Statera [6] : Under the Occurrens Tree

Pria itu kini sampai di atas puncak bukit. Menatap punggung wanita yang kini tengah bergeming dan tidak menyadari kehadirannya.

Ia pun menghampiri wanita yang terpaku itu. Menepuk pundaknya pelan yang sontak membuatnya terperanjat kaget.

"Caligo! Kau ke mana saja?" tanya wanita itu yang sudah memadamkan rasa keterkejutannya.

Pria itu mengedikkan bahunya. "Aku menyusulmu. Kau yang meninggalkanku tadi," jawabnya yang dihadiahi senyum kikuk wanita itu.

"Ah itu.... Aku hanya--ah tidak! Lupakan saja! Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kita akan pergi ke pulau Occurrens?" tanyanya dengan mata berbinar senang.

"Ini tidak akan mengejutkanmu jika aku memberitahunya sedari awal. Lagipula, seharusnya kau mengetahuinya ketika kita pergi ke utara, kan?"

Luxy menggembungkan pipinya. "Setidaknya kauharus memberitahuku. Dari dulu, aku ingin datang kesini."

Caligo menaikkan salah satu alisnya. "Lalu mengapa kau tidak mengatakannya padaku dari dulu? Jika kau mengatakannya, aku pasti sudah mengajakmu kesini," ucapnya seraya mengusap puncak kepala wanita itu.

Luxy pun hanya tersenyum simpul. Ia tidak tahu harus menjawab apa lagi, dan akhirnya memilih bungkam. Kemudian ia pun menatap kembali sebuah pohon yang sedari tadi ia perhatikan sejak sampai di sana.

Berdecak kagum ketika kelopak-kelopak bunga pohon itu berguguran seiring diterpa oleh angin yang berembus lembut. Menimbulkan suara gemerisik yang mengalun dengan indah. Pula dengan pantulan samar sinar Mentari yang membuat kelopak tersebut tampak berkilau dengan warna merah mudanya yang menghiasi sekitar.

"Caligo, mengapa pohon ini tumbuh di sini? Maksudku, di perbatasan Ice Kingdom dan Nature Kingdom? Lalu apakah benar bahwa pohon ini abadi? Bukankah pohon ini hanyalah pohon Ceracus biasa yang tumbuh di perbatasan?"

Caligo mengembuskan napas pelan kemudian menghirup wangi semerbak yang kini memanjakan indera penciumannya. Ia menatap pohon itu lekat dan berkata, "Pertanyaanmu terlalu banyak, Luxy. Tapi aku akan mejawabnya. Namun sebelum itu, apa saja yang kau ketahui tentang pohon ini?"

Luxy menggelengkan kepalanya. "Tidak banyak. Aku hanya tahu bahwa pohon ini tumbuh di perbatasan dan abadi. Tidak lebih."

Caligo menyentil dahi wanita itu, membuat Luxy menatap tajam ke arahnya. "Itulah mengapa kauharus sering membaca buku," ucapnya yang dihadiahi dengusan wanita itu.

"Aku tidak peduli. Yang ingin aku ketahui sekarang adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku barusan!"

Caligo mengembuskan napas pasrah. Ia meraih kelopak bunga yang terbang ke arahnya, dan kemudian menatap helai tipis berwarna merah muda itu yang kini berada di telapak tangan kanannya. "Nama pohon itu adalah Occurrens—"

"Tunggu, bukankah nama pulau ini juga Occurrens?"

Caligo mengangguk. "Iya. Nama pulau ini memang berasal dari nama pohon itu. Occurrens, yang artinya pertemuan."

Luxy pun ber-oh ria. Ia kembali menatap pria di sampingnya itu untuk kembali mendengarkan jawabannya.

"Pertemuan antara Ice Kingdom, dan Nature Kingdom. Jika kauperhatikan, hal ini cukup sulit, bahkan mustahil bagi sebuah pohon untuk tumbuh di daerah seperti ini." Pria itu melanjutkan.

Wanita itu akhirnya menyadari fakta tersebut. Bagaimana mungkin sebuah pohon dapat hidup diterpa oleh dua musim yang berbeda?

Di hadapan mereka, pegunungan yang tertutup oleh salju abadi membentang dengan megahnya, pula dengan benda putih nan dingin yang kini tertiup angin bersama kelopak-kelopak tersebut. Namun di belakang mereka, rerumputan dan permukaan air yang berwarna kehijauan itu terlukis dengan indah pula.

Membuat hati kecil wanita itu bertanya-tanya. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Caligo yang menyadari raut kebingungan wanita itu kemudian melanjutkan penjelasannya. "Inilah yang menjadi misteri, namun juga menjadi sebuah keajaiban. Sudah banyak pendapat yang dikemukakan untuk memecahkan misteri ini. Namun, tidak ada yang tahu pasti mana yang benar."

