Murid Baru
Seperti hari biasa, aku berjalan dikoridor sendirian.
Ulan dan Tia? Biasalah mereka.
Kali ini rasanya berbeda dari hari sebelumnya, siswa cewe disini pada berkumpul udah itu mukanya berseri lagi. Hii geli jadi mandang mukanya. Kalau dibayangin cowo berkumpul udah itu pada bergosip terus mukanya kek emak-emak arisan? Sumpah ngga bisa dibayangin.
Kalau sih 3 kunyuk kek gitu? Gimana ya?
Hush.. jadi geli sendiri.
Aku masuk kedalam kelas sambil senyum-senyum ngga jelas gara-gara bayangin 3 kunyuk bergosip, rupanya semua—Tia,Ulan,Albi,Aldi,Faruq,Nabila--pada ngumpul dibangku aku sama Ulan. Saat mata aku lihat ke 3 kunyuk aku jadi tertawa kecil lihat mereka yang serius banget.
Tunggu, aku tebak pasti lagi ngerjain pr, mangkanya muka serius amat?
"Za, pagi-pagi jangan gila deh" kata Ulan bergedik saat aku sudah duduk di kursi sambil megangin jidat aku."Panas lagi, astafirullah" lanjut Ulan.
"Apaansih" kataku setengah ketawa.
"Pasti ada kabar gembira ya?" celetuk Aldi.
"Kulit manggis kini ada ekstranya" kata Faruq dengan ngencontohin iklan. Kami ketawa.
"Ada apa sih? Ceria banget muka lo Za" kata Nabila.
"Iyanih, gue tebak pasti lo ada pacar ya sekarang?" Tanya Tia. Aku yang gerampun langsung aja ngeloyor kepala Tia.
"Apaansih, guekan udah bilang gue ngga mau pacaran sekarang" kataku.
"Keburuan tua baru tau rasa lo" kata Faruq sadis.
"Lo sama Ulan sama aja" kataku sambil mutar bola mata.
"Iyalah, guekan ditakdirkan sama Ulan" jawab Faruq santai sambil mainkan alis dengan ngelirik Ulan. Sedangkan Ulan hanya mandang horror ke Faruq.
"Jijay gue sama lo, takdir gue itu sama Nopal" ceplos Ulan. Aku yang tepat berada disamping Ulan, langsung aja aku cubit perutnya. Bisa-bisanya dia bilang kek gitu? Padahal sih Ulan sudah punya Zikri?
"Nopal?" Tanya Faruq penasaran.
"Nopal anak basket itu?" Tanya Albi.
"Eh,, anu bukan. Keluarga gue,, eh iya keluarga gue" kata Ulan kegelapan.
"Serius?" Tanya Nabila tak percaya.
"Iya kok keluarganya" timpalku supaya mereka percaya, dan akhrinya mereka percaya. Aku sama Tia dan Ulan lega juga.
Hening.
"Eh, katanya kelas kita ada murid baru lagikan?" kata Nabila.
"Serius? Cewe apa cowo?" tanya Faruq antusias. Baru juga sih Nabila mau jawab, eh sih Aldi udah motong.
"Cantik ngga?" tanyanya.
"So, katanya dia cowo" jawab Nabila santai.
"Tapi sih anak baru itu ganteng ngga ya?" lanjut Nabila.
"Semoga aja ganteng" kata Tia sambil ngelirik Albi.
"Pasti masih gantengan akulah pada si anak baru" kata Albi dengan percaya diri. Sedangkan Tia hanya ketawa lihat pacarnya seperti itu.
"Jijay gue" kataku sambil mutar mata.
"Ops maaf, lupa kalau ada orang jones disini" kata Tia sambil ngelirik aku. Aku hanya mutar bola mata.
"Mangkanya cari pacar" kata Aldi.
"Ogah gue" kataku malas.
Saat itu juga anak kelas aku langsung masuk dengan gerombolan, tebak deh pasti udah ada induknya.
Akupun sama yang lain langsung duduk ke bangku masing-masing. Aku noleh kebelakang mau ngambil buku didalam tas untuk pelajaran hari ini.
"Za, hari ini lo latihan voly?" Tanya Indra—teman kelas-- saat aku mau buka tas.
"Belum tau juga sih" jawabku.
"Tapi katanya hari ini mau sparing lawan SMA—" Kata Indra terpotong gara-gara ada seorang memperkenalkan diri. Akupun langsung natap ke arah depan, gimana muka sih anak baru itu, dan..
Bukannya dia yang ditoko buku itu?
