh baya. Lelaki itu menjauhkan sedikit tubuhnya dari pintu ketika ketukannya semakin brutal. " Bagaimana ini ? bisa-bisa kaca mobil mahalku pecah." Rutuk lelaki itu. 

" Hye! keluar kau! Kau maling ya atau penculik?"

"Memang ada penculik bermobil mewah?"  dengan terpaksa lelaki itu menurunkan kacanya lebih lebar, dan membuka pintu keluar dari mobil. Wanita paruh baya itu  menatap lelaki yang ternyata masih muda dengan tajam. Menelusuri dari ujung kepala hingga kaki. 

" Kau pencuri! " Tuduh wanita itu. Lelaki itu dengan sepontan menyangkalnya. 

" Ti—tidak. Tentu saja tidak. Apa aku ada tampang pencuri Ahjumma ? "

"  Eumm--- Tidak sih."
.
.
Hyeah yang masih mengelap kaca jendela tanpa sengaja melihat bibi tetangganya berbicara dengan seseorang yang tampak familiar. Hyeah memiringkan kepalanya mencoba mengenali lelaki dengan seragam yang sama seperti seragamnya. lelaki itu memunggunginya sehingga ia tidak bisa melihat bagaimana rupa wajahnya. Hyeah menatap mobil mewah disamping si lelaki. Cho Kyuhyun ? mana mungkin? Ah... tidak, tidak. Hyeah mengendikkan bahu tidak peduli dan melanjutkan pekerjaannya.
.
.
" Jika tidak pencuri apa yang kau lakukan didepan rumah Tuan Shin hah ? aku sudah mengamatimu selama satu jam!" Tidak ada pencuri yang tampan dan kaya seperti diriku ini wanita tua. Maki lelaki itu dalam hati.

" A—aku, ak—" 

" Diam!" wanita paruh baya itu mendadak tangannya menunjuk tepat didepan muka lelaki itu hingga membuatnya terkejut. 

"Kau kekasihnya? "  secara mendadak ide berlian pun muncul dikepalanya ketika mendengar ucapan wanita paruh baya didepannya.


 Lelaki itu menunduk, senyum licik terbit tanpa wanita itu ketahui. Lelaki itu mendongak keatas dengan cepat mimik wajahnya terganti dengan ekspresi sedih. Wanita itu menaikan alisnya sebelah heran.


" Aku, Ahjumma aku calon kekasihnya Hyeah." Ucapnya pelan.

" Omona, Jinja ? kekasih Hyeah ? pintar sekali dia memilih."

" Calon, Ahjumma." Koreksi lelaki itu. 

" kenapa calon ? siapa namamu nak ?" tanya wanita paruh baya itu. Dengan cepat lelaki itu menjabat tangan wanita itu dan berucap dengan penuh percaya diri. 

" Kenalkan. Aku Cho Kyuhyun putra satu-satunya pemilik perusahaan terbesar seAsia Cho Group." Segera lelaki itu, kyuhyun melepaskan jabatannya dan secara diam-diam mengusapkan tangannya pada celana seragam. Euh... ada apa aku mau-mau saja bersentuhan tangan dengan orang miskin! Aish. Wanita itu menatap dalam diam Kyuhyun didepannya. dengan perlahan tangannya yang masih menggantung di udara bergerak perlahan menutup mulutnya. Mungkin untuk mencegah supaya tidak menjerit? 

" Ya tuhan! Mimpi apa aku bertemu dengan pewaris Cho Group ?  Astaga."

" maafkan aku, Ahjumma jika membuatmu kurang nyaman." Kyuhyun mengangguk, berusaha mengambil hati orang terdekat Hyeah adalah tujuan utamanya. 

" Tidak. Tidak apa. Panggil aku Bibi Shin." Jawab bibi Shin penuh semangat. Matanya berbinar melihat Kyuhyun. 

" Baik Bibi." Tunggu-tunggu! Shin? Ibunya? Wah pucuk dicinta ulangpun tiba! Haha..kyuhyun tertawa dalam hati. Tapi benarkah? Ah molla.

" Tapi apa maksudmu calon ?"
Kembali, Kyuhyun pun berekspresi menyedihkan. Matanya  berkaca-kaca dan menatap dalam Bibi Shin membuat yang ditatap merasa kasihan. 

" Aku menyukainya. Ah tidak, aku mencintainya. Setiap hari aku mengungkapkan perasaan padanya, Tapi—"  Kyuhyun menggantungkan ucapannya dan menatap bibi shin dengan mata yang kini dialiri air mata. Bibi shin pun yang melihatpun kini ikut berkaca-kaca. Bagus! Jika seperti ini, Lee min ho pun lewat. 

" Tapi ?"  tanya bibi Shin.

" Hyeah tidak menerimaku. Sebenarnya apa yang kurang dariku bibi? Apa aku tidak kaya?" Bibi Shin menggeleng. 