"Lalu dari sekian banyak pendapat yang sudah ada, adakah yang kau percayai?"

Caligo tersenyum dan mengangguk. "Tentu ada."

"Apa itu?" tanya wanita itu antusias.

"Pendapat bahwa 'Pohon inilah yang mempertemukan dua dunia'. Aku rasa, pendapat ini benar. Karena pohon inilah yang mempertemukan Ice Kingdom dan Nature Kingdom yang seolah-olah berbeda dunia. Namun, dahulu aku selalu bertanya. Sebenarnya, dunia apa yang dipertemukan?"

Benang kebingungan Luxy memang mulai berkurang karena penjelasan kekasihnya tersebut. Tetapi kali ini benaknya ditambah oleh pertanyaan yang serupa dengan kekasihnya tersebut.

Sebenarnya, dunia apa yang dipertemukan oleh pohon ini, ya?

Namun, ia segera menepis pertanyaan yang tadi menari-nari di dalam pikirannya. "Ah, sudahlah, aku yakin suatu saat nanti pertanyaan itu akan terjawab. Lagipula, apa yang tidak mustahil dari dunia ini? Jika di dunia ini terdapat sihir, mengapa keberadaan pohon ini disebut mustahil?"

Caligo yang medengarnya pun akhirnya tertawa terbahak-bahak. Membuat wanita itu menyipitkan matanya tajam. "Lagi. Kenapa kau tertawa?"

Caligo berdeham untuk menetralisir tawanya. Namun, bahu pria itu masih terlihat berguncang menahan tawa. "Aku hanya berpikir bahwa cara berpikirmu itu terlalu sederhana dan tidak ingin ambil pusing. Tapi pernyataanmu barusan memang masuk akal."

"Caligo!" teriak Luxy tidak terima seraya memukul lengan pria bersurai kelam itu.

Akhirnya Caligo kembali tertawa, dan semakin membuat wanita itu kesal. "Hentikan tawamu dan jawab pertanyaanku lagi sekarang juga!"

Caligo yang merasa gemas pun langsung mengacak rambut wanita itu. Membuat empunya mendelik tidak suka.

"Baiklah, Nona. Aku akan menjawab pertanyaanmu. Hmm, bukankah pohon occurrens hanyalah pohon Ceracus biasa?
Sekarang, kau perhatikan pohon itu. Kenapa ia menggugurkan bunga, bukannya daun? Padahal saat ini musim panas?"

Luxy tampak menautkan kedua alisnya. "Benar juga. Aku baru ingat," batinnya menjawab.

"Aku lihat kaubaru menyadarinya sekarang, Luxy. Kenapa?"

Luxy sedikit memiringkan kepalanya seolah berpikir. "Aku terlalu asyik menatap guguran bunga pohon ini, sehingga aku kira sekarang masih musim semi."

Caligo menarik sudut bibirnya. "Lalu menurutmu, kenapa pohon occurrens itu istimewa?"

"Karena ketika musim panas pun pohon ini masih menggugurkan bunganya layaknya musim semi! Aku benar, kan?" jawabnya berapi-api.

Caligo mengangguk dengan tersenyum puas. "Bukan hanya ketika musim panas, bahkan ketika musim gugur pun pohon ini berbeda dengan pohon ceracus biasa. Ketika musim gugur, saat kebanyakan pohon menggugurkan daunnya, di pohon ini justru tumbuh dedaunan hijau yang rindang. Lalu ketika musim dingin, tumbuh buah Persica yang semerah darah, namun memiliki rasa semanis madu."

"Bu-buah Persica?! Buah untuk ritual penyambutan musim semi?!"

"Iya. Buah Persica yang terkenal karena kelezatannya itu berasal dari pohon ini."

Luxy berdecak kagum. Rupanya pohon occurrens tidak seperti yang ia kira sebelumnya. Ia sempat berpikir, bagaimana mungkin sebuah pohon ceracus yang tumbuh di perbatasan ini sangat istimewa dan diagungkan?
Dan kini, ia pun mengetahui alasan di balik itu semua.

"Sekarang, aku akan menjawab pertanyaan terakhir darimu. Benarkah bahwa pohon ini abadi?"

Luxy mengangguk.

"Ya, pohon ini abadi. Sejak dahulu sampai sekarang, pohon ini masih berdiri kokoh di atas bukit ini. Ajaib, bukan? Inilah bukti dari salah satu keajaiban di dunia ini. Dunia yang berarti keseimbangan.

