8
Malam tiba.
"Karena ini masih malam kesatu, mafia tidak akan membunuh kalian. Maka dari itu, untuk kedua mafia, kalian bisa menginvestigasi terlebih dahulu," suara narator menggema ke sudut-sudut desa.
Mirai mengumpat tiap kali ia melangkahkan kakinya menjauh dari hutan. Ia hanya berbekal radar di tangan yang dapat mendeteksi keberadaan warga lainnya.
Hei, dia bahkan tidak tahu siapa rekannya!
"Wow, wow, kejutan macam apa ini."
Mirai baru saja keluar dari mulut hutan dan tebak dengan siapa ia berpapasan.
Rambut violet panjangnya bersinar terkena pantulan rembulan. Mata tajamnya yang karismatik meneliti Mirai dari atas hingga bawah.
Figur anggun yang memegang tombak, Scathach.
"Shishou juga jadi maf-?!" teriak Mirai sebelum sempat dibungkam oleh jari-jari lentik Scathach. Ia mendesis rendah.
Mirai mengangguk-angguk. Pasalnya, ia tidak menyangka akan bertemu Shishou di sini. Mirai kira, hanya orang yang berada di ruangan itu yang masuk ke dalam permainan.
"Ikut aku. Mari kita investigasi desa ini," bisik Scathach sembari berlalu. Mirai mengekori.
Belum genap 4 rumah yang mereka selidiki, pagi sudah tiba, "Silahkan, waktu kalian untuk berdiskusi."
Belum sempat Mirai akan melayangkan pertanyaan, mereka berdua telah diteleportasikan ke balai desa.
Bersamaan dengan pemain yang lain.
"Akhirnya kita bertemu, master!" seru Sakata, "bukankah ini sangat golden!?"
"Kalian para mafia, cepat mengaku! Jika tidak, akan kutebas!" Hiji mengangkat katananya yang tak lama kemudian lenyap menjadi abu.
Semua terkesiap.
Lalu terdengar suara dari narator, "Ah, maaf aku lupa memberitahu. Kalian tidak bisa menggunakan magecraft atau kekerasan. Jadi, tidak boleh ada penggunaan senjata dan sihir di sini."
"Yah, mau bagaimana lagi. Tapi biar kuperjelas ya, aku cuma warga biasa yang suka menebar bom untuk mengagetkan warga lainnya," Mephis mengangkat bahunya dengan santai.
"Mana ada warga biasa yang menebar bom."
Semua-termasuk Mirai-menoleh ke arah suara tadi.
"Demi kacamata Sigurd! Bedivere juga ikut?!" Mirai berdiri dan memukul meja dengan keras, tidak lupa menepuk kedua pipinya.
"Emm, ano, aku juga ada di sini," seseorang mengangkat tangannya. Kali ini, Bedivere ikut melakukan hal yang sama dengan Mirai barusan.
"A-Arthur sama?!"
"Fufu, sepertinya permainan ini akan semakin menarik," siul Shuten. Scathach mengangguk.
"Jadi, siapa yang ingin mengeluarkan pendapatnya terlebih dahulu?" Sakata mempersilahkan. Tidak lama setelah itu, Bedivere mengangkat tangan.
"Shishou, dari tadi Anda diam terus. Apa mungkin, kamu adalah mafianya?" Bedivere menyatukan kedua alisnya.
"Aku bisa pastikan padamu kalau aku bukan mafianya. Selain itu, bukankah kita harus mencurigai mereka yang punya trait 'evil' dulu?"
Mephis, Shuten, dan Hijikata yang memang memiliki trait evil merasa terpanggil. Mereka melempar death glare ke Scathach yang masih duduk tenang di tempatnya.
"Beraninya kau menuduhku," sinis Hijikata.
"Lagipula, kurasa yang perlu kita curigai adalah mereka berdua," Mephis menunjuk Arthur dan Bedivere dengan dagunya.
Arthur menggeleng kuat-kuat, "A-aku hanya ingin menikmati makananku, oke? Saat aku tengah makan, tiba-tiba saja aku berada di sini."
"Sebagai prajurit setianya, aku bisa menjamin kalian kalau Arthur-sama adalah warga biasa-
-Jika kalian tidak percaya, kalian bisa membunuhku."
Hening sejenak. Semua memicingkan mata pada Bedivere.
"Ta-tapi itu bukan berarti aku mafianya!"
"Mencurigakan," ucap pengkhianat kita, Mirai. Mana wajahnya sok serius pula.
Hebatnya, semua mengiyakan.
"Kurasa sudah jelas siapa yang akan kita vote kali ini," kata Sakata.
Bedivere panik, "He-hei! Aku serius!"
"Bagaimana? Sudah memutuskan siapa yang akan kalian vote?" tanya Holmes.
"Tuan Holmes! Tolong aku!" teriakan Bedivere tidak digubris. "Arthur-sama?"
"Maaf, Bedivere. Aku tahu kamu prajuritku yang setia. Tapi ingatlah bahwa ini hanya permainan, oke?" Arthur nyengir.
"Ha'i, vote ditutup. Hasil vote: 8 vote pada Bedivere, Sakata skip vote. Tuan Bedivere, maaf, Anda harus keluar permainan lebih awal."
"Tu-tunggu! Tidak! Arthur-sama, Tuan Holmes!"
Seperti kata Holmes, Bedivere di-kick dari permainan. Semua yang ada di balai desa itu, kembali diteleportasikan ke tempat mereka semula.
Usai teleportasi, sebuah layar muncul di hadapan mereka. Di layar itu tertulis:
Bedivere was not the impostor.
Lalu, malam kedua pun datang dengan cepat
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top