Makanan aneh.
"GUE BEGO!BEGO!BEGO!" Bentak Ulan.
Sekarng aku,Ulan dan Tia lagi dikamar Ulan. Tak tau kenapa saat Ulan dipanggil Nopal, tiba-tiba Ulan narik aku untuk pulang, untung saja pelatihnya dibolehin saat aku izin kalau Ulan lagi sakit. Sampainya dirumah, Ulan langsung hambur aja kekamarnya, langsung dikunci aja gitu. Akupun yang khawatirnya nauzubila langsung aku gedor tanpa henti, Tia yang dengar aku teriak-teriak sambil gedor pintu langsung keluar dari kamarnya-pas sebelah kamarnya Ulan--, akhirnya Ulan buka juga pintunya. Dan disinilah aku dikamar Ulan.
Untung saja oma sama opa ngga ada dirumah.
"Ulan lo ngga bego" kataku untuk nenangkan.
"Gue bego Za...bego" katanya sambil terisak.
"Lo ngga bego kok Lan. Udah ada kita disini" kata Tia sambil nenangkan Ulan juga.
"Emangnya ada apa sih Za?" Tanya Tia."ceritain" lanjut Tia.
"ceritanya itu waktu latihan basket, kan gue lagi minum ehh datang sih Aldi sam-"
"Serius" kata Tia sambil masang muka datar.
"oke, pas itu gue lagi canda sama 3 kunyuk, Ulan juga. Ehh datang deh sih Nopal sama Iqbal-"
"Iqbal?" kata Tia motong. Aku ngangguk.
"Saat itu sih Nopal ngajakkin Ulan mau ngomong bentar di taman belakang dan Ulan mau. Saat istirahatnya udah selesai gue tanding sama anak cowo dan saat itu juga Ulan langsung narik gue ke parkiran dan gue balik lagi ke lapangan kalau Ulan sakit dan pelatihanya ngeijinin. Tak tau juga sampe rumah Ulan udah kek gini" lanjut ceritaku. Tia ngangguk.
"Emangnya kek gimana ceritanya Lan?" kataku.
"Tadi.. Nopal megangin lengan gue.. sampe ketaman belakang.. kita duduk berhadapan.. dan.. dan dia ceritain semuanya.. kalau itu hanya kesalah pahaman" cerita Ulan sambil terisak.
"Mangkanya kalau orang cerita jangan main tinggal aja. Ini belom juga ceritanya abis ehh udah main tinggal aja" sungutku.
Iyasihhh waktu saat SMP dulu sih Nopal adalah cinta pertamanya Ulan. Tapi saat kejadian tamat SMP dulu Ulan murung terus dikamar seharian sampe sih nyokap Ulan nelpon aku sama Tia, kenapa sih Ulan murung terus sampe seharian, akhirnya aku sama Tia langsung aja cus ke rumah Ulan dan saat itu aku bilang kalau aku sama Tia ada didisini-rumah Ulan-dan barulah dia bukain kamarnya dia langsung ceritain ke aku sama Tia kalau sih Nopal mau pindah kota ngikutin bonyoknya tapi Nopalnya ngga minta putus tapi yang minta putusnya sih Ulan. Tapi yang begonya lagi Ulan main tinggal aja gitu sih Nopal saat mereka berdua lagi di café sampe besoknya juga Ulan ngga mau ngantarin Nopal ke bandara. Menerut aku sih Nopal juga bego deh, soalnya dia bilang pas besoknya dia pergi. Gimana coba?
Tapi saat masuk SMA, Ulan orangnya jadi dingin, tapi saat bersama aku dan Tia dia ngga dingin. Tapi saat itu juga orangnya jadi sensitif mudah marah-marah. Dan saat kelas 11, yang aku mau pindah kekota ini dia paling orang mentah-mentahan nyuruh aku ngga usah pindah. Aku yang ngga tega lihatnya akhirnya aku suruh bonyok dan bonyok mau, bonyok sih Ulan sama Tia juga mau. Saat itu juga ada syaratnya kalau sih Ulan mau ngiikutin aku kekota ini, yaitu ubah sikapnya seperti dulu dan dia terima dan akhirnya sampe sekarang sikapnya sudah kembali Ulan yang mudah senyum.