"Perkenalkan nama saya Aldebaran Nabhan Pradipta, senang bertemu dengan kalian" sapanya.
Eh gila, sombong bener jadi orang. Masa perkenalannya cuma kek gitu? Ngga ada embel-embel pindahan dari mana gitu.
"Oke, kamu boleh duduk bersama.." kata guru sambil cari bangku yang tepat.
Jangan ke gue, please..
"Okelah, kamu boleh duduk sama Tiara" lanjut guru. Akhirnya aku bisa bernapas lega juga.
Tapi tungggu dulu. Tiara? Bukannya Tiara duduk sebrang kanan gue?
Aku mandang kearah kanan, kebetulan banget disitu ada bangku kosong, aku balikan lagi kepala ku kearah depan rupanya si murid baru itu sudah jalan kearah bangkunya. Sebelum sampai aku hanya pura-pura baca buku tapi tetap ngelirik dia, dan kau tau? Dia senyum kearah aku saat aku tertangkap basah dengannya.
"Gila Za, ganteng banget" bisik Ulan. Akupun noleh kedia.
"Ingat, lo itu udah punya Zikri" peringat aku. Sedangkan dia hanya nyengir.
*
Huaaa akhirnya istirahatpun tiba. Akupun menyimpan buku kembali ke dalam tas, dan kebetullan sih Indra belum keluar. Kesempatan nanya.
"Ndra, hari ini sparingnya jam berapa?" tanyaku.
"Jam—" lagi-lagi jawaban Indra terpotong.
"Za, gue duluan ya. Mau keruang Osis dulu" tebaklah itu suara siapa yang motong kata Indra.
"Berapa?" tanyaku lagi.
"Seperti bi—" lagi. Omongan Indra terpotong.
"Hai, boleh kenalan?" Tanya sih murid baru.
"Udah lanjutin aja" kataku kesal.
"Seperti biasa" jawab Indra dengan tuntasnya. Akhirnya.
"Gue Indra" katanya sambil jabad tangan ke anak baru.
"Gue Dipta" balasnya.
"haha, udah tau juga kok gue" kata Indra.
"Kamu?" kata sih Dipta.
Apa katanya? Kamu? Jijay gue.
"Yuk Ndra temenin gue ke kantin" ajakku ke Indra.
"Yuk" kata Indra." Mau ikut ngga?" lanjut Indra kearah sih Dipta.
"Boleh" jawabnya. Akupun langsung aja nendang tulang kering Indra. Udah tau orang mau ngehindar, eh dia malah ngajak sih Dipta.
"Kalian berdua aja, gue mau keloker mau ngambil sesuatu" kataku langsung pergi beitu saja.
Sialan tuh si Indra, udah tau gue mau ngehindar si anak baru itu ehh seenak jidatnya dia malah ngajak sih anak baru. Rese banget!
Sampai diloker, aku baru ingat kalau aku ngga pernah keloker sebelumnya. Jadi, mau ngambil apa kalau loker aja aku ngga isi, masih mending deh, nomor loker aku aja lupa. Bagus keloker Ulan aja deh, mau minjam novel barunya.
Fathiya A : Lan, loker lo nomor berapa?
Ulan Putry : 273. Mau ngapain ke loker gue? Awas barang gue ada yang hilang.
Fathiya A : gue mau minjem novel baru lo. Lo sih pelit amat, novel baru kok simpan di loker bukannya di rumah.
Ulan Putry : Eh, gue itu kalau baca novel dirumah sama disekolah beda.
Fathiya A : terserah lo aja deh, gue pinjam ya?
Ulan Putry : Lo ngga perlu izin gitu, kalau gue ngga mau juga, lo tetep ngootot pinjam juga
Fathiya A : Lo emang sahabat gue paling baik sedunia. Makasih ya.. muachhh :*
Ulan Putry : jijay gue.
Akupun tersenyum lihat balasan Ulan, pasti mukanya dipasang jijik gitu kalau aku langsung lihat mukanya.
Aku masukkin iphoneku ke saku baju dan berjalan mencari lokernya Ulan, saat ketemu akupun langsung buka dan...
"Gila.. ini barang apaan ni? Banyak banget" kataku histeris. Akupun langsung minggirin barang-barang yang ada didalam loker Ulan, dan dapat deh novelnya. Akupun tutup kembali pintu loker dan betapa kejutnya aku kalau dibelakang pintu loker ada Dipta dengan senyumnya yang merekah. Akupun hendak mau pergi tapi dia malahan nahan lenganku.
