'Aku kamu'

Aku berjalan menuju rak-rak yang berisi novel yang berada ditoko buku. Ntah kenapa aku ingin beli novel baru. Saat pilih-pilih novel, aku tak sengaja nabrak orang dari samping dan alhasil yang aku tabrak barangnya berjatuhan.

"Eh maaf ya ngga sengaja" kataku sambil munggut barangnya dan saat sudah selesai munggutnya aku berdiri dan betapa kejutnya aku kalau yang aku tabrak adalah sih..

"Dipta?"

"Eh, Zahra. Lo suka banget ya nabrak orang, untung itu gue bukan orang lain" katanya dengan songong. Aku hanya mutar bola mata dan pindah ke rak lain.

"Kesini sama siapa Za?" Tanya Dipta tiba-tiba disampingku.

"Astafirullah, lo mau gue jantungan apa Dip?" semprotku dan mukul bahunya.

"Haha, ngga kok. Maaf deh maaf. Lo kesini sama siapa?" tanyanya lagi.

"Sendiri aja" balasku sambil baca sekilah novel.

"Oh.. sih Ulan sama Tia tumben ngga ikut?" tanyanya lagi.

"Biasalah mereka, sibuk pacaran sekarang" kataku. Dia ngangguk. Aku berjalan lagi sambil lihat-lihat novel yang menurutku bagus.

"Lo sendiri sama siapa kesini?" tanyaku tapi masih fokus dengan cari novel.

"Sama adek gue, sebenarnya sih gue males mau nemenin dia" katanya memalas.

"Lah, adek lo mana sekarang?" tanyaku.

"Di tempat alat lukisan"

"Adek lo suka melukis?" tanyaku takjub. Akupun akhirnya fokus sama pembicaraan sih Dipta. Dipta ngangguk.

"Wahh keren banget dong adek lo Dip, gue aja pengen melukis boro-boro menggambar aja ngga bisa" kataku.

"Mangkanya belajar dong" kata Dipta mantap.

"Udah belajar, sampe-sampe sih Tia kesel dengan aku yang tak bisa-bisa menggambar" kataku memalas.

"Haha, lo sih ngga berusaha" katanya sambil nagacak rambutku.

"Ish, udah kali berusaha tapi tetap aja kali gagal" kataku."Berantak nii" sungutku sambil betulin rambut yang habis diacak-acakin.

"Kak Dipta, aku cariin kakak kemana-mana malah kesini" kata seseorang dengan bawa alat lukisannya. Mungkin ini adiknya sih Dipta?

"Eh ada.. maaf ya" katanya saat melihatku dengan senyumnya yang manis.

"Ngga apa kok" balasku dengan senyum ramah.

"Iya-iya maaf ya adikku sayang" kata Dipta sambil ngacak rambut adiknya. Sedangkan dia hanya ngangguk.

"Nama kakak siapa?" katanya.

"Nama kakak Zahra. Kalau adek?" tanyaku.

"Dhela. Kakak siapanya kak Dipta?" tanyanya.

"Hanya temen sekolah" kataku sambil ngacak rambutnya.

"Oh.. ngga lebih?" tanyanya dengan jahil.

"Hush, dasar bocah. Masih kecil ngga boleh tau apa yang lebih-lebih" kata Dipta.

"Yee, aku udah besar kali kak" sungutnya sambil ngerucutkan mulutnya.

"Ngga kok, hanya temen sekolah" kataku."Eh, kakak pamit dulu ya, Dip gu-" kataku terpotong gara-gara Dipta ngerangkulku.

"Ngomong didepan adek gue jangan pakai 'gue elo' harus pakai 'aku kamu'" bisik Dipta. Aku ngangguk.

"Eh Dip, aku pamit dulu ya" kataku akhirnya.

"Emangnya kakak habis ini mau kemana?" Tanya Dhela.

"Ngga tau juga" kataku.

"Yaudah kak, habis ini Dhela sama kak Dipta mau makan. Kak Zahra mau ikut ngga? Tenang aja, kak Dipta kok yang traktir" ajak Dhela.