"Gue memang bego Za" kata Ulan pelan.
"Udah, hanya salah paham juga" kata Tia nenangkan. Ulan ngangguk.
"Eh Za, tadi Iqbal siapa?" Tanya Tia.
"Eh.. emm... anuu.." kataku ke gelepan.
Bego banget sih gue bisa keceplos tadi.
"Iqbal lo Tia" kata Ulan datar.
"Se..serius?" kata Tia tak percaya. Ulan ngangguk.
"Gimana bisa terjadi?" Tanya Tia yang sudah matanya berkaca-kaca dan aku lihat ada.. kerinduan?
"Zahra kemarin ngga sengaja nabrak sih Iqbal dikoridor dan Iqbal langsung narik lengan Zahra, disitu Iqbal ceritain semuanya ke Zahra ditaman belakang." Cerita Ulan. Sedangkan Tia hanya natapku dengan tak percaya, aku hanya ngangguk akhirnya aku dengar Tia hembuskan nafas.
"Gue kemarin sempet lihat dia juga di taman belakang sendirian duduknya, tapi gue lihat dari samping aja mukanya, gue ngga percaya saat itu tapi akhirnya gue percaya kalau Iqbal bener-bener sekolah sama kita" cerita Tia.
"Serius?" kata Ulan. Tia ngangguk.
"Kenapa lo ngga samperin?" kata Ulan frustari.
Kok Ulan cepet bener sih berubahnya?
"Gue kemarin sama Albi dari kantin masalahnya" kata Tia dengan nada kesal?. Sedangkan Ulan hanya pasrah.
"Yaudah jangan galau gitu, mangkanya jangan pacaran mulu" kataku.
"Lo tu cari pacar dulu, jadi kalau udah besar nanti baru rasa sakit hati, baru tau rasa lo. Barudeh nanti jadi ABG labil. Nikah tua baru tau lo" ancam Ulan.
"Apaansih, gue itu hanya cari cowo yang sedia apa adanya dan cinta mati sama gue dan cinta pertamanya itu gue dan gue sebaliknya, jadi saling mengerti cinta itu apa." kataku. Sedangkan Ulan sama Tia hanya mutar bola mata.
"Udah ah, jadi galau-galaunya, mending mandi deh habis tu sholat bentar lagi magrib, barudeh kita jalan-jalan ke mall" kataku.
"Males gue ke mall, banyak tugas juga" tolak Ulan.
So? Ulan orangnya memang ngga suka naburkan uang yang hanya ngga penting. Bukan berarti dia pelit tapi dia bilang hidup itu harus sederhana.
"Ayolah Ulan" kataku sama Tia bersamaan.
"Males gue, palingan sampe kesana nonton terus lihat barang yang bagus langsung dibeli, ingat deh kita sama bonyok itu beda pulau" kata Ulan. Bener juga sih,, tapi aku sama Tia yang notebatenya pemboros emang gitu. Hehe.
"Iyasih, tapi ayolah Ulan, please" bujuk Tia.
"Ngga ah guee" tolak Ulan mentah.
"Yaudah gue sama Tia aja deh yang pergi, mentang-mentang juga sekarang udah ada pacar sekarang perginya ngga mau sama sahabatnya" cibirku.
"Dasar jones" cibir Tia sama Ulan bersamaan. Sedangkan aku hanya mutar bola mata.
"Ayolahh Ulan, sekali aja" kataku.
"Okelah" kata Ulan pasrah.
*
"Sekarang kita mau ngapain?" Tanya Ulan lemah.
"Eh, kata sih Albi kemarin ada restaurant ala Jepang gitu. Coba yuk" ajak Tia.
"Makanan Jepang?" tanyaku dengan alis terangkat. Tia ngangguk.
"Ngga ah gue, makan yang lain aja" tolakku.
Jangan heran kalau aku itu memang ngga suka makan aneh-aneh, seperti sushi. Apalagi keju? Paling anti banget. Tapi kalau udah makan mertabak manis pasti rasa keju yang aku suka. Itulah aku, aneh banget.
"Ayolahh Zahraa" bujuk Tia.
"Ngga ah, lo sama Albi aja nanti makannya" kata aku.
"Kayaknya enak deh Za, ayolah Zahra, please" bujuk Ulan.
"Kalau sama Albi itu beda lagi" sangah Tia.
"Okelah" kataku pasrah. Sedangkan mereka senyum bangga, aku hanya mutar bola mata.
Saat sudah didepan restaurant aku nahan lengan sih Ulan dan Tia--untung saja aku ada ditengah jalannya--, Otomatis sih Tia dan Ulan juga berhenti, dia langsung natap aku bingung.
"Beneran tuh makanannya?" kataku. Mereka ngangguk.
"Ayolah, tempat lain lebih enak lagi" kataku memalas.
"No, lo harus nyicipin makan aneh-aneh" kata Tia.
"Lo ngga ingat saat aku nyobain sushi?" tanyaku.
"Ingat kok, tapi ayolahhh Za, disini ngga ada sushi" bujuk Ulan. Huu kalau 2 lawan 1 pasti kalah la satu.
"Baiklah" kataku pasrah.
"Biar gue pesenin lo, lo duduk aja yang manis disana" kata Tia sambil nunjuk tempat duduk paling pojok. Iyasih tempat ini ngga terlalu luas, tapi tempat ini bisa duduk diluar juga.
Akupun ikut kata Tia. Sampai tempat duduk aku lihat Tia dan Ulan yang sedang mesen makanan. Ngerasa bosan, aku ngambil tas kecilku dan cari iphoneku. Saat udah ketemu barudeh aku buka path dan langsung aja aku beri tanda dimana aku sekarang dengan captionnya "Semoga Tuhan bisa memberikan aku izin untuk lihat hari esok"
Saat sudah kirim dan ngga lupa juga aku tag ke Tia dan Ulan. Saat itu juga datang deh sih Ulan dengan mapan berisi mangkuk dan air frenta dan sih Tia datang dengan mapan yang berisi 2 mangkuk dan 1 botol air putih kecil dan air frenta satu.
Aku tebak pasti disini jual air bersoda mangkanya sih Tia mesenin aku air putih?
Saat udah nyampe ke meja, Tia langsung nyodorin aku mie yang isinya daging? Ohmayy daging apa ini?
"Ini daging apa?" tanyaku
"Bab*" kata Ulan datar.
"Anj*ng" kata Tia datar juga.
Aku yang sedang lihat daging itu sambil ngehirup baunyapun langsung aku buang lagi ke mangkuk dan nyodorin mangkuknya jauh dari muka aku.
"Gila ya lo berdua? Sumpah gue ngga mau makan yang ini, bagusan juga gue makan keju dari pada ini" kataku histeris.
Gila apa mereka berdua? Masa daging anj*ng sama bab* dimakan?
"Bercanda kali Za, serius amat sih. Itu daging asap kali" kata Ulan kemudian ketawa yang disusul oleh Tia. Aku hanya mutar bola mata.
Tapi, ini seriuskan daging sapi?
Akhirnya aku coba juga dagingnya, enak juga.
"Coba deh pakai mienya, pasti enak" kata Tia.
Saat aku ngodak mienya, aku baru sadar dan...
"Ini mie atau ular?" kataku."Besar banget, gilaa" lanjutku takjub.
"Cacing" kata Tia.
"Apaansih Tia, lagi makan ni" sungut Ulan. Sedangkan aku sama Tia hanya ketawa.
Fyi, Ulan memang ngga suka kalau lagi makan sambil kata kotor, apalagi tentang ta*. Haha, kalau aku sih sama Tia ngga ada rasa gelinya, apa coba untuk dibayangin?
Enak juga.
Akupun ngecek kembali iphoneku saat Ulan sama Tia masih makan. Tumben banget ya aku paling cepet makannya daripada mereka? Padahal kalau lagi makan aku yang paling lama dari pada mereka.
Eh? Kok banyak banget sih masuk? Siapa ni yang komen?
Aslilahh sih kunyuk rupanya.
"Aminn" komen Aldi yang aku bikin caption.
"Amin (2)" Itu Faruq.
"Amin (3)" Itu Nabila juga.
"Semoga juga cewe gue ngga ikut lo ya, amin (4)" itu juga Albi.
"Yeayy! Gue masih hidup" balasku.
"Alhamdulilah" balas Aldi cepat.
"Alhamdulilah(2)"
"Alhamdulilah(3)"
"Alhamdulilah(4)"
"Makasih yaa udah pada doain" balas aku pada mereka.
"Jangan lupa bungkus"
"Jangan lupa bungkus(2)"
"Jangan lupa bungkus(3)"
"Jangan lupa bungkus(4)"
"Ciee pada kompak semua" balasku.
"Apaansih, nih sih Aldi pada plagiatin gue" balas Faruq.
"Lo kali yang plagiatin gue, ehh ngga, semuanya." balas Aldi.
"Gue ngga ada plagiatin lo Di" balas Nabila cepat.
"Iyanih, udahlah kalian yang plagiatin gue" balas Albi.
"WOII! NYADAR NGGA SIH INI DIKOMEN, BERISIK!" Balasku. Mana ngga berisik sih dari tadi iphone aku malah berbunyi terus dari komen mereka.
"Ini nih yang duluan sih Faruq" balas Nabila.
"Gue lagi disalahin, ni yang bikin duluan sih Aldi" balas Faruq.
"Gue ngga ada ya, kalian tu yang ngikutin gue" balas Aldi.
"Yee malah nyalihin gue, gue ngga ada kali" balas Albi.
Aku yang sedang ngobrol aja jadi terganggu sampe-sampe sih Ulan negur aku.
"Za, iphone lo dari tadi ribut banget" tegur Ulan.
"Minta makan kali dia" kata Tia. Sedangkan Ulan hanya ngeloyor kepala Tia.
"Coba kalian lihat deh di path, pada ribut semua" kata aku sambil putar bola mata. Merekapun langsung ngeluarin iphonenya dari tas, pantesan mereka ngga terusik, iphonenya di tas, kirain di celananya.
"BERISIK!" balasku.
"Gilaa, pada berantem semua di komen" kata Ulan tapi tatapannya hanya ke iphone. Sedangkan Tia hanya geleng kepala.
"Haiii semuaa, alhamdulilah yaa sih Zahra ngga mati" itu balas dari Ulan.
Okesipp ini semua sahabatku otaknya pada sengklek.
*
"Gue ketoilet dulu ya" kata aku saat kami sudah berada di toko buku. Ulan dan Tia ngangguk.
Saat berjalan keluar toko buku, ngga sengaja aku nabrak seorang. Dan alhasil bukunya betaburan.
Akhir-akhir ini kok gue suka banget nabrak seorang sih?
Akupun berjongkok dan ngambil buku yang di bawa tadi, dan dia juga seperti aku.
"Maaf ya" kata aku dan dia barengan saat sudah berdiri. Aku hanya tertawa kecil.
"Maaf, tadi saya yang nabrak anda. Permisi" kataku lalu pergi ketoilet. Aku sempet ngelirik dia, dia hanya matung dan tak lama ngangkat bahu dan pergi ke kasir.
Aneh?
Akhirnya lega juga saat sudah keluar dari toilet, aku berjalan lagi ke toko buku, disitu aku lihat Ulan sama Tia lagi ngantri dikasir, aku juga lihat Tia beli buku. Ntahlah Tia beli buku apa? Setau aku sih Tia ngga suka baca novel.
"Beli apa Lan?" tanyaku.
"Oh ini, novel" katanya. Aku hanya nganggu.
"Lo Tia beli apa?" tanyaku lagi.
"Buku tulis" katanya. Aku hanya ngangguk lagi.
"Lo ngga beli? Novel gitu?" Tanya Ulan. Aku hanya geleng, sedangkan Ulan hanya nganggkat alis.
"Punya lo ada, nanti gue tinggal minjam aja" kataku nyengir.
"Dasar" katanya sambil ngeloyor kepala aku.
*
Maaf yaa kata-katanya ada kotor. Hehe :D
Jangan lupaa vote dan comennya yaa;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top