Statera [2] : Dragons and Secret Power
Brak
Suara gebrakan meja telah membuat pria bersurai hitam itu terperanjat kaget dan menghentikan aktivitas membacanya.
Ia menatap sosok yang menggebrak meja itu dengan heran, dan mulai terkekeh setelah mengetahui siapa.
"Kaubelum menemukannya, ya?" tanya pria itu seraya menutup buku yang tadi ia baca dan menaruhnya di atas meja.
"Huaa! Caligo!" rengek wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah.... Kaupasti bisa bertemu dengan dragon-mu, " kata Caligo seraya mengusap puncak kepala wanita itu untuk menyemangati.
"Huft, baiklah. Mungkin memang belum saatnya," gumam wanita itu dengan tertunduk.
Pria itu pun hanya bisa tersenyum. Memang sudah lama kekasihnya itu mencari dragon yang akan menjadi partnernya. Namun, sampai sekarang dragon itu belum juga ditemukan.
"Nah, lebih baik kau membaca dulu. Buku di perpustakaan ini sangat lengkap, loh," ajak Caligo.
Ya, mereka sedang berada di salah satu perpustakaan tertua dan terlengkap di Statera, perpustakaan Liber. Tepatnya sekarang mereka sedang berada di Draco Kingdom.
Wanita itu pun berjalan menghampiri Caligo. Duduk di sampingnya dan berkata, "Tetapi aku tidak suka membaca. Kaupasti sudah tahu, kan?"
"Iya ... tapi cobalah dulu, aku yakin kauakan suka." Pria itu pun memberikan buku yang barusan ia baca.
"Tidak," tolak wanita itu.
"Cobalah."
"Tidak."
Mereka pun berdebat kecil. Hal lumrah bagi sepasang kekasih seperti mereka.
Tak berselang lama, terdengar suara kepakan sayap yang menghampiri kedua insan itu. Namun, mereka tidak menyadarinya dan masih sibuk berdebat.
"Walau kalian adalah orang-orang terhormat sekalipun, aku tidak akan segan menegur kalian jika menimbulkan kegaduhan di perpustakaan ini," ucap seekor dragon berwarna cokelat berpadu dengan sayapnya yang berwarna merah marun.
Kedua guardian itu pun terdiam dan menolehkan kepala mereka perlahan ke arah sumber suara. Tertawa kecil ketika ditatap garang oleh dragon yang dapat berbicara itu.
"Maafkan kami, History. Kami tidak bermaksud menimbulkan kegaduhan," ucap Caligo untuk mencairkan suasana, sedangkan Luxy hanya tersenyum kikuk tanpa berani bersuara.
Dragon jantan bernama History itu hanya bisa tersenyum memaklumi tingkah kedua guardian itu. Ia sudah terbiasa melihat mereka berdebat seperti barusan.
"Jadi, apa yang membuat kalian berdebat lagi?" tanya History yang sudah tidak mempermasalahkan persoalan barusan.
"Caligo memaksaku untuk membaca. Tapi kautahu, kan, aku tidak suka membaca?" rengek Luxy dengan mengerucutkan bibirnya.
Lain halnya dengan History yang terkekeh, Caligo hanya menatap wanita itu tanpa berkedip seraya mengembuskan napas lelah.
"Lady, apakah kauingin mengetahui hal yang berkaitan dengan para dragon? Tentu saja bukan dengan cara membaca."
"Benarkah? Bagaimana caranya?" tanya Luxy bersemangat. Tentu saja, hal yang guardian wanita itu tidak suka salah satunya adalah membaca. Jadi, tidak heran jika pengetahuannya kurang luas.
"History akan menjelaskannya padamu," kata Caligo yang sudah menetralkan rasa kesalnya.
"Whoa! Jelaskan History!"
"Baiklah."