"Haha, ngga usah deh. Makasih ya" kataku.

"Yahh, sekalian aja kok kak" pintanya. Aku pandang ke Dipta dan dia ngangguk.

"Em,, okedeh" kataku sambil tersenyum tipis.

"Hore.. tapi Dhela bayar ini dulu ya?" katanya. Aku ngangguk.

"Dip, kok ngomong didepan dia harua pakai 'aku kamu'?" kataku saat Dhela sudah berjalan menuju ke kasir.

"Emang udah dibiasain sama nyokap gue kalau ngomong harus pakai bahasa yang sopan biarpun itu sahabat kita sekaligus" katanya santai.

"Pantesan kemarin lo ngomong sama gue pakai 'aku kamu'" kataku. Dipta ngangguk.

"Tapi maaf juga ya, karna gue ngga tau masalah itu" kataku.

"Santai aja kali Za, dulu gue diam-diam ngobrol pakai 'gue elo' juga" katanya. Aku ngangguk

*

"Kak Zahra mau mesan apa?" kata Dhela.

"Eskrim aja" kataku.

Oke, sekarang aku,Dipta dan sih Dhela lagi makan ala-ala Jepang. Aku tak tau harus mesan apa, masalahnya ini tempat beda saat aku sama Tia dan Ulan makan ala Jepang waktu dulu. Untung ada eskrim, so? Jadi aku hanya bisa mesen eskrim.

"Kok eskrim aja? Disini sushinya enak lo kak, cobain ya?" katanya. Aku ngeleng.

"Ngga usah deh, kakak eskrim aja. Kakak masih kenyang" dustaku.

"Yang bener?" katanya dengan tak percaya. Aku ngangguk.

"Okelah" katanya dengan pasrah.

Saat sudah pesan sama pelayan, tak lama sih Dipta izin ke toilet.

"Dhela kemarin kenapa ngga ada dirumah? Kakak kemarin kerumah Dhela loh" kataku.

"Oya? Kapan tuh kak?" katanya antusias.

"2 hari yang lalu" balasku.

"Yahh pastilah ngga ketemu kak. Dhela aja kemarin baru sampe kesini" katanya cemberut. Duhh imutnyaa.

"Baru sampe? Emangnya Dhela dari mana?" tanyaku.

"Kemarin Dhela sempat kesini berapa minggu yang lalu, tapi nenek kemarin sempat sakit jadi terpaksa deh Dhela pergi lagi keSingapura tapi sih kak Dipta ngga ikut karna baru aja masuk sekolah dan tak mungkin kak Dipta minta izin gitu" cerita Dhela.

"Jadi nenek Dhela sekarang udah sehat?" tanyaku.

"Alhamdulilah udah sehat sekarang" katanya sambil tersenyum.

"Hayo gosipin siapa?" kata Dipta tiba-tiba.

"Apaansih kak, urusan perempuan tau" sungut Dhela.

"Haha, Dhela cerita kalau dia sempat ke Singapur ngejenguk neneknya lagi sakit" kataku. Dipta hanya ngangguk.

*

"Dip, emangnya kamu pindahan dari mana sih? Singapur?" tanyaku. Dipta ngangguk dengan fokus ke jalanan.

Saat ini, aku lagi diperjalanan untuk otw pulang. Dhela? Dia lagi tidur di belakang, sebenarnya tadi saat sudah selesai makanan, aku pikir aku langsung pulang aja dan nyuruh sopir aku jemput karna jalur pulangnya beda, tapi sih Dipta bilang sekalian aja dan aku ngga mau tapi Dhela ngotot nyuruhku ikut kedia, yaudah aku pasrah dan saat sudah di parkir aku buka pintu belakang, eh dia malah ngotot suruh aku duduk didepan aja, aku hanya bisa pasrah lagi.