Keajaiban itu sekaligus menjadi misteri yang tak pernah terpecahkan. Namun, semua yang terjadi di dunia ini memang selalu di luar nalar. Siapa yang tahu esok dunia ini akan berubah bahkan hancur? Tidak ada. Kecuali orang itu diberi kejaiban untuk melihat masa depan."

Luxy tertegun. Benar, semua yang dikatakan pria itu benar. Terlalu banyak kejaiban, namun keajaiban itulah yang menjadi misteri bagi dunia ini.

Apakah dunia sesempurna ini akan mengalami kehancuran?

Apakah dunia seindah ini akan hilang?

Tidak ada yang tahu. Kecuali takdir yang sudah menggariskan semuanya.

Wanita itu tersenyum sendu. Bagaimanapun dirinya tidak ingin kehilangan dunianya. Dia tidak ingin dunianya mengalami titik kehancuran.

Ia takut. Ia takut kelak akan merasakan kehilangan. Termasuk kehilangan cintanya.

Di sisi lain, pria itu menatap dalam perubahan wajah kekasihnya yang kini menjadi sedih. Terlihat genangan air mata yang sekarang sudah turun tanpa permisi di pipi lembut wanita itu.

"Luxy?" panggil pria itu rendah. Wanita itu pun menoleh. Menatapnya dengan tangis yang semakin meluruh.

"Jika esok dunia ini hancur, aku ingin bersamamu. Jika esok dunia hilang, aku tetap ingin berada di sisimu, Caligo. Sampai kapanpun, aku ingin bersamamu."

Caligo terkesiap. Hatinya tergetar oleh kesedihan dan haru. Walaupun ia tahu maksud tulus wanita itu, tapi lidahnya seolah kelu untuk menjawab pujaan hatinya. Ia pun memilih untuk diam. Bungkam. Karena dirinya tahu bahwa kelak semuanya akan berubah. Dan dia tidak boleh goyah. Sama sekali tidak boleh.

"Caligo?" tanya Luxy heran.

Tak berselang lama, Caligo akhirnya berlutut. Membuat wanita itu kini terkejut dan bertanya-tanya, "Apa yang kau lakukan, Caligo? Cepatlah bangun. Kenapa kau berlutut?"

Caligo menengadahkan kepalanya. Menatap lurus manik wanita itu yang menembus hati keduanya. Pria bersurai hitam itu meraih kedua tangan lembut kekasihnya, kemudian digenggamnya erat.

"Izinkan aku mengatakan tujuanku mengajakmu kesini, Luxy...."

Luxy diam. Membalas tatapan pria itu sama kuatnya.

"Aku tahu bahwa aku tidak layak untuk mengatakan hal ini kepadamu. Tapi dalam lubuk hatiku, aku ingin bertanya padamu satu hal...."

Caligo menelan ludahnya susah payah. Momen ini memang sudah ia tunggu sedari dulu, namun tetap saja, gugup dan rasa tidak percaya diri mempersulitnya mengatakan hal yang ingin ia sampaikan sedari tadi.

"Apa itu?" tanya Luxy yang sama gugupnya dengan suara yang nyaris tak terdengar itu.

"Maukah...." Jeda beberapa detik Caligo gunakan untuk menarik nafas dalam, "maukah kau menjadi pendamping hidupku, Luxy?" tanyanya tulus.

Luxy merasa waktu terhenti detik itu juga. Ia tak bisa berkata apa-apa ketika ucapan sosok yang berlutut itu terngiang di kepalanya.

Dengan dua dunia berbeda yang kini menjadi saksi bisu, juga dengan pohon agung yang kini semakin banyak menggugurkan kelopaknya seolah tengah menyambut kebahagiaan, pria berparas lembut itu sedang menunggu. Menunggu sang Kekasih menjawabnya.

"A-aku tahu aku bukanlah yang terbaik. Aku juga takut kelak tidak bisa membahagiakanmu. Tetapi sungguh, aku ingin kaulah yang menjadi pendamping hidupku. Jadi ... maukah—"

"Tentu saja aku mau! Aku mau Caligo! Aku mau!" teriak Luxy yang kini memeluk pria itu bahagia. Tangisnya pecah, membuat pria itu membalas pelukannya.

"Terima kasih. Terima kasih karena selama ini telah menerimaku," bisik pria itu yang sama-sama bahagia.

Keduanya. Dua insan yang saling mencintai itu kini tengah larut dalam suatu bentuk kebahagiaan. Membuat sang Alam bersorak meriah melihat mereka bersama.

Setelah tangis wanita itu mereda, mereka pun melepaskan pelukannya kemudian tertawa bersama.

Pria itu mengeluarkan sebuah kotak yang berisi cincin bertahtakan berlian hitam dan menyematkannya ke jari manis wanitanya.

"Sekarang, alirkan kekuatanmu ke dalam berlian itu," ucap Caligo seraya tersenyum lebar.

Tanpa bertanya, wanita itu langsung mengalirkan kekuatannya dengan sumringah. Ketika ia selesai mengalirkannya, berlian hitam itu berubah warna menjadi keperakkan. Mempercantik cincin emas putih itu yang kini melingkar indah di jarinya.

"Caligo."

"Hmm?"

Luxy pun mengecup pipi pria itu secepat kilat dan bergegas pergi meninggalkannya yang kini terpaku di sana.

"SATU-SAMA! TERIMA KASIH CALIGO!" teriak wanita itu yang kini sedang berlari menuruni bukit.

Caligo pun tersenyum tipis. Ia memilih duduk di atas hamparan rumput dan menengadahkan kepalanya menatap langit yang kini semakin tampak kelabu.

Tak berselang lama, air hujan pun turun membasahi bumi. Menerpa wajah pucat pria itu yang kini memejamkan matanya.

"Hujan, terima kasih telah datang....

Untuk menemani air mataku."

* * *

Dengan wajah yang masih terlukis bahagia, wanita itu merebahkan dirinya di atas kasur walaupun masih dalam kondisi basah kuyup.

Ia dan Kekasihnya—Ah tidak. Dengan calon suaminya itu kehujanan karena tidak bergegas pulang.

Ia tersenyum kala melihat sebuah buket berisi rangkaian mawar putih yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Ia meraih buket itu dan membaca kertas kecil yang disematkan di sana.

Mawar putih kesukaanmu.

Caligo

Namun tak lama kemudian, senyumnya perlahan memudar. Ia ingat ketika Caligo menjawab pertanyaannya dengan pandangan kosong.

Luxy tentu paham arti dari pandangan kosong itu. Namun, ia langsung bergegas mengalihkan pembicaraan agar pria itu tidak larut dalam ketakutannya.

Iya. Satu hal yang ia tahu dari pandangan itu adalah ... bahwa pujaan hatinya sedang ketakutan ketika menjawabnya.

"Caligo, apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?" gumamnya menatap sedih hujan yang turun sore itu.

* * *

Suara langkah kaki yang menggema di lorong itu tengah memecah keheningan. Ia berjalan dengan tenang, dengan siluetnya yang tertutupi oleh bayangan kegelapan malam.

Tak lama kemudian, ia sampai di sebuah pintu kayu berukuran besar yang kini berada tepat di hadapannya. Ia pun membuka pintu itu secara perlahan.

Seketika harum khas ruangan itu menyapa dirinya, pula dengan sebelas sosok yang sedari tadi menunggu kedatangannya.

Dengan bantuan sinar perak sang Rembulan, kini terlihat sosok itu yang tengah tersenyum samar.

"Terima kasih sudah datang." Ia berjalan menghampiri sebelas sosok itu.

"Mari kita diskusikan rencana yang akan kita laksanakan satu minggu kedepan," ucapnya dengan suara yang memenuhi seisi ruangan tersebut.
.
.
.
.
.

_To be Continued_

{Glosarium}

Danau Viridita : Danau yang terletak di utara Nature Kingdom. Setengah danau itu merupakan danau beku karena berbatasan langsung dengan Ice Kingdom. Danau ini memiliki warna biru kehijauan. Luasnya sekitar 3 km persegi dengan wilayah yang lebih dominan ke Nature Kingdom.

Pulau Occurrens : Pulau yang 2/3 wilayahnya berada di Nature kingom. Terletak di tengah danau Viridita. Di pulau ini terdapat sebuah bukit yang di puncaknya terdapat Pohon Agung Occurens.

Buah Persica : Buah ini memiliki daging buah, dan kulitnya yang berwarna merah darah. Rasa buah ini sangat lezat menyerupai madu. Buah ini adalah salah satu bentuk persembahan di ritual penyambutan musim semi. Buah itu akan di simpan bersama persembahan lain di sekitar altar putih.

🍀 🍀 🍀

Hai Hai ^^
Gimana part ini? Mengecewakan tidak?

Maaf ya kalau mengecewakan :'"

Cieee Luxy ma Caligonya tunangan! hihi :3

Terus....

Hayoloh-hayoloh, siapa sosok yang berjalan di lorong sama sebelas orang yang menunggunya itu? #plak

Curhat dikit wkwk :3
Sebenernya chapter ini merupakan satu kesatuan dari chapter sebelumnya. Tapi karena jika digabungkan akan menjadi 4800 word, akhirnya aku pecah jadi dua hehe #plak

Chapter selanjutnya kita bakal jalan-jalan ke masa lalu, oke? #plak

Chapter 7 : Deka Festival

Hope you enjoy this story guys! ^^

See ya! :D

With regards,

KagayakiMiHa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top