Dragon itu pun mengembuskan napasnya yang berupa perak. Menjelaskan sejarah para dragon dengan perantara napas peraknya yang dapat berubah bentuk menjadi apa pun untuk membantu Luxy dalam memahami penjelasannya.
Pertama-tama, perak-perak itu membentuk berbagai dragon dan makhluk lainnya yang berada di Statera.
* * *
"Tuhan menciptakan berbagai macam makhluk hidup di Statera. Makhluk-makhluk tersebut hidup secara berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain.
Salah satu dari berbagai makhluk itu adalah para dragon. Makhluk yang dapat hidup hingga ribuan tahun dan memiliki kemampuan untuk terbang.
Ada yang bisa berbicara dan ada pula yang tidak bisa. Hal itu tergantung dari jenis dan tingkatan mereka.
Tingkat teratas adalah para leluhur. Mereka adalah para dragon yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu. Terdiri dari lima ekor dragon yang sampai sekarang masih hidup.
Tingkat kedua adalah dragon para guardians. Mereka memang dilahirkan sebagai partner guardians, dan akan memiliki kekuatan yang sama dengan partnernya ketika mereka melakukan kontrak atau biasa kita sebut 'pengabdian'.
Tingkat ketiga adalah dragon bangsawan. Mereka merupakan keturunan para leluhur dan juga para guardians dragon.
Tingkat keempat adalah para rakyat. Tentu saja mereka tetap spesial untuk kami. Walau tingkat empat ini tidak bisa berbicara dengan bahasa Statera, tetapi kami tetap dapat berkomunikasi dengan bahasa Dragon.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hanya tingkat empat sajalah yang tidak bisa berbicara bahasa Statera.
Dan untuk 'pengabdian', hal ini dikhususkan untuk para guardians dan dragonnya. Pengabdian adalah bentuk ritual para dragon untuk memberikan kesetiaan kepada 'Partnernya'.
Pengabdian dilakukan dengan cara meminumkan darah kepada sang Dragon yang akan dikontrak.
Darah yang digunakan tentu saja dengan menggunakan darah 'calon partnernya'.
Darah itu akan tercampur dalam tubuh sang Dragon dalam waktu tujuh hari tujuh malam.
Pengabdian ini memiliki konsekuensi bagi kami, para dragon. Yaitu ketika partner kami meninggal, maka kami pun akan meninggal juga.
Lain halnya jika kami yang meninggal. Partner kami masih dapat bertahan hidup walau harus mengalami koma selama tujuh hari tujuh malam pula.
Namun, pengabdian ini juga memberikan keuntungan kepada sang Dragon. Dragon itu dapat memiliki kekuatan yang sama seperti guardiannya, walau tak sebesar mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dragon para guardians mempertaruhkan nyawa untuk kalian."
* * *
Napas perak itu pun menghilang seiring dengan Selesainya penjelasan yang disampaikan oleh History.
Membuat kedua guardian itu terdiam kagum sekaligus merasa bersalah ketika mendengar nasib dragon para guardians.
"Jadi, kau memintaku menjaga diri agar Dark baik-baik saja?" tanya Caligo dengan menyebutkan nama Dragonnya.
"Iya. Lagipula Dark adalah cucuku. Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuk melindunginya," jawab History mengingat cucu kesayangannya.
"Tunggu! Kau tidak pernah tahu hal ini, Caligo?" tanya Luxy yang heran. Ya, kekasihnya itu sudah lama sekali membaca buku-buku di perpustakaan ini, jadi hal yang aneh jika Caligo tidak mengetahui fakta tersebut.
"Yang kujelaskan tadi memang tidak ada dalam buku. Para guardians pun tidak banyak yang mengetahui hal ini," jawab History menjawab kebingungan guardian cahaya itu.
"Kenapa kau tidak memberitahu mereka?" tanya Luxy.
History sudah membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, ia harus mengurungkan niatnya karena ada yang menjawab pertanyaan itu lebih dulu.