"Kok kamu ngga bilang sama aku?" tanyaku lagi. Jujur ya, sebenarnya aku tak terbiasa bicara depan orang lain dengan embel-embel 'aku kamu' kecuali sama keluarga. Tapi kalau orang yang ngga kenal, pasti bahasa formal lah biar sopan dikit.

"Yee, kamu aja ngga nanya. Untuk apa juga diumbar-umbar"katanya.

"Kan waktu kenalan, kamu bisa bilang kalau kamu pindahan dari Singapur"kataku jujur.

"Ngga ah, biar aja orang penasaran. Haha" katanya sambil ketawa.

"Biasa aja" cibirku sambil buang muka ke jendela.

"Apanya yang biasa?"

"Ha? Ngga kok" kataku.

Hening.

Saat aku lihat dijalan, hari sudah mulai mendung. Mungkin bentar lagi mau hujan. Akan baru tersadar, rupanya mobil sih Dipta bukan jalur untuk kerumah ku tapi kerumahnya? Ntahlah aku tak tau, aku masih belum hafal jalan di sini, kecuali jalan mau ke sekolah.

Akhirnya aku noleh ke Dipta dengan raut bingung."Dip, kita mau kemana?" tanyaku.

"Kerumah aku dulu, mau nganterin sih bocah belakang" jawabnya sambil lihat kaca didepannya supaya bisa lihat kebelakang.

"Lah, nantikan kamu antar aku pulang. Ntar, bolak-balik lagi Dip" kataku.

"Yang mau ngantar kamu siapa? Ihh pede amat" katanya dengan senyum jahil.

"Kalau gitu tadi bagusan aku pulang sama supir aja kali Dip" kataku sambil mutar bola mata.

"Canda kali Za. Aku mau ngajak kamu ketempat sesuatu"

"Kamu ngga akan nyulik akukan?" tanyaku ngeri. Dia malah ketawa.

"Ya, enggak lah Zahra. Aku mau ngajak kamu beli-eh bagusnya kalau cewe ulang tahun bagusnya belikan apa ya?" tanyanya.

"Emm, boneka? Tapi, emangnya kamu mau belikan siapa? Ehh coba aku tebak, pasti untuk pacar kamu ya? Ciee Dipta. Haha" kataku sambil ketawa.

"Apaansih Za, untuk nyokap aku kali. Cakep-cakep gini, aku mana ada punya pacar, mantan aja ngga ada" katanya oper pede.

"hehe, maaf" nyengirku. Dia ngangguk."Tapi kok kamu pede banget ya Dip?" tanyaku sambil ketawa.

"Yee, malah ketawa. Aku memang cakep kali" katanya.

"Haha, okedeh seterah kamu aja" kataku.

*

"Bagusnya yang mana ya Dip?" tanyaku.

Saat ini aku lagi ditoko baju untuk beliin nyokapnya sih Dipta, aku ngga tau gimana mukanya. Mungkin cantik, sedangkan aja anaknya cakep-cakep, jujur ya sih Dipta itu memang cakep tapi aku ngga tertarik sama sekali.

"Yee, gue itu ngajak lo untuk kesini untuk beli baju yang bagus" katanya dengan santai. Aku hanya mutar bola mata.

"Emang mama kamu suka baju yang kek mana Dip?" tanyaku sedangkan dia hanya natapku dengan senyuman. Aneh bener.

"Dipp, aku nanya kamu. Mama kamu suka yang mana?" tanyaku kesal.

"Eh? Mama aku sukanya baju yang tertutup" katanya.

"mama kamu pakai hijab?" Dipta ngangguk.

"Yaudah, bukan disini tempatnya. Yuk ikut aku" kataku sambil narik tangannya menuju toko baju yang khusus untuk hijab.

Saat sudah sampai ditoko baju, aku langsung cari baju yang cocok untuk ibu-ibu.

"Dip, mama kamu ukuran bajunya berapa?" tanyaku.

"Besar dikitlah badannya dari pada kamu" katanya sambil ngejek.

"Yee, taudeh aku yang kecil" cibirku.

"Canda kali" katanya sambil ngacak rambutku. Aku hanya bergumam.