"Kamu yang ditoko buku kemarinkan?" tanyanya tanpa basa-basi. Aku ngangguk.
"Aku Dipta" katanya masih megang lenganku.
"Maaf saya udah tau nama anda, tolong lepaskan tanggannya" kataku sok formal.
"Formal banget" cibirnya, tapi tangannya tidak di lepaskan.
"Oke, tolong lepasin tangan GUE!" Kataku penekanan di akhir sambil ngentakkan tangannya dan pergi dari hadapannya.
Kenapa sih akhir-akhir ini sering banget gue lihat orang yang bikin gue jantungan? Apa nanti gue akan ketemu pria idaman gue juga? Ehh ngga guekan hanya nunggu sih Aldi.
Aku berjalan di koridor sambil megangin novelnya Ulan. Sekarang aku harus kemana? Akhirnya aku menuju tempat dimana tempatnya buat aku tenang. Perpustakaan!.
Aku masuk ke perpus dan langsung aja duduk sambil baca novel. Baru juga berapa halaman, ehh sih bel udah bunyi. Akupun berjalan menuju kekelas, dan disana mereka—Aldi,Albi,Faruq,Ullan,Tia,Nabila-- lagi ngumpul dibangku Ulan sama aku. Eitss tunggu.. sih Dipta juga ikut ngumpul?
"Minggir Tia, gue mau ngambil tas" ketusku dan kebetulan Tia duduk di kursi aku.
"Oh.. oke" kata Tia heran dengan tingkahku tiba-tiba ketus.
"Mau kemana Za? Udah bunyi bel. Jangan bilang lo mau bolos?" curiga Ulan. Aku hanya diam dan langsung pergi begitu saja. Tapi sebelum itu sih Aldi nahan lenganku dan aku noleh kearahnya.
"Kemana?" tanyanya lembut.
Ohh myy... benaran ini sih Aldi?? Kenapa jadi lembut gituu katanya. Oke Zahraa fokus, sekarang lo harus bolos. Ehh tapikan tadi gue niatnya bukan bolos hanya mau pindah tempat duduk? Uhh Ulan sialan banget.
"Kemana Fathiya Azzahra?" kata Aldi dengan tegas.
"Bukan urusan lo" kataku akhrinya."So, lepasin tangan gue" lanjutku. Aldi malah ngeratkannya.
"Sakit Di" ringisku.
"Sekarang jawab. Fathiya Azzahra kamu mau kemana?" katanya lembut.
Duhh... fly ni guee..
Aku tetap aja diam.
"Duduk ke bangku" tegas Aldi. Aku tetap aja diam. Akhirnya dia bawa aku ke bangkuku dan barulah dia lepasin tanganya dari lenganku.
"Zahra lo kenapa?" Tanya Tia khawatir. Aku hanya ngeleng dan senyum tipis.
"Lo sakit Za?" Tanya Ulan dengan khawatir juga."Kalau sakit dibawa ke UKS aja" timpal Nabila. Aku hanya ngeleng.
Anjirlahh.. kenapa gue bisa kek gini ya? Padahal gue hanya muak dengan mukanya sih Dipta. Boleh ni sekali-sekali kek gini. Okee Zahraa akting lo memang bagus.
Eh,, tunggu. Kok maag gue ngga kambuh ya? Padahal tadi pagi gue keburu-buru dan ngga sempat sarapan dann OHHH MYY.. tadi waktu istirahat juga gue ngga makan. Mampus dahh gue, siap-siap diceramahin deh sama Ulan dan Tia kalau gini caranya. Oke Zahra akting lo bagus diawal dan jelek diakhir.
Akhirnya aku hanya tenggelamkan kepala dengan tangan aku dilipat atas meja. Mereka lanjutin bincangan yang sempet tertunda tadi.
Oke Zahra, sekarang akting jelek lo mulai beraksi.
Aku gerakan tanganku satu lagi dan nyentuh perut yang terasa sakit. Semoga aku tak pingsan. Hihii..
Satu...
Dua...
Duhh tambah nyucuk bener nii.
Tiga...
Oke, semuanya gelap!
*
Duhhh ni cerita ngga tau gimana alurnya...
Tapii maaf jugaa yaa kalau ceritanya lebay dann gajee... aku juga ngga tau ini nanti ceritanya ada adegan sedih atau kesal atau benci atau apalahh itu. Yang penting aku usahin HAPPY ENDING!!
Maaff jugaa yaa, karna ceritanya terlalu pendekk...
Dann terima kasihhh banyakk jugaa yang udah baca cerita aku dan votenya juga.. hihii.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top