" Kurang tampan?" Bibi Shin pun menggeleng lagi. Tentu saja aku tampan! Bahkan Kim won bin saja kalah!

" Hyeah bodoh sekali tidak memilihmu nak." Kyuhyun mengusap air mata buayanya dan mengangguk membenarkan perkataan Bibi Shin. 

" Akanku buat Hyeah menerimamu." Putus Bibi shin dan kyuhyun tersenyum penuh semangat.

 " baiklah bibi, ini sudah sore dan aku harus pulang." Kyuhyun mengangguk sebelum memasuki mobil mewahnya dan melajukannya, meninggalkan rumah Hyeah. Bibi Shinpun melambaikan tangannya. 

" Tampan dan kaya. Bodohnya Hyeah."

.
.
Hyeah sedang menyuapi Nyonya Shin yang masih terbaring diranjangnya. Kali ini Hyeah hanya memasak sup rumput laut. 

" Ayahmu sudah pulang ? "

" Belum" Hyeah mendesah. Ia menunggu ayahnya yang sudah berjanji membelikannya ponsel baru. 

" Ayah belum pulang bu,dan katanya ayah akan membelikanku ponsel baru." Hyeah tersenyum dan membayangkan ponsel impiannya akan menjadi miliknya sebentar lagi. Nyonya Shin tersenyum menatap wajah putrinya yang berbinar.

" Ayah pulang! " Senyumnya semakin terkembang manis mendengar suara ayahnya. 

" Ibu, aku akan keluar sebentar."

" ya"ucap Nyonya shin pelan.

" Ayah. Dimana? Apa Ayah benar-benar membelikannya?"  tanya Hyeah antusias. Ditariknya lengan ayahnya dan menuntunnya keruang dapur. 


Mendudukkan ayahnya dikursi terdekat. Tuan Shin yang melihat betapa tidak sabar dan betapa bahagianya sang putri terkekeh kecil dan mengacak lembut rambut Hyeah. Diberikannya kantung belanja yang sedari tadi ia bawa di atas meja. Segera hyeah membukanya tidak sabar. Senyum yang semula tadi tercetak manis dibibirnya perlahan memudar digantikan raut wajah dingin. Tuan shin yang melihatpun bertanya. 


" Ada apa nak ?"Hyeah menatap sang ayah. 

" Kenapa seperti ini? Ini tidak seperti yang ku inginkan Ayah!" protesnya dan berusaha menjaga suaranya untuk tidak berteriak kesal. Ia tidak ingin ibunya yang sakit terganggu. 

" kenapa ? kau tidak menyukainya? "

"tentu saja! " Tuan Shin menatap sedih putrinya yang memalingkan wajah. 

" Uangnya tidak cukup. Hanya bisa membeli yang ini. Bukankan ini masih baru?"

" iya ayah. Tapi aku ingin yang tahun ini." Tekan Hyeah. 

" Aku hanya meminta satu kali, tapi kau tidak pernah memberi yang kuminta sekalipun. Aku benci miskin! " setelah mengatakan itu Hyeah berlalu pergi memasuki kamarnya. 


Tuan Shin memegang dadanya yang tiba-tiba merasa sesak. Dia tahu, hidup keluarganya menyedihkan karena miskin. Ia menyadari, putrinya sudah menderita semenjak kecil. Ia tak menyalahkan takdir tuhan. Tapi ia menyalahkan dirinya sendiri yang tak mampu membuat keluarganya bahagia.

.
.
Satu minggu sudah hubungan ayah dan anak itu dingin. Memang Hyeah dan Tuan Shin tidak begitu dekat, seperti kedekatan Hyeah dan ibunya. Sarapanpun telah selesai. Hyeah pamit menuju kesekolah. Dibukanya pintu rumah dan menutupnya. Ketika berbalik begitu terkejutnya ketika wajah Cho Kyuhyun begitu dekat dengan wajahnya bahkan hidung merekapun sempat bersentuhan sebelum Hyeah memundurkan langkahnya hingga ia menempel pada daun pintu. Matanya mengerjap beberapa kali menatap kyuhyun didepannya yang tersenyum manis bagaikan gula yang dikerumuni semut merah. 


" A-apa yang kau lakukan disini sunbae? " Cicit Hyeah.

" Kau kenal aku ?" Hyeah mengangguk.

" ah mana mungkin kau tak mengenalku jika seluruh orang mengetahui diriku yang tampan ini?" ucap Kyuhyun narsis.

" Ayo."

" Apa?" tanya Hyeah.

" tentu mengajakmu berangkat bersama. Masa iya berkencan ? jika kau mau, ayo!"  Hyeah yang mendengar kata kencan, mendadak panas menjalar diwajahnya.

" tunggu! Dari mana sunbae tahu rumahku?" ada apa dengannya? Ini benar-benar aneh.

" Itu tidak penting. Ayo."

" Tidak usah sunbae."