"Kalau yang ini bagus ngga Dip?" kataku sambil nunjukkin baju dress dengan lengan panjang."Atau yang ini?" kataku sambil nunjukin baju satu lagi.

"Emm, yang mana ya?" katanya pura-pura mikir.

"Lama banget mikirnya" kataku sambil mutar bola mata.

"Hehe, canda. Bagus yang ini menurutku" katanya sambil nunjuk baju yang kedua ku pilih.

"Okelah, jilbabnya ngga Dip?" tanyaku.

"Oiya, boleh deh kalau gitu" katanya. Akupun memilih jilbab yang serasi dengan baju yang ku pilih, ohh ralat Dipta yang pilih. Saat sudah pilih aku langsung serahkan ke karyawannya.

"Udah yang ini ya mbak" kataku kepada karyawan. Mbak itu ngangguk. Akupun ikut mbak-mbak itu kekasir dan saat aku mau buka tas akupun hendak ngambil dompet karna sih Dipta masih lihat-lihat jilbab.

"Totalnya empat ratus dua puluh tujuh ribu" kata karyawan kasirnya. Akupun mengeluarkan beberapa selembar uang dan ngasih kepada karyawannya.

Saat sudah bayar, aku langsung nyusul ke Dipta rupanya dia lagi ngasik main iphonenya.

"Dip, yuk pulang" ajakku. Dia mengangkat wajahnya dan natapku dengan...? Ntahlah aku juga ngga tau.

"Woi Dip, yuk pulang" seruku.

"Eh? Yuk" katanya.

Hening.

Sampai diparkirpun Dipta tetap diam dan akupun juga gitu. Bingung juga mau bilang apa. Saat mobilnya udah jalan, Dipta tiba-tiba manggilku yang membuatku terkejut dan langsung noleh kedia.

"Ada apa sih Dip? Ngangetin aja" kataku.

"Tunggu, tadi baju sama jilbab di beli ngga?" Tanyanya.

"Ya belilah Dip. Udah ah sana fokus kejalan, aku tak mau mati muda"kataku sedikit kesal.

"Yang bayarnya siapa?" Tanya Dipta. Aku hanya mutar bola mata.

"Si cewe cantik yang imut,lucu, dan unyu-unyu" kataku asal.

"Serius" katanya.

"Ya, akulah Dip. Emang siapa lagi?" kataku sedikit kesal.

"Kok kamu yang jadi bayar?" tanyanya dengan bingung. Sumpah ini adalah pertanyaan bodoh menurutku.

"Yaelah Dip, tadikan kamu sibuk lihat-lihat jilbab saat aku ngobrol sama mbak-mbak situ aja kamu ngga dengar mungkin. Pas aku sudah bayar, aku nyusul kamu, dan kamu serius amat lihat iphonemu" kataku sedikit kesal. Dipta hanya buang nafas dengar kasar.

"Yaudah kita makan aja" katanya sedikit frustasi.

"Udah kenyang kali Dip, tadikan udah makan" kataku. Jujur ya, sebenarnya aku jalan dari jam 1 siang dan sekarang sudah jam 8 malam. Aku belum makan sama sekali.

"Tapikan kamu hanya makan eskrim doang tadi siang" belanya.

"Ngga usah sih Dip, haripun mulai malam" kataku.

"Emm, okedeh" katanya."Rumah kamu dimana Za?" katanya lagi.

"Di Golden Green, taukan?" kataku.

"Ya taulah masa ngga tau, kamu kan-" katanya tiba-tiba berhenti yang membuatku penasaran.

"Kamukan apa?" tanyaku.

"Ngga ada apa-apa" katanya sambil tersenyum.

"Aneh" gumamku. Akupun langsung noleh kearah jendela dimana toko-toko banya pelanggannya.

Hening.

Itulah suasana didalam mobil Dipta. Hanya kedengaran bunyi klakson atau suara kendaraan yang lagi macetnya jalan. Hampir setengah jam macet dijalan dan akhrinya bisa keluar dari namanya macet, begitu sampai di perumahan aku langsung kasi tau blok nomor rumahku, oh ralat rumah oma opaku.