"Ini demi Statera," jawab seekor Dragon dengan suara yang menggema di seluruh penjuru ruangan. Dragon itu terbang menghampiri mereka dan berhenti di samping History.
"D-Dark?" tanya Luxy yang memang jarang bertemu dengan Dragon kekasihnya itu.
"Iya. Ini aku, Lady Luxy," jawab Dark seraya menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.
"Dark, bisa kau jelaskan hal tadi?" tanya Caligo.
"Baiklah Caligo. Namun, sepertinya Kakekku lebih pantas untuk menjelaskannya." Ia melirik dragon di sampingnya itu dan mendapat anggukan sebagai persetujuan.
History pun mengembuskan napasnya kembali dan mulai menjelaskan, "Jika kami beritahu, maka akan ada kemungkinan para guardianslah yang akan melindungi Dragonnya. Hal itu sangat bertentangan dengan tugas Guardian's Dragon.
Kami sejatinya adalah makhluk yang memang diciptakan untuk melindungi, bukan dilindungi. Bisa kalian bayangkan ketika para guardianslah yang terbunuh?
Keseimbangan Statera-lah yang akan menjadi taruhannya. Lagipula jika kami yang terbunuh, maka kalian akan tetap hidup. Lain halnya jika kalian yang meninggal, maka kami pun akan segera 'menyusul' kalian."
"Lalu mengapa kau memberitahuku? Aku bahkan belum melalukan pengabdian dengan dragonku," tanya Luxy heran.
"Tak tahukah kalian bahwa kalian berdua adalah guardians terkuat di dunia ini? Jadi, kemungkinan kalian terbunuh sangatlah kecil," jawab History yang membuat Caligo dan Luxy terkejut kembali.
"Te-terkuat? Memangnya kami memiliki kekuatan apa?" tanya Caligo penasaran.
"Kalian memiliki berbagai gabungan kekuatan. Aku tidak tahu apa saja itu, tapi yang kutahu itu adalah kekuatan yang luar biasa," Jawab Dark seraya menggelengkan kepalanya. Namun, hal itu hanya membuat mereka bertambah bingung.
"Luxy, apakah kau tidak sadar akan sesuatu ketika kau melakukan ritual?" tanya History. Dragon itu pun kebingungan karena kedua guardian di hadapannya tidak mengetahui kekuatan masing-masing.
"Sesuatu? Sepertinya tidak. Aku memberikan kekuatanku yang hanya berupa cahaya. Aku tidak merasakan sesuatu yang aneh. Hanya saja, kekuatanku seperti terhisap dan membuatku lelah. Bukankah itu adalah hal yang biasa?"
"Sebenarnya itu bukan hanya sekadar cahaya. Sebenarnya cahaya-cahaya itulah yang memperkuat kekuatan guardians yang lain. Kaubisa merasakannya ketika kekuatanmu terasa 'terhisap'. Seperti yang kaukatakan tadi."
"Jadi, maksudmu cahayaku yang membantu kekuatan guardians yang lain agar lebih kuat?"
History pun menganggukkan kepalanya. Membuat kedua guardian itu terpaku karena baru mengetahui hal tersebut.
"Aku heran, kenapa kalian baru mengetahuinya?" ucap Dark yang memang merasa heran. Ia merasa bahwa ada yang sengaja merahasiakan hal ini pada mereka.
"Apakah Aquo tidak memberitahukannya pada kalian?" tanya History khususnya kepada Luxy yang merupakan anak dari guardians air tersebut.
Luxy dan Caligo hanya menggeleng. Menimbulkan beribu tanda tanya pada benak mereka.
* * *
"Luxy, sebaiknya kita berdua simpan hal yang kita ketahui saat di perpustakaan. Jangan beri tahu kepada siapapun."
Usul Caligo tersebut disetujui oleh Luxy. Wanita itu pun berpikir demikian, bukan hal yang baik jika langsung memberitahukan atau bertanya kepada guardians lain.