" Aku berangkat sendiri." Tolak Hyeah berusaha bersikap dingin seperti biasanya. Hyeah melangkah meninggalkan Kyuhyun. Baru dua langkah ketika kyuhyun mencekal tangannya dan menyeret paksa hyeah menuju mobilnya. 

"Aku tak menerima penolakan" ucap kyuhyun dan segera menutup pintu mobil dan ia beralih kesisi pengemudi.

Selama diperjalanan hanya kediaman yang mengisi, walau beberapa kali kyuhyun berusaha untuk mengajak hyeah berbicara. Hyeah hanya menjawab iya ataupun tidak.  Tanpa kyuhyun ketahui hyeah diam-diam memegang jantungnya yang berdetak kencang seakan ingin keluar dari tempatnya. Di hembuskannya pelan-pelan nafasnya lewat mulut mencoba mengurangi kegugupan yang begitu menghimpitnya.
.
.

" Sunbae, turunkan aku disini." Alis Kyuhyun menukik sebelah menatap hyeah tidak mengerti.

" ini masih Dua Ratus meter dari sekolah." 

" Tidak apa, turunkan aku di sini sunbae."  Kyuhyun merasa tidak suka atas permintaan calon gadisnya ini. Hyeah menatap kyuhyun dalam. Penuh permohonan. Kyuhyun menghela nafas panjang, menepikan mobilnya dan berhenti. Segera hyeah melepas seatbelt nya. Menatap sekeliling sebelum keluar dari mobil mewah kyuhyun. 

" Terima kasih sunbae." Hyeah menunduk dan berlalu meninggalkan Kyuhyun.

" Sial!" dan Kyuhyun pun melajukan kembali mobilnya secara perlahan mengiringi hyeah dari belakang. Hyeah memasuki gerbang dan di sana Seo johyun telah menunggunya untuk memasuki kelas bersama seperti yang mereka lakukan. 

" Ayo. " Johyun datang dan langsung mengapit lengan kecil hyeah. Johyun menatap sebentar mobil dibelakang hyeah dan mengedipkan matanya menggoda. 

"Kau sudah mengerjakan tugas fisika? " tanya johyun ketika berjalan dikoridor. Hyeah mengangguk, " eum—hehe—aku, lihat ya? Aku lupa mengerjakannya"  johyun tersenyum. Hyeah menghela nafas dan memutar matanya malas. " Baiklah."

" Terima kasih." ucap Johyun
.
.
Kali ini hyeah memakan bekalnya di kafetaria sekolah. Johyun duduk didepannya sambil memakan pasta yang ia pesan. Dengan tergesa Hyeah memakannya, ia tidak merasa nyaman dimana semua pasang mata yang menatap hina padanya karena tidak tahu dirinya berteman dengan gadis tercantik di sekolah. Dalam tergesa-gesaannya itu, ia dikejutkan untuk kedua kalinya oleh orang yang sama. Kyuhyun menyodorkan botol jus yang dibelinya dihadapan Hyeah. 

"Minumlah" Ucap kyuhyun. Johyun hanya diam menatap kedua orang dihadapannya. 

" Tidak perlu sunbae."  Kyuhyun melirik sebentar johyun dan memberinya sekilas senyum yang penuh arti.

" Hye, aku ada perlu. Jadi aku kembali duluan ya? " Hyeah menatap tidak mengerti johyun. Tanpa menunggu jawaban Hyeah, Johyun berjalan cepat meninggalkan kafetaria. Hyeah melanjutkan makannya tanpa menghiraukan Kyuhyun yang sekarang menatapnya dengan posisi dagu bertumpu pada kedua tangannya. Penghuni kafetaria yang melihatnya mulai berkasak-kusuk.


'Apa yang dilakukan si pangeran dengan menghampiri si miskin itu'

' aku tidak rela jika mereka dekat!'

' kita harus memberinya pelajaran.'

' ya. jika kau ingin berurusan dengan si putri'


Hyeah yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas. 

" Apa yang kau inginkan sunbae? "

"Menatap wajahmu yang cantik" jawab kyuhyun merayu. Terasa darah mengalir cepat merambati pipi mulus hyeah. Kyuhun yang melihatpun terkekeh kecil. 

"Mau berkencan akhir pekan ini?" Kyuhyun semakin gencar melancarkan aksinya. 

"Ti—tidak terimakasih." Ucap hyeah dan segera membereskan peralatan makannya dan meninggalkan Kyuhyun yang terbengong karena baru saja merasa ditolak. Tepukan dibahunya menyadarkan. Dilihatnya ketiga sahabatnya tersenyum mengejek. 

" Wel..wel..wel, apakah teman kita baru saja ditolak ? " ejek Hyuk Jae. 

" Kurasa benar." Timpal Yesung.

" Kusarankan kau mundur Cho. Dan biarkan aku yang memulainya."

" Enak saja! Aku yang akan mendapatkannya choi siwon." Ucap Kyuhyun mutlak dan meninggalkan ketiga temanya yang saat ini mulai ber tos ria.





~To be Continue~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: