9

Warning: penuh dialog

"Punya ide siapa yang akan kamu bunuh malam ini?" tanya Scathach.

Mereka berdua kini tengah berada di mulut hutan tempat mereka bertemu di awal di awal tadi. Kata Scathach, agar lebih leluasa berdiskusi karena kecil kemungkinan akan terdengar.

"Mungkin Shuten atau Sakata," jawab Mirai.

"Kenapa begitu?"

"Berdasarkan diskusi tadi, mereka tidak menyebutkan pekerjaan mereka bukan? Jadi, ada kemungkinan Shuten dan Sakata adalah dokter dan polisinya."

"Baiklah, ayo menuju rumah mereka."

Mirai mengangguk mantap. Ia tidak pernah seantusias ini saat merencanakan pembunuhan.

Begitu mereka sampai di depan rumah Shuten, Scathach memerintahkan Mirai untuk masuk dan membunuh Shuten. Sedangkan ia sendiri akan mengambil nyawa Sakata.

Namun yang Mirai dengar keesokan paginya adalah:

"Wow, progres kalian cepat sekali! Satu mafia—Scathach—telah tertangkap. Satu warga dan dokter—Shuten dan Sakata—telah meninggal. Pemain yang tersisa: Mephis, Hijikata, Arthur, Mirai."

"Mirai-san, kita harus bekerja sama mengalahkan mereka!" ajak Arthur. Ia mengepalkan tangannya ke atas. Yang diajak hanya bisa membatu dan gemetar.

Gimana gak gemetar, rekan setimnya sudah mati, dan dia belum tahu siapa polisinya. Bisa-bisa aku tertangkap.

"Oi, oi, biasanya yang menuduh orang lain, maka dia adalah penjahat itu sendiri," tuding Hijikata.

Arthur tersenyum miring, "Aku tidak bilang aku menuduhmu. Aku hanya mengajak Mirai-san untuk bekerja sama. Biasanya yang merasa tertuduh adalah mafianya."

"Apa pendapatmu, Mirai?" tanya Hijikata. Tapi jelas saja, Mirai tidak menjawab.

"Kenapa tidak vote aku saja?" Mephis membuka suara.

"Jika kalian memilihku, maka tinggal kalian bertiga saja. Yang berarti, tersisa satu warga, seorang mafia, dan polisi. Bagaimana? Menarik bukan?"

Enggak sama sekali.

Bagi mereka bertiga, itu sama saja seperti bunuh diri. Jika diilustrasikan, mereka seolah menodong pistol ke satu sama lain.

"Tidak, aku akan tetap memilih Hijikata," tegas Arthur.

Mephis dan Hijikata menoleh ke arah Mirai. Sang gadis ikut menunjuk Hijikata.

"Jika kalian berdua memilihku, kita akan kalah! Aku serius, aku polisinya. Kalian tidak bisa memilihku!"

Mirai menahan napasnya. Ia bisa melihat kemenangan datang padanya.

"Skip," ucap Mephis.

"Baiklah, vote telah ditentukan. Arthur dan Mirai memilih Hijikata. Hijikata memilih Arthur. Mephis skip. Apa kalian setuju?"

Semua yang ada di balai desa itu mengangguk mantap.

.

"Hee?! Jadi master adalah mafianya?!"

Dan di sinilah mereka berkumpul. Ruang utama kafe yang saat ini bangkunya ditata melingkar untuk kelangsungan permainan.

Tenang, mereka memainkannya saat kafe sudah tutup sehingga tidak menggangu pengunjung kafe yang lain.

Karena dirasa kurang asyik jika hanya memainkannya berenam, mereka mengundang Bedivere dan Arthur.

"Mirai-san, penampilanmu menipu," ucap Bedivere, di-dua-kan oleh Arthur.

"Yah, dia memang terlihat tidak terlalu pintar untuk memerankan mafia," Holmes menambahkan. Perempatan imajiner muncul di dahi Mirai.

"Aku tidak akan memaafkanmu karena telah membunuhku, Mirai."

"Hei! Aku juga korban tahu!"

Mirai melanjutkan, "Oh ngomong-ngomong, terima kasih juga karena sudah mau menjadi bintang tamu kali ini, Arthur-san, Bedivere-san."

"Uhm, terima kasih kembali. Aku juga senang bisa bermain permainan ini. Kunjungan berikutnya, aku janji akan membawakan Round Table kemari. Kafe kalian benar-benar tempat yang menyenangkan."

"Aku tidak menyangka sudah selarut ini, kalau begitu kami pamit dulu Mirai-san."

Arthur tersenyum dari telinga ke telinga sembari menuju pintu keluar kafe.

Ma-mabushi...

Bedivere melambaikan tangannya yang dibalas oleh Mirai.

"Misi kita berhasil, hm?" gumam Mephis di pojok ruangan. Masing-masing di wajah mereka tercetak senyum kemenangan.

"Tentu saja, meski aku masih kesal karena Mirai menuduhku di permainan tadi."

"Yang penting, misi kita mempromosikan Anagata di kalangan knight berjalan lancar. Kerja bagus, kalian semua," figur anggun Scathach melangkah meninggalkan ruang utama Anagata menuju ruang direktur.

"Yatta!" Mirai dan Sakata tos sembari melompat di udara.

"Itu berarti, misi kita tinggal satu: merekrut karyawan baru," Holmes tersenyum bangga.

"Ta-tapi profilku belum dibacakan."

Hening.

Percayalah, yang berbicara tadi adalah Hijikata.

A/N
Ending tidak elit lagi dari Anagata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top