"Iya. Aku juga berpikir demikian," jawabnya dengan yakin.
Kini mereka sedang berjalan menuju kediaman wanita itu. Ditemani dengan gelapnya malam dan indahnya taburan bintang yang menghiasi langit.
Memang, di Sky Island kita dapat melihat panorama langit yang lebih jelas dibandingkan di daratan. Hal itu terjadi karena Sky Island yang memang berada di atas langit dan keberadaan awan yang lebih sedikit.
Setelah sampai di depan pintu rumah wanita itu, mereka pun berpisah dan Caligo pun pulang ke rumahnya.
"Sampai jumpa, Caligo. Hati-hati di jalan."
"Iya. Sampai jumpa lagi," ucap Caligo seraya tersenyum manis dan melambaikan tangannya.
* * *
"Sepertinya kau sedang banyak pikiran, Anakku?" tanya guardians tanah bernama Terra yang tak lain adalah Ibu dari pria itu.
Pria itu pun menolehkan kepalanya dan tersenyum pada wanita yang telah melahirkannya.
Terra pun berjalan menghampiri putranya itu. Ikut menikmati pemandangan berupa hamparan awan yang diterpa cahaya rembulan dari balkon kamar anaknya.
"Maaf, Ibu langsung masuk kamarmu begitu saja."
"Tidak apa-apa kok, Bu. Tidak perlu meminta maaf."
Wanita itu pun tersenyum. Merasa bahagia karena telah dikaruniai putra yang sangat tampan dan baik hati.
"Sebenarnya, apa yang mengganggumu sedari tadi, sih?" tanya wanita itu setelah melihat anaknya yang terdiam seolah tengah berpikir keras.
Pria itu pun menoleh dan tersenyum lembut. "Ada banyak sekali pertanyaan dalam benakku saat ini. Apakah Ibu juga ikut merasakannya? Yang kutahu, naluri Ibu sangatlah kuat."
"Itu kautahu. Jadi apa masalah yang kau hadapi? Mungkin Ibu bisa membantumu," ucap wanita cantik itu.
"Tidak Bu, biar Caligo yang menyelesaikannya. Oh, ngomong-ngomong sudah malam, lebih baik Ibu tidur," tolak Caligo dengan halus seraya menyuruh ibunya untuk tidur.
Dapat dilihat raut kekecewaan yang jelas tergambar pada wajah cantik guardian tanah tersebut. Namun, wanita itu hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan anaknya. Ia pun berjalan keluar kamar bernuansa gelap itu.
"Baiklah, Ibu akan tidur. Kau juga jangan tidur terlalu larut, ya?" kata wanita itu di ambang pintu.
"Hmm, sepertinya Caligo akan pergi ke suatu tempat. Bolehkan, Bu?" tanya Caligo menatap Ibunya dengan memohon.
Wanita itu terdiam sejenak, "Ke mana?"
Terbesit rasa khawatir ketika putranya itu meminta izin keluar selarut ini. Bagaimanapun, kenangan bahwa putranya hilang pada malam itu telah membuatnya takut.
"Menemui Dark," jawab Caligo seraya menatap netra Ibunya mencoba meyakinkan.
Terra mengembuskan napas berat. "Baiklah, tapi kauharus bergegas pulang ketika urusanmu sudah selesai."
"Baik, Bu."
* * *
Seorang pria bersurai hitam dengan lihai menunggangi Dragon hitamnya. Mereka tampak seolah menyatu dengan pekatnya malam.
Terbang di atas awan dan menembus angin malam yang menusuk kulit. Kecepatan yang timbul seolah membelah keheningan malam langit Statera.
Setelah dirasa cukup, mereka pun beristirahat di sebuah bukit. Menikmati suasana malam dengan dihiasi guguran bunga ceracus yang seolah berkilau karena memantulkan cahaya rembulan.
"Jarang sekali kau memintaku terbang secepat tadi," ucap Dragon hitam bernama Dark dengan heran.
"Aku hanya ingin menenangkan pikiranku, dan menikmati malam adalah hal yang ampuh bagiku," jawab Caligo yang tengah berbaring di atas rerumputan seraya memejamkan matanya.
"Apakah hal yang tadi siang kita bicarakan masih mengganggumu?"
"Iya, tentu saja. Aku merasa semua ini ganjil. Mengapa ketua tidak memberitahukannya pada kami?"
Dark memilih bungkam karena tidak menemukan jawaban yang pasti.
"Dark, apakah orang terdahuluku mengetahui seluruh kekuatan mereka?" tanya Caligo, lagi.
"Aku tidak tahu. Walau kita berdua adalah reinkarnasi, bukan berarti kita dapat mengingat kejadian pada kehidupan kita sebelumnya, 'kan?" jawab Dark setelah terdiam sejenak.
"Haha, kau benar. Kenapa kau sangat pintar?" kekeh Caligo.
"Kau saja yang bodoh dan tidak berguna," canda Dark. Lalu Dragon itu memalingkan kepalanya. Berpura-pura tidak mendengar ocehan partner-nya itu yang tidak terima atas perkataannya barusan.
"Dark! Mengapa kau jadi menyebalkan?!"
"Kau saja yang tidak bisa menerima kenyataan."
Caligo terperangah ketika mendengar perkataan dragon-nya itu. Tak lama kemudian, ia pun mulai membuka mulut untuk menentang hal tersebut. Namun, suatu hal membuatnya tersadar.
Membuatnya terdiam karena mengingat masa lalu dan seluruh ucapan yang menyakiti dirinya.
"Ya. Aku memang bodoh, dan tidak berguna bagi siapapun," katanya dengan tersenyum pedih dan lirih.
Dark pun menolehkan kepalanya. Menatap Caligo dengan perasaan bersalah yang menjalar di hatinya.
"Ma-maaf, aku hanya bercan--"
"Sudahlah, tidak apa-apa. Yang kau katakan itu benar," ucap pria itu tertunduk menahan rasa sedih yang terasa sesak.
"Tidak! Kau adalah guardian terkuat. Kau adalah guardian terpintar dan paling berguna dari semua guardian yang kukenal," ucap Dark dengan serius.
"Terima kasih." Caligo tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Dark pun ikut tersenyum. Mengulurkan salah satu cakarnya untuk membalas uluran tangan Caligo. "Sama-sama," jawabnya.
Mereka pun bercanda gurau kembali. Menceritakan kejadian-kejadian lucu yang pernah mereka alami selama hidupnya.
Setelah dirasa sudah sangat larut, mereka pun memutuskan untuk pulang.
Ketika Caligo bangkit, tiba-tiba ia merasakan sakit yang sangat pada kepalanya. Ia memejamkan matanya seraya menahan rasa sakit yang semakin menjadi.
"Caligo!" panggil Dark ketika melihat Caligo yang ambruk secara tiba-tiba.
.
.
.
.
.
_To be Continued_
{Glosarium}
Perpustakaan Liber : Perpusatakaan ini adalah perpustakaan tertua, dan terlengkap di Statera. Tepatnya terletak di Draco Kingdom.
Dragon : Salah satu ras terbesar di Statera. Makhluk ini memiliki empat tingkatan, yaitu:
1. Para leluhur,
2. Dragons para Guardians,
3. Bangsawan,
4. Rakyat.
Pengabdian : Kontrak darah antara Guardian dengan Dragon.
🍀 🍀 🍀
Aku harap part ini tidak mengecewakan hihi.
Btw, foto di mulmed adalah 'Dark' oke!
Kritik dan saran?
Vomments?
See you in the next chapter :D
With regards,
Kagayaki MiHa
We hope you enjoy this story!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top