"Masih sama" gumam Dipta saat aku buka sabukku.

"Apanya yang sama?" tanyaku saat sudah membuka sabuk. Dia ngeleng.

"Mau mampir ngga Dip? Mungkin didalem ada sih kunyuk. Tuh mobil mereka ada" tunjukku kearah luar dimana ada pasang mobil 3 terpakir disitu.

"Ngga usah deh, udah malam. Makasih" katanya.

"Lah? Kok makasih? Santai aja kali Dip, aku yang harus makasih. Haha" kataku."Oke deh, aku masuk dulu ya? Makasih untuk hari ini. Aku keluar dulu" lanjutku dan berbalik menghadap pintu, saat mau membuka pintu mobil. Dipta tiba-tiba memanggilku, refleks aku menoleh dan..

Cup.

"Makasih juga ya" katanya dengan senyuman lebar. Sedangkan aku masih terpaku, tersaat aku hanya bisa ngangguk kaku dan keluar dari mobil.

"Ciee blushing niee" goda Dipta. Aku hanya senyum kaku."Udah ngga usah dipikirin. Aku pulang dulu ya. Daa Zahra" katanya sambil nutup jendela mobil dan pergi meleset kerumahnya sana.

Aku masuk membuka gerbang dan memencet bel, taklama datanglah sih mbok Tati untuk membukakan ku pintu.

"Eh, mbak Zahra udah pulang toh?" tanyanya.

"Iya mbok. Oma sama Opa mana mbok?" tanyaku.

"Keluar makan malam" aku hanya ngangguk.

"Mbok kedapur dulu ya? Tadi mas Fahruq minta bikinin mie instan" pamitnya. Aku ngangguk. Saat mbok hendak mau kedapur aku nahannya sebentar.

"Tia sama Ulan mana mbok?" tanyaku lagi.

"Oh itu. Mereka lagi diruang tv atas. Mbak Zahra udah makan?" tanyanya.

"Belum sih mbok, tolong bikinin mie instan juga ya mbok? Hehe" kataku sambil nyengir.

"Iya ngga apa kok. Mbok kedapur dulu ya" pamitnya lagi. Aku ngangguk. Saat aku naik keatas suara riuh dari atas sudah kedengaran, pasti mereka lagi nonton diatas. Dasar!

"Hello, Aku datang!!" seruku saat sudah nginjakin anak tangga yang terakhir.

"Ceria banget" cibir Faruq. Aku hanya ngeluarkan lidah.

"Dari mana Za? Kok baru pulang?" Tanya Tia dengan khawatir. Ini ni yang aku suka dari Tia, khawatirnya.

"Dari jalan-jalan" kataku sambil duduk dilantai sebelah Aldi.

"Huaa, capeknyaa" kataku sambil nyandar di sofa dan rentangkan tanganku. Tia yang duduk disofa hanya bisa ngurutkan jidatku.

"Sama siapa jalan-jalannya?" Tanya Tia.

"Dipta" kataku santai sambil mejamkan mata.

"DIPTA?" seru Tia dan Ulan bersamaan. Mereka yang sedang duduk diataspun noleh ke aku dan akupun langsung buka mata, oh dia mereka menatapku dengan curiga. Ayolahh aku hanya ketemu dia tak sengaja.

"Apaansih lebay amat, udah ah aku mau mandi dulu" kataku kesal sambil beranjak dari duduk.

"Aku? Ehmm" kata Faruq tiba-tiba. Tersaat sadar aku langsung bekap mulutku sama tanganku sendiri.

"Ralat, gue maksudnya. Hehe" kataku sambil nyengir dan cus ke kamar.

Zahra lo sungguh bego!bego! banget malah! Kenapa tadi bisa pakai 'aku' ya? Oh ASTAGA! Jangan-jangan gue dari tadi ngobrol sama Dipta pakai 'aku kamu' lagi. Huaaa Zahra lo sungguh bego! Oke ini hal yang paling malu. Kalau Tia sama Ulan nanya kek gimana?

Aku yang sungguh begopun akhirnya ke kamar mandi untuk bersihkan badan, setelah selesai aku memakai baju tidur biasa yang lengannya panjang dan celana panjang langsung cuss deh keluar dimana para kunyuk berada.

"Mie gue mana?" tanyaku to the point.

"Ha? Ohh jadi ini mie lo? Hehe maaf, gue yang ngabisin" kata Faruq sambil nyengir.

"Faruq bukannya lo udah makan mie yang satu lagi?" tanyaku penasaran.

"Iya, tapi mereka pada kagak ngaku kalau ini mienya. Yaudah gue makan aja" katanya santai.

"Huaa Faruq, gue cepet-cepet mandinya tadi gara-gara udah kelaparan dan sekarang lo ngbisin mie gue? Guee belom makan dari siang Faruq. Huaaa" jeritku seperti anak kecil. Oh inilah aku kalau lagi kesal-kesal level tinggi.

"Huahaha, Zahra lo lucu banget" kata Faruq disela ketawanya.

"Zahra lo belom makan dari siang? Oh good Zahra! Oke biar gue masakin lo nasi goreng" kata Ulan.

"Lama Lan, gue maunya mie instan" kataku.

"Ngga, lo harus makan nasi. Jadi biar gue masakin nasi goreng"

"Hmm, okedeh" kataku terpaksa. Tapi tak apadeh dari pada ngga makan.

Kok dari tadi Aldi diam mulu? Lah, kesambet apa tu anak orang?

Akupun duduk kembali samping Aldi. Aldi hanya diam.

"Eh, tumben kok lo ngga jalan sih Tia,Bi?" tanyaku sama mereka.

"Tia lagi males mau jalan katanya" jawab Albi.

"Alasan" cibirku.

"Emang kali gue males mau jalan" katanya tak terima dan menjitak dijidatku.

"Iyadeh" jawabku sambil mutar bola mata. Iphoneku yang lagi caspun tiba-tiba terdengar Line masuk dan segera aku lihat. Dan muncullah situ nama sih..?

Siapa ni?

Aldebaran N.P : Udah tidur?

Aku bingung siapa yang tiba ngeline aku. Akupun bukan profilnya dan iturupanya sih Dipta. Aku hanya mutar bola mata.

"Siapa Za?" Tanya Tia.

"Dipta ngeline" jawabku sambil balas linenya Dipta.

Fathiya A : belom. Kamu?

Aldebaran N.P : udah, ni lagi ngingo. Haha.

Aku hanya tersenyum geli lihat balasannya.

"Ciee kamu niee" kata Faruq tiba-tiba dari belakang dan aku noleh belakang rupanya semua lagi nahan ketawa ohh kecuali sih Aldi.

"Apaansih" kataku lalu beranjak dari situ dan nyusul Ulan kedapur yang lagi bikin nasi goreng. Aku hanya nunggu dia dimeja makan sambil sekali-sekali balas chatnya sih Dipta.

"Za, dari tadi lo senyum-senyum terus deh perasaan. Udah ni makan dulu, gue mau nganterin ke Zikri dulu" katanya sambil nyodorin satu piring nasi goreng dan telor ceplok.

"Eh? Emangnya ada Zikri?" tanyaku.

"Yaelah, ada kali Za. Mata lo kemana sih? Udah ah sana jangan jadi orang gila senyum-senyum terus" katanya.

"Iyadeh maaf. Makasih yaa sahabatkuu, cintaku,sayangku" kataku.

"Jijay gue" katanya geli sambil jalan ke tangga.

*

Huaa hahah.. ini ceritaanyaa gimana yaa? Panjang dehh perasaan, hehe.

Udahh ahh ngga tau mau bilang apalagi. Pokoknya aku hanya mau bilang "makasih yaa yang udah baca cerita gajeku dann votenyaa juga. Hehe